Aspirasi Masyarakat TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemekaran Wilayah Pembentukan Daerah Otonom

pemerintahan dan pembangunan daerah berdasarkan prakarsa, kreaktifitas dan partisipasi aktif masyarakat yang seluas-luasnya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, dalam arus globalisasi dewasa ini akan memperkuat eksistensi negara bangsa, yang kini tengah digugat. Namun, penerapan desentralisasi dan otonomi yang diatur dalam UU No.322004, harus dilaksanakan secara konsisten dan sungguh-sungguh.

2.4. Aspirasi Masyarakat

Secara terminologi, aspirasi didefinisikan sebagai harapan terhadap sesuatu hal yang disertai keinginan. Good dalam Sarwono 1999 memberikan batasan aspirasi, aspiration is the degree to which individual sets his goals realistically in relation to his physical and mental attributes and in accordance with his environment aspirasi yaitu bagaimana individu mempersiapkan sekumpulan sasaran atau tujuan secara realistis dalam kaitannya dengan keadaan fisik dan mentalnya serta lingkungan sekitarnya. Terminologi tersebut, menunjukkan bahwa pemaknaan terhadap istilah atau perkataan aspirasi relatif fleksibel dan kontekstual yang dalam penggunaannya tergantung pada obyek yang akan diamati. Jika idiom aspirasi diletakkan dalam perspektif politik, kekuasaan dan negara state, maka aspirasi akan berasal muncul dari pemegang kedaulatan negara yaitu rakyat civillity, sedangkan yang bertugas dan bertanggungjawab mengakomodir dan mengagregasi aspirasi adalah penyelenggara negara baik legislatif DPR maupun eksekutif. Dalam hal ini, aspirasi membutuhkan saluran ruang yang memungkinkan sebuah aspirasi akan tersalur dengan baik sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa aspirasi adalah sekumpulan harapan dan keinginan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Dalam praktek kehidupan berbangsa dan bernegara, pengistilahan aspirasi tidak berdiri tunggal, tetapi sering diparalelkan dengan subyek pelaku yaitu masyarakat sebagai penyalur aspirasi sehingga disebut aspirasi rakyat masyarakat. Masyarakat sebagai sistem sosial terdiri dari unsur-unsur yang tersusun secara sistematis, dimana setiap unsur mempunyai pola hubungan tertentu seperti pola hubungan keluarga, ekonomi, pemerintahan, agama, pendidikan, dan lapisan masyarakat. Menurut Rudito dan Budiman 2003, masyarakat sebagai sistem sosial, didalamnya terdapat aturan-aturan yang mengatur bagaimana seharusnya individu-individu sebagai anggota berinteraksi satu sama lain. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 2003, masyarakat adalah sejumlah manusia dalam arti seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan yang mereka anggap sama. Secara sosiologis menurut Himawan dalam Cula 2002, bahwa jika kita merujuk pada istilah society dalam bahasa Indonesia jelas berarti masyarakat. Namun demikian, dalam pengertian politik hal ini memerlukan klarifikasi. Dalam ilmu politik, menurut pandangan di satu sisi, masyarakat dapat ditempatkan dalam posisi yang berhadapan dengan negara, tetapi disisi lain ada yang menganggapnya meliputi political society dan civil society. Dalam peristilahan popular civil society sering diartikan sebagai masyarakat berbudaya atau masyarakat madani, merujuk pada Madinah sebuah kota yang sebelumnya bernama Yastrib di wilayah Arab, dimana masyarakat Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad SAW pernah membangun peradaban tinggi. Menurut Madjid 2004, Madinah berasal dari bahasa Arab Madaniah yang berarti peradaban, sehingga masyarakat madani berasosiasi dengan masyarakat beradab. Terhadap beragam peristilahan ini, namun yang umum digunakan di Indonesia adalah masyarakat sebagai warga negara bangsa, yang berbudaya dan memiliki hak dan kewajiban yang sama. Dalam penelitian ini, masyarakat dimaknai sebagai seluruh warga negara bangsa yang hidup dalam wilayah NKRI, yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Upaya memenuhi hak dan memenuhi kewajiban, masyarakat harus menyampaikan aspirasi kepada penyelenggara negara yaitu pemerintah. Aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat ke pemerintah disebut aspirasi masyarakat. Dalam penyampaiannya, didasarkan pada realitas sosial, ekonomi, budaya, sejarah, hukum dan politik yang dihadapi suatu masyarakat. Sehingga kadang kala aspirasi masyarakat dapat bersifat subjektif dan objektif. Aspirasi dikatakan subjektif apabila aspirasi masyarakat tersebut, memiliki muatan politik yang dominan, ketimbang realitas yang benar-benar dialami oleh masyarakat. Sedangkan aspirasi yang obyektif, dapat diamati substansi aspirasi dengan realitas yang terjadi di masyarakat benar- benar bersesuain. Bentuk penyampaian aspirasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi aspirasi langsung dan tidak langsung. Aspirasi langsung, biasanya disampaikan dengan cara masyarakat datang langsung ke institusi negara seperti eksekutif dan legislatif. Aspirasi langsung biasanya diekspresikan dengan cara demonstrasi dengan jumlah massa yang banyak, atau hanya sekelompok orang saja. Sedangkan aspirasi tidak langsung, disampaikan dalam bentuk surat atau pernyataan- pernyataan yang bersifat pengaduan dan laporan. Dari pengertian-pengertian mengenai aspirasi dan masyarakat yang dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa aspirasi masyarakat adalah sekumpulan harapan dan keinginan masyarakat untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau dicita-citakan. Berkaitan dengan penelitian ini pula, aspirasi masyarakat meminta pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Tengah menjadi beberapa daerah otonom baru, yaitu Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan dengan harapan atau tujuan agar dengan adanya pemekaran wilayah akan tercipta kesejahteraan masyarakat dan memacu laju perkembangan pembangunan daerah Kabupaten Halmahera Timur. Oleh karena itu, aspirasi masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keinginan-keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah, yang perlu diselenggarakan dalam pembangunan daerah.

2.5. Persepsi Masyarakat