15 4 Faktor Kepribadian
Faktor kepribadian mempengaruhi mudah tidaknya seseorang terkena stres. Orang tipe A cenderung akan lebih mudah terkena penyakit
jantung dari pada berkepribadian tipe B. Harga diri yang rendah juga cenderung membuat efek stres lebih tinggi dibanding orang yang
mempunyai harga diri yang tinggi.
Kemudian menurut Hidayat 2004: 45 sumber stres terdiri dari tiga aspek yaitu sebagai berikut:
a. Diri Sendiri Sumber stres dari dalam diri sendiri umumnya konflik yang terjadi antara
keinginan dan kenyataan yang berbeda, dalam hal ini adalah berbagai masalah yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu di atasi, maka
akan dapat menimbulkan stres. b. Keluarga
Stres bersumber dari masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan antara keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda di
antara keluarga. c. Masyarakat dan Lingkungan
Sumber stres ini dapat terjadi di masyarakat dan lingkungan seperti lingkungan pekerjaan, kurangnya hubungan interpersonal serta kurang
adanya pengakuan di masyarakat, sehingga tidak berkembang. Uraian tersebut menunjukkan bahwa sumber stres dapat berubah-ubah,
sejalan dengan perkembangan manusia tetapi kondisi stres juga dapat terjadi di setiap saat sepanjang kehidupan. Sumber stres pada dasarnya berasal dari diri
sendiri, keluarga dan masyarakatlingkungan.
16
3. Faktor Yang Mempengaruhi Stres
Suliswati 2005: 56 menjelaskan bahwa faktor yang mempengaruhi stres yaitu pengaruh genetik, pengalaman masa lalu dan kondisi saat ini. Pengaruh
genetik merupakan keadaan kehidupan seseorang yang diperoleh dari keturunan, seperti riwaya kondisi psikologis, fisik keluarga dan temperamen.
Pengalaman masa lalu adalah kejadian-kejadian yang menghasilkan suatu pola pembelajaran yang dapat mempengaruhi respon penyesuaian individu,
termasuk pengalaman sebelumnya terhadap tekanan stres tersebut atau tekanan lainnya. Selanjutnya untuk kondisi saat ini meliputi faktor kerentanan yang
mempengaruhi kesiapan fisik, psikologis dan sumber-sumber sosial individu untuk menghadapi tuntutan penyesuain diri.
Selanjutnya menurut Stuart dan Laraia dalam Dwi Agustianto, 2011: 14 faktor yang mempengaruhi stres yaitu faktor biologi, psikologis dan
sosiokultural. untuk lebih jelasnya sebagai berikut: a. Faktor biologi, misalnya latar belakang genetik yang merupakan keadaan
kehidupan yang diperoleh dari keturunan, hal ini berarti apabila ada salah satu anggota keluarga yang mengalami kondisi stres maka ada kemungkinan
keturunannya juga mengalami stres. b. Faktor psikologis, misalnya: kepribadian, seseorang yang memiliki
kepribadian yang labil maka akan cenderung mudah stres. c. Faktor sosiokultural, meliputi: usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan,
pekerjan, posisi sosial, latar belakang budaya, pendidikan agama dan kepercayaan, afiliasi politik, pengalaman sosialisasi dan tingkat integrasi
sosial atau keterkaitan.
17 Pendapat tersebut juga senada dengan yang dikemukakan oleh Yeniar
Indriana , dkk 2010: 90 bahwa faktor yang mempengaruhi stres meliputi 3 hal yaitu biologis, psikologis, dan sosial. Untuk lebih jelasnya sebagai berikut:
a. Faktor biologis Misalnya kekurangan makan dapat menimbulkan stres karena makan
merupakan kebutuhan pokok manusia, biasanya orang yang kelaparan menjadi lebih sensitif dan mudah stres.
b. Faktor psikologis Misalnyakehilangan sesuatu yang berharga seperti kehilangan anak,
suamiistri atau orang tua dapat menimbulkan stres. c. Faktor sosial
Misalnya perubahan tempat tinggal atau tempat kerja, jika seseorang tidak dapat beradaptasi dengan baik, maka dapat menimbulkan stres.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi stres meliputi: a faktor biologis, b faktor
psikologis, c faktor sosial.
4. Tanda dan Gejala Stres
Menurut Cox dalam Siswanto, 2007: 56 tanda dan gejala stres terbagi dalam lima kategori sebagai berikut:
a. Gejala subjektif dirasakan secara pribadi meliputi: kegelisahan, agresi, kelesuan, kebosanan, depresi, kelelahan, kekecewaaan, kehilangan
kesabaran, harga diri rendah, perasaan terpencil. b. Gejala perilaku yang mudah dilihat karena berbentuk perilaku-perilaku
tertentu, meliputi mudah terkena kecelakaan, penyalahgunaan obat, peledakan emosi, berperilaku implisif, tertawa gelisah.
c. Gejala kognitif yang mempengaruhi proses berpikir, meliputi tidak mampu mengambil keputusan yang sehat, kurang dapat berkonsentrasi,
tidak mampu memusatkan perhatian dalam jangka waktu yang lama, sangat peka terhadap kecaman dan mengalami rintangan mental.
18 d. Gejala fisiologis yang berhubungan dengan fungsi atau kerja alat-alat
tubuh, yaitu tingkat gula darah meningkat, denyut jantungtekanan darah naik, mulut menjadi kering, berkeringat, pupil mata membesar,
sebentar-sebentar panas dan dingin.
e. Gejala keorganisasian tampak dalam tempat kerja, meliputi absen, produktifitas rendah, mengsingkan diri dari teman sekerja, ketidak
puasan kerja, menurunnya keterikatan dan loyalitas terhadap organisasi.
Braham dalam Handoyo Seger 2001: 68 membedakan gejala stres atas gejala fisik, emosional, intelektual dan gejala interpersonal. Gejala fisik
ditandai dengan adanya sulit tidur atau tidur tidak teratur, sakit kepala, sulit buang air besar, adanya gangguan pencemaan, radang usus, kulit gatal-gatal,
punggung terasa sakit, urat-urat pada bahu dan leher terasa tegang, keringat berlebihan, selera makan berubah, tekanan darah tinggi atau serangan jantung,
dan kehilangan energi. Sementara gejala stres yang bersifat emosional ditandai dengan marah-marah, mudah tersinggung dan terlalu sensitif, gelisah dan
cemas, suasana hati mudah berubah-ubah, sedih, mudah menangis dan depresi, gugup, agresif terhadap orang lain dan mudah bermusuhan serta mudah
menyerang, dan kelesuan mental. Gejala stres yang bersifat intelektual umumnya ditandai dengan mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat menurun,
sulit untuk berkonsentrasi, suka melamun berlebihan dan pikiran hanya dipenuhi satu pikiran saja. Sedangkan tanda stres yang bersifat interpersonal
adalah acuh dan mendiamkan orang lain, kepercayaan pada orang lain menurun, mudah mengingkari janji pada orang lain, senang mencari kesalahan
orang lain atau menyerang dengan kata-kata, menutup diri secara berlebihan, dan mudah menyalahkan orang lain.
19 Tanda dan gejala stres menurut Stuart dan Laraia dalam Dwi Agustianto,
2011: 14 diantaranya sebagai berikut: a. Gejala Perilaku, seperti mondar-mandir, gelisah, mengigit kuku,
mengerak-gerakkan anggota badan atau jari-jari, perubahan pola makan, merokok, minum minuman keras, menangis, berteriak,
mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul.
b. Gelaja mental, seperti berkurangnya konsentrasi dan daya ingat, ragu- ragu, bingung, pikiran penuh atau kosong, kehilangan rasa humor.
c. Gejala emosi, seperti cemas pada berbagai situasi, depresi, putus asa, mudah marah, ketakutan, frustasi, tiba-tiba menangis, fobia, rendah diri,
merasa tak berdaya, menarik diri dari pergaulan dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi.
d. Gelaja fisik, seperti merasa lelah, insomnia, nyeri kepala, otot kaku dan tegang, gemetar, wajah terasa panas, berkeringat dan sebagainya.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tanda dan gejala stres meliputi gejala fisik, mental kognitif, emosi subjektif, perilaku dan
keorganisasian.
5. Tingkatan Stres
Tingkatan stres sebagaimana yang dikemukakan oleh Potter dalam Dwi Agustianto, 2011: 15 terbagi menjadi tiga yaitu:
a. Stres ringan, seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, situasi ini biasanya berlangsung berapa menit atau jam dan belum berpengaruh
kepada fisik dan mental hanya saja mulai sedikit tegang dan was-was. b. Stres sedang, apabila berlangsung lebih lama seperti mulai kesulitasn tidur,
sering menyendiri dan tegang. c. Stres berat, apabila situasi kronis yang dapat berlangsung beberapa minggu
sampai beberapa tahun. pada keadaan stres ini individu mulai ada gangguan fisik dan mental.
Menurut Sundeen dalam Erwinsyah Putra Surbakti, 2008: 12 mengklasifikasikan tingkat stres, menjadi tiga yaitu: