Pada Gambar 20 diatas menunjukkan, indeks kinerja keuangan Kota Tidore memiliki indeks kinerja aparatur pemerintah yang lebih tinggi, dan
Halmahera Timur berada pada urutan kedua, sedangkan Halmahera Tengah berada pada urutan ketiga. Namun, secara umum indeks kinerja aparatur
pemerintah daerah pada daerah pemekaran Kabupaten Halmahera Timur, Kota Tidore, dan daerah induk Halmahera Tengah dalam tahun 2005-2009
cenderung mengalami peningkatan. Dengan meningkatnya kinerja aparatur pemerintah daerah, berarti kinerja aparatur pada daerah induk maupun daerah
pemekaran semakin tersedia secara kuantitas, dan semakin baik secara kualitas, sehingga peran aparatur dalam melaksanakan pembangunan daerah, dan
pelayanan semakin membaik.
5.1.2. Kinerja Keuangan Daerah a. Dependensi Fiskal dan PAD
Dependensi fiskal digunakan untuk mengukur sejauh mana pemerintah daerah dapat memenuhi kebutuhan fiskalnya, baik melalui alokasi dana
perimbangan DP dari pusat maupun pendapatan asli daerah PAD. Salah satu komponen dana perimbangan dalam struktur APBD adalah dana alokasi umum
DAU. Fungsi DAU sesuai UU No.332004 adalah sebagai faktor pemerataan kapasitas fiskal dan distribusi keuangan pemerintah ke daerah. Dalam komponen
DAU terdapat alokasi dasar yang merupakan gaji PNS yang merupakan tanggungjawab pemerintah pusat. Untuk itu, dalam mengkaji dependensi fiskal
daerah, komponen belanja pegawai harus dikurangi dari total belanja DAU. Selanjutnya DAU yang telah dikurangi belanja pegawai, dibandingkan dengan
total pendapatan daerah TPD. Dalam tahun 2005-2009 Kabupaten Halmahera Timur masih memiliki
ketergantungan fiskal dari pemerintah pusat, walaupun kecenderungannya menurun. Pada tahun 2005 peran DAU terhadap total pendapatan daerah sebesar
53,37 menurun menjadi 28,01 pada tahun 2009. Sedangkan peran PAD dalam total pendapatan daerah selama tahun 2005-2009 menunjukkan trend yang
meningkat. Pada tahun 2005 peran PAD hanya sebesar 0,070, kemudian meningkat menjadi 6,92 pada tahun 2009 secara lengkap lihat Gambar 21.
Gambar 21. Perkembangan Dependensi Fiskal Kab.Halmahera Timur
Keterangan: DAUTPD Dana Alokasi Umum per Total Pendapatan Daerah, PADTPD Pendapatan Asli Daerah per Total Pendapatan Daerah.
Pada Gambar 21 di atas menunjukkan bahwa dependensi fiskal kabupaten Halmahera Timur memiliki kecenderungan menurun. Penurunan ketergantungan
fiskal ini, diimbangi oleh peningkatan PAD sehingga kondisi total pendapatan daerah cukup stabil selama tahun 2005-2009. Hal ini tidak terlepas dari kerja
keras pemerintah daerah kabupaten Halmahera Timur untuk meningkatkan PAD, dengan mengelola potensi sumber-sumber PAD secara profesional. Namun, dalam
jangka panjang pemerintah daerah harus lebih mendayagunakan potensi sumberdaya ekonomi secara lebih profesional dan berkesinambungan, agar
pendapatan daerah dapat lebih ditingkatkan, dan tidak tergantung pada bantuan fiskal pemerintah pusat. Karena kemampuan daerah melaksanakan otonomi
daerah sangat ditentukan oleh seberapa besar daerah mampu membiayai pemerintahan dan pembangunan daerah, dengan mengandalkan pendapatan
daerah sendiri. Tingkat ketergantungan fiskal Halmahera Timur 2005-2009, bila
dibandingkan dengan daerah induk Halmahera Tengah dan Kota Tidore Kepulauan daerah pemekaran pada tahun yang sama, terlihat daerah pemekaran
Halmahera Timur dan Tidore memiliki tingkat ketergantungan yang semakin berkurang menurun secara lengkap ditampilkan pada Gambar 22.
53.37 42.21
51.8 37.89
28.01
0.7 0.99
1.31 6.13
6.92 10
20 30
40 50
60
2005 2006
2007 2008
2009 P
ers en
ta se
D A
U T
P D
d an
P A
D T
P D
DAUTPD PADTPD
Gambar 22.Perkembangan Dependensi Fiskal Daerah Induk Halmahera Tengah, dan Daerah Pemekaran Halmahera Timur dan Kota Tidore
Pada Gambar 22 terlihat pada tahun 2005 tingkat ketergantungan fiskal kabupaten Halmahera Timur sebesar 53,37, Kota Tidore 30,80, dan
Halmahera Tengah 17,10, kemudian pada tahun 2009 tingkat ketergantungan fiskal Halmahera Timur menurun menjadi 28,01, Kota Tidore menurun menjadi
20,65, sedangkan Halmahera Tengah 30,07. Ini berarti selama lima tahun terakhir tingkat ketergantungan fiskal daerah pemekaran semakin menurun, bila
dibandingkan dengan daerahkabupaten induk, sehingga dapat dikatakan bahwa pengelolaan keuangan pada daerah-daerah pemekaran selama lima tahun terakhir
sudah semakin membaik. Penurunan ketergantungan fiskal daerah pemekaran Halmahera Timur dan
Kota Tidore, dan daerah induk Halmahera Tengah, karena penurunan porsi dana alokasi umum DAU setelah dikurangi belanja pegawai dalam total
pendapatan daaerah, serta semakin meningkatknya PAD. Oleh karena itu, dalam jangka panjang kapasitas penciptaan pendapatan daerah pada daerah induk dan
daerah pemekaran harus lebih ditingkatkan. Kapasitas penciptaan pendapatan daerah Halmahera Timur tahun 2005-2009
cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 kapasitas penciptaan pendapatan daerah Halmahera Timur hanya sebesar 0,34, kemudian meningkat
menjadi 12,54 pada tahun 2009 Gambar 23.
17.1 46.26
40.28 43.49
30.07 30.8
47.15
34.23 27.77
20.65 53.37
42.21 51.8
37.89 28.01
10 20
30 40
50 60
2005 2006
2007 2008
2009 D
ep en
d en
si F
is k
al Halteng
Tidore Haltim
Gambar 23. Perkembangan Kapasitas Penciptaan Pendapatan Daerah Kabupaten Halmahera Timur, Kota Tidore, dan Halmahera Tengah.
Perkembangan kapasitas penciptaan pendapatan daerah Halmahera Timur tahun 2005-2009, bila dibandingkan dengan daerah induk Halmahera Tengah
dan Kota Tidore Kepulauan daerah pemekaran, terlihat kapasitas penciptaan pendapatan daerah Halmahera Timur masih lebih tinggi, dari Halmahera Tengah
dan Kota Tidore lihat Gambar 23. Ini menunjukkan bahwa setelah pemekaran wilayah peran pemerintah daerah Halmahera Timur untuk meningkatkan
pendapatan daerah cukup signifikan. Namun secara umum, kapasitas penciptaan pendapatan daerah pada daerah pemekaran dan daerah induk menunjukkan
peningkatan.
b. Belanja Investasi dan Kontribusi APBD