Kehutanan TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemekaran Wilayah Pembentukan Daerah Otonom

memiliki informasi yang lebih banyak terhadap perkembangan sektor perikanan setelah pemekaran wilayah. Persepsi responden secara khusus terhadap sektor perikanan setelah pemekaran wilayah yang beragam dan berbeda-beda, disebabkan perbedaan informasi terhadap perkembangan sektor perikanan, dan pemahaman terhadap aktifitas, produksi, dan informasi pasar. Namun, secara umum setelah pemekaran wilayah sektor perikanan mengalami peningkatan.

c. Kehutanan

Secara umum hasil analisis pada Gambar 60 menunjukkan, bahwa sebagian besar responden yang diwawancarai menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan setelah pemekaran wilayah, dan 39,86 responden menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan setelah pemekaran wilayah. Persepsi masyarakat terhadap sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan, karena setelah pemekaran wilayah masyarakat tidak secara bebas memanfaatkan hasil-hasil hutan seperti kayu olahan, bahkan kegiatan pengelolaan hasil hutan kayu yang dilakukan perusahan yang bergerak dibidang kayu bulat kurang melibatkan masyarakat baik sebagai tenaga kerja, maupun dalam musyawarah pemanfaatan potensi kayu, termasuk tanggungjawab sosial perusahan masih kurang. Masyarakat yang berpersepsi sektor kehutanan semakin membaik, karena kegiatan pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu, selain melibatkan masyarakat, juga dilakukan kegiatan bina desa, serta kontribusi hasil kehutanan ke daerah juga semakin meningkat. Persepsi masyarakat tersebut, ditunjukkan dengan kontribusi sub sektor kehutanan terhadap sektor pertanian yang pada tahun 2004 kehutanan 6,50, kemudian pada tahun 2008 sebesar 6,06. Peningkatan kegiatan disektor kehutanan juga ditunjukkan dengan jumlah perusahan yang melakukan kegiatan sampai pada tahun 2008 terdapat 7 buah perusahan IPK-APL dengan produksi kayu bulat sebanyak 76.529,43 M 3 , dan HPH sebanyak 5 buah dengan produksi 45.178,61 M 3 . Secara khusus persepsi responden terhadap sektor kehutanan setelah pemekaran wilayah cukup beragam atau berbeda. Persepsi responden dilihat menurut jenis kelamin, responden perempuan lebih banyak menjawab sektor kehutanan semakin meningkat, dan responden laki-laki paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan Tabel 36. Karena responden perempuan memiliki informasi terhadap sektor kehutanan terbatas, sedangkan laki-laki memiliki informasi yang lebih baik khususnya berkaitan pemanfaatan hasil kayu olahan, dan tanggungjawab sosial perusahan kayu. Tabel 36. Persepsi Masyarakat Mengenai Manfaat Sektor Kehutanan Setelah Pemekaran Wilayah Menurut Profil Responden Profil Responden Kategori Apakah setelah pemekaran wilayah sektor Kehutanan semakin meningkat Ya Tidak Jenis Kelamin 1. Laki-laki 37.74 62.26 2. Perempuan 60.00 40.00 Asal Suku 1. Lokal 16.67 83.33 2. Lokal Malut 52.94 47.06 3. Jawa 33.33 66.67 4. Sulawesi 33.33 66.67 5. Lainnya 45.45 54.55 Pendidikan 1. TKSD 100.00 - 2. SD 25.00 75.00 3. SMP 33.33 66.67 4. SLTA 44.00 56.00 5. PT 41.67 58.33 Pekerjaan Umum 1. Tidak Bekerja 100.00 - 2. Pegawai Negeri 16.67 83.33 3. Nelayan 66.67 33.33 4. Petani 40.00 60.00 5. Buruh - 100.00 6. Lainnya 50.00 50.00 Jabatan dalam 1. Masyarakat Biasa 44.44 55.56 Masyarakat 2. KadesSekdesPemda 36.84 63.16 3. Tokoh Masyarakat 36.36 63.64 4. Tokoh Adat - 100.00 5. Tokoh Agama 66.67 33.33 Dilihat menurut asal suku, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan semakin meningkat adalah lokal Malut, dan responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan adalah suku Lokal. Karena suku local Malut memiliki informasi yang terbatas, sementara suku lokal selaian memiliki informasi yang cukup, dan lebih memahami perkembangan sektor kehutanan setelah pemekaran wilayah. Dilihat menurut tingkat pendidikan, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah tidak tamat SD, dan responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah SD. Karena responden tidak tamat SD memiliki keterbatas informasi dan pengetahuan berkaitan regulasi pengelolaan potensi hasil hutan kayu, sementara responden tamat SD memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup berkaitan dengan regulasi pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu. Dilihat menurut pekerjaan utama, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan mengalami peningkatan adalah tidak bekerja, dan responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan adalah buruh. Karena responden tidak bekerja selain tidak memiliki informasi yang cukup, juga tidak memiliki kaitan aktifitas disektor kehutanan, sedangkan responden buruh tidak memiliki kesempatan untuk diterima menjadi tenaga kerja pada perusahan yang bergerak disektor kehutanan. Dilihat menurut jabatan dalam masyarakat, responden yang paling banyak menjawab sektor kehutanan semakin meningkat adalah tokoh agama. Sedangkan masyarakat biasa paling banyak menjawab sektor kehutanan tidak mengalami peningkatan. Karena tokoh agama memiliki informasi yang terbatas berkaitan pengelolaan dan pemanfaatan hasil hutan kayu, sementara masyarakat biasa memiliki informasi yang lebih banyak berkaitan kegiatan disektor kehutanan khususnya dalam pemanfaatan hasil kayu olahan, dan tanggungjawab social perusahan. Persepsi responden secara khusus terhadap sektor kehutanan setelah pemekaran wilayah yang beragam atau berbeda, lebih disebabkan pada infomasi dan pengetahuan berkaitan sektor kehutanan. Namun secara umum, setelah pemekaran wilayah sektor kehutanan mengalami peningkatan.

d. Pertambangan