Ruang Lingkup Penelitian Local Institution: A Form of Socio-Ecological Adaptation in Landslide-Prone Areas (A Case of Landslide-Prone Community in Sukaraksa Village, Bogor Regency, West Java Province).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bencana Alam Longsor: Faktor Alam dan Perbuatan Manusia

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau non-alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis UU 242007. Definisi lain tentang bencana yakni suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri ISDR 2004. Bencana dapat dikategorikan menjadi 3 bentuk yakni bencana alam, bencana non alam dan bencana sosial. Longsor merupakan salah satu jenis bencana alam yang ditandai dengan runtuhnya tanah secara tiba-tiba atau pergerakan tanah atau bebatuan atau puing-puing dalam jumlah besar ke arah bawah atau keluar secara tiba-tiba atau berangsur, di bawah pengaruh gravitasi bumi Nugraha 2010. Bencana alam juga merupakan fenomena sosial akibat tingkat kemampuan komunitas lebih rendah dibandingkan dengan ancaman yang mungkin terjadi Utami dkk. 2010. Pada umumnya longsor gerakan tanah terjadi karena lereng yang gundul atau kondisi tanah dan bebatuan yang rapuh dan tidak stabil. Hujan deras menjadi pemicu utama terjadinya tanah longsor. Lebih jauh Agus 2011 mengungkapkan peristiwa tanah longsor merupakan peristiwa terjadinya perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran yang bergerak ke bawah atau ke luar lereng. Proses terjadinya tanah longsor muncul ketika air yang meresap ke dalam tanah menambah bobot tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti lereng dan atau ke luar dari lereng. Nugraha 2010 menjelaskan secara detail tentang salah satu penyebab longsor yakni kemiringan suatu lereng. Semakin curam sudut kemiringan lereng suatu kawasan, semakin besar peluang terjadinya longsor. Hal tersebut disebabkan oleh material bumi pada lereng memiliki sudut mengaso atau stabil. Bebatuan kering akan tetap ditempatnya hingga kemiringan 30 derajat, akan tetapi tanah yang basah akan mulai meluncur jika sudut lereng lebih dari 1 atau 2 derajat. Lebih jauh lagi dijelaskan tentang gejala umum terjadinya bencana longsor pergerakan-perpindahan massa tanah dalam jumlah yang lebih besar yakni : 1. Keretakan pada tanah, lantai, dan dinding bangunan. Bentuk-bentuk keretakan ada yang bersifat konsentris terpusat atau paralel dengaan lebar beberapa centimeter dan panjang retakan beberapa meter. 2. Nampak reruntuhan bagian-bagian tanah dengan jumlah besar 3. Muncul retakan-retakan di lereng yang sejajar dengan arah tebing. Biasanya retakan muncul setelah hujan deras 4. Muncul mata air baru pada lereng secara tiba-tiba dengaan keadaan air yang keruh 5. Tebing rapuh dan berkerikil, bebatuan mulai berjatuhan 6. Terjadi penggembungan pada tebing lereng atau dinding penguat lereng 7. Terjadi tanah amblas pada lereng 8. Pohon-pohon atau tiang-tiang yang terpancang pada lereng menjadi miring Gejala perubahan tersebut mengindikasikan dua hal yakni kerusakan lingkungan serta penurunan kualitas lahan, landskap dan ekosistemnya. Indonesia dengan karakteristik wilayah yang terdiri atas dataran tinggi dan rendah, curah hujan yang relatif tinggi, dan berada pada rangkaian ring of fire sangat rentan terhadap kejadian tanah longsor. Setidaknya terdapat 918 lokasi rawan longsor di Indonesia. Oleh karenanya, wilayah Indonesia memiliki tingkat resiko yang tinggi terhadap bencana tanah longsor. Setiap tahun kerugian yang ditanggung akibat bencana tanah longsor sekitar Rp 800 miliar, sedangkan jiwa yang terancam sekitar 1 juta Nugraha 2010. Wilayah rawah longsor yang ada di Indonesia tersebar merata di hampir seluruh Propinsi. Hasil survey Vulkanologi Indonesia Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral mengungkapkan data sebaran titik rawan longsor sebagai berikut; 1 Jawa Tengah 327 lokasi, 2 Jawa Barat 276 lokasi, 3 Sumatera