Lokasi Populasi Penelitian Teknik Pengambilan Data

Aplikasi kedua pendekatan tersebut secara teknis menggunakan metode sebagai berikut : 1 Kuantitatif metode sensus menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok untuk mengetahui persepsi warga terhadap lingkungan dan kemampuan diri. Pengukuran persepsi dilakukan pada suami atau istri dari seluruh keluarga atau rumahtangga yang terdapat di Kampung Sirnagalih. Jumlah rumahtangga di Sirnagalih sama dengan jumlah keluarga, yakni 55. Sensus dilakukan dengan pertimbangan populasi pada Kampung Sirnagalih termasuk kecil dan dianggap efektif untuk mengetahui persepsi warga dari seluruh lapisan sosial yang ada. Adapun karakteristik populasi dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Karakteristik Populasi pada Lokasi Penelitian No Karakteristik Populasi 1. Tingkat Pendidikan Tamatan SD 2. Mata Pencaharian Utama Petani 3. Agama Islam 4. Suku Sunda Jumlah Populasi 55 KK Jumlah Responden 55 Orang 1 responden mewakili 1 keluargarumahtangga Pada aspek mata pencaharian utama sebagai petani, luas lahan rata-rata yang dimiliki para petani di Desa Sukaraksa, khususnya Kampung Sirnagalih berkisar antara 0,25 sampai 0,5 ha hasil wawancara dengan Sekretaris Desa Sukaraksa. Tenaga kerja yang lebih banyak melibatkan anggota keluarga digarap sendiri menunjukkan status sosial para petani tergolong pada kelas sosial menengah ke bawah. Hanya sebagian kecil petani yang berstatus sebagai petani penggarap di lahan milik warga lain yang berasal dari luar Desa seperti Jakarta dan Jawa. Hasil pengelolaan dan pemanfaatan lahan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari warga sehingga perlu menjalani strategi nafkah ganda di sektor jasa untuk seperti; berdagang, buruh, tukang ojek, dan lain-lain. Pengukuran persepsi dikelompokkan ke dalam 2 bagian yaitu 1 persepsi lingkungan meliputi 3 aspek yakni penyebab longsor, dampak bencana longsor dan kondisi tanah-iklim, 2 persepsi diri meliputi 2 aspek yakni kemampuan diri untuk bertahan dan kemampuan diri mencegah longsor. Pengukuran yang dimaksud lebih mengarah pada pengelompokan jawaban responden dalam bentuk persentase. Perolehan persepsi pada masing-masing bagian telah disediakan sejumlah pilihan jawaban dimana responden boleh memilih jawaban lebih dari satu. Pilihan jawaban yang paling banyak dipilih persentase tertinggi menunjukkan persepsi yang dominan dalam komunitas. Hal tersebut akan menunjukkan seberapa besar persentase jawaban responden dalam menilai pemahaman dan kemampuan diri untuk menghadapi bencana longsor. 2 Kualitatif akan dilakukan pada key informan yang dipilih secara purpossive dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu diantaranya yang dipilih adalah aparat desa kepala desa dan sekretaris desa, ketua Satgas BPBD Kab. Bogor, tokoh masyarakat atau tokoh kampung serta warga yang mengalami langsung peristiwa longsor mulai dari tahun 2009. Pemilihan informan kemudian dilanjutkan dengan cara snowball sampling atau pemilihan informan secara berantai berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan kunci sebelumnya. Adapun pengambilan data primer melalui metode kualitatif menggunakan 2 teknik yaitu: a. Pengamatan, yakni data dikumpulkan melalui pengamatan langsung dengan cara observasi lapangan. b. Wawancara mendalam indepth interview, yakni tatap muka langsung dengan informan untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan dengan menggunakan panduan wawancara yang berisikan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun sebelumnya sehubungan dengan hal-hal yang hendak diketahui. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara bertanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya pewawancara dengan si penjawab responden dengan menggunakan alat panduan wawancara Nazir 2009. Wawancara dilakukan pada beberapa informan kunci yang kemudian dilanjutkan secara mendalam indepth interview kepada informan lainnya dengan teknik snowball. Data yang diambil terkait dengan profil desa- kampung, realitas longsor, bentuk-bentuk adaptasi sosio-ekologi, dan bentuk kelembagaan lokal.

3.3 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dibedakan berdasarkan 2 pedekatan yang digunakan. Untuk data kuantitatif maka pengolahan data persepsi akan dilakukan dengan mengelompokkan jawaban responden yang kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi angkapersentase. Analisa dan pengolahan data kuantitatif hanya dilakukan secara deskriptif untuk menggambarkan persepsi. Data-data yang bersifat kualitatif seperti realitas longsor, perubahan- perubahan beserta bentuk adaptasi sosio-ekologi, hingga kelembagaan lokal, akan diolah dengan melakukan beberapa tahap yakni reduksi data, kategorisasi, sintesisasi dan kesimpulan. Pengolahan dan analisa data dilakukan dengan proses mereduksi data. Reduksi dalam proses pengumpulan data meliputi kegiatan : 1 meringkas data; 2 mengkode ; 3 menelusur tema ; 4 membuat gugus-gugus; 5 membuat partisi; 6 membuat memo. Kegiatan ini berlangsung semenjak pengumpulan data sampai dengan penyusunan laporan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesimpulan akhir Sitorus, 1998. Penggunaan 2 pendekatan hanya dilakukan pada tahap pengambilan dan pengolahan data. Hal tersebut sengaja dilakukan oleh Peneliti dengan alasan kemudahan namun tetap mengutamakan akurasi data. Kajian yang menggunakan 2 pendekatan-metode ini pada akhirnya menggunakan analisis dengan lebih menekankan pada metode kualitatif yang menggunakan pejelasan secara emik. Penjelasan emik adalah suatu penjelasan tentang gejala atau fenomena yang mengungkapkan fikiran pengetahuan, tindakan serta harapan informan sesuai dengan apa yang disampaikan oleh informan native’s point of view. BAB IV PROFIL DESA Gambaran umum Desa Sukaraksa memotret 2 keadaan yakni aspek fisik dan aspek kemasyarakatan. Aspek fisik digambarkan untuk menjelaskan kondisi alam Desa Sukaraksa mulai dari topografi, curah hujan serta jenis tanah sehingga diketahui alasan mengapa Sukaraksa dikatakan sebagai daerah rawan longsor. Aspek kemasyarakatan menggambarkan keadaan mulai dari kepadatan penduduk, mata pencaharian, tingkat pendidikan, hingga kepercayaan masyarakat. Kedua aspek merupakan aspek yang penting digambarkan sebagai faktor yang mendukung terjadinya permasalahan sekaligus penanganan bencana. 4.1 Keadaan Fisik Desa Sukaraksa 4.1.1 Letak dan Luas Wilayah Secara administratif, Desa Sukaraksa merupakan salah satu desa pada Kecamatan Cigudeg Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan luas wilayah sebesar 524.792 Ha. Adapun batas wilayah Desa Sukaraksa sebagai berikut : Bagian utara : Desa Cigudeg, Bagian timur : Desa Parakan Muncang, Bagian selatan : Desa Harkat Jaya Bagian barat : Desa Sukajaya. Secara geografis, Desa Sukaraksa berada di hulu 2 wilayah Daerah Aliran Sungai DAS yakni DAS Cisadane dan Sub DAS Cidurian.

4.1.2 Topografi

Topografi Desa Sukaraksa secara umum berbukit dengan ketinggian mulai dari 320 meter hingga 350 meter dari permukaan laut mdpl. Topografinya Desa Sukaraksa dapat dikategorikan sebagian kecil datar dan lebih banyak yang bergelombang, berbukit sampai bergunung-gunung dengan notasi kemiringan 25 persen sampai 30 persen. Perbedaan notasi kemiringan menyebabkan sebagian besar kepadatan pemukiman dan aktivitas bertani terkonsentrasi pada daerah yang agak datar.