Bentuk penyampaian aspirasi masyarakat dapat dikelompokkan menjadi aspirasi langsung dan tidak langsung. Aspirasi langsung, biasanya disampaikan
dengan cara masyarakat datang langsung ke institusi negara seperti eksekutif dan legislatif. Aspirasi langsung biasanya diekspresikan dengan cara demonstrasi
dengan jumlah massa yang banyak, atau hanya sekelompok orang saja. Sedangkan aspirasi tidak langsung, disampaikan dalam bentuk surat atau pernyataan-
pernyataan yang bersifat pengaduan dan laporan. Dari pengertian-pengertian mengenai aspirasi dan masyarakat yang
dikemukakan diatas, dapat disimpulkan bahwa aspirasi masyarakat adalah sekumpulan harapan dan keinginan masyarakat untuk mencapai tujuan yang
diinginkan atau dicita-citakan. Berkaitan dengan penelitian ini pula, aspirasi masyarakat meminta pemekaran wilayah Kabupaten Halmahera Tengah menjadi
beberapa daerah otonom baru, yaitu Kabupaten Halmahera Timur dan Kota Tidore Kepulauan dengan harapan atau tujuan agar dengan adanya pemekaran
wilayah akan tercipta kesejahteraan masyarakat dan memacu laju perkembangan pembangunan daerah Kabupaten Halmahera Timur. Oleh karena itu, aspirasi
masyarakat yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah keinginan-keinginan dan harapan-harapan masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah, yang
perlu diselenggarakan dalam pembangunan daerah.
2.5. Persepsi Masyarakat
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia 2003, kata persepsi mengandung arti, 1 tanggapan penerimaan langsung, 2 proses seseorang mengetahui
beberapa hal melalui panca indera. Sedangkan kata mempersepsikan berarti membuat persepsi. Selanjutnya menurut Echols dan Shadily 2003, kata
perception persepsi berarti 1 penglihatan, 2 tanggapan daya memahami atau menanggapi.
Robins dalam Setiawati dan Tangkilisan 2005 menyatakan bahwa persepsi adalah
suatu proses
dimana seseorang
mengorganisasikan dan
menginterprestasikan kesan-kesan sensori untuk memberikan arti tertentu bagi lingkungannya.
Lebih jauh
Reksowardoyo dalam
Sugiyanto 1996,
mengemukakan bahwa persepsi masyarakat merupakan tanggapan, pengertian dan interpretasi masyarakat tentang sesuatu obyek yang diinformasikan kepada
mereka, terutama bagaimana mereka memandang sesuai dengan dirinya sendiri dalam lingkungan tempat dia berada. Sedangkan Krech dalam Khalid 2002
mendefinisikan persepsi masyarakat sebagai proses perubahan kognitif masyarakat dalam menafsirkan serta memahami dunia yang berada disekitar
mereka. Dari definisi dan pengertian persepsi yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa persepsi adalah tanggapan, pandangan, penilaian atau penafsiran seseorang individu untuk memberikan pernyataan, arti makna
terhadap sesuatu objek, fenomena atau peristiwa tertentu. Jika persepsi dikaitkan dengan manfaat pemekaran wilayah yang diaspirasikan masyarakat, maka
persepsi masyarakat dalam konteks penelitian diartikan sebagai pandangan, tanggapan, atau penilaian masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah.
Persepsi masyarakat terhadap manfaat pemekaran wilayah dapat terbentuk dari dua aspek, 1 aspirasi mengenai manfaat pemekaran wilayah yang perlu
dilaksanakan dalam pembangunan daerah, dan 2 pembangunan daerah yang dilaksanakan pemerintahan daerah tidak didasarkan pada aspirasi masyarakat.
Selanjutnya kedua faktor ini secara kognitif melalui panca indera akan membentuk persepsi masyarakat terhadap pemekaran wilayah. Dalam hubungan
ini, Kemp et al. dalam Khalid 2002 menyatakan bahwa dalam proses persepsi, seseorang menggunakan pikiran untuk memahami objek atau peristiwa.
Sedangkan mata, telinga dan ujung-ujung saraf merupakan alat-alat utama persepsi. Selanjutnya terdapat 2 dua prinsip penting, yaitu; 1 persepsi tidak
berdiri sendiri, tetapi terdiri atas beberapa proses penginderaan yang dihubungkan dan dipadukan menjadi suatu pola yang komplit. Inilah yang menjadi dasar
pengetahuan seseorang, 2 seseorang akan bereaksi terhadap sebagian kecil saja lingkungannya. la akan memilih bagian peristiwa yang ingin ia alami dan menarik
perhatian. Sarwono dalam Ridwan 1999 mengemukakan bahwa perbedaan persepsi
seseorang disebabkan oleh: a.
Perhatian, biasa kita tidak dapat menerima seluruh rangsangan yang ada disekitar kita sekaligus, tetapi kita dapat memfokuskan perhatian kita pada
satu atau dua obyek saja. Perbedaan fokus antara seseorang dengan orang
lainnya menyebabkan perbedaan persepsi antara mereka. b.
Set, adalah harapan seseorang akan rangsangan yang akan timbul, misalnya pada seorang atlit lari yang siap digaris start, terdapat set bahwa akan
terdengar pistol aba-aba untuk berlari. Pada saat itu ia harus berlari. c.
Kebutuhan, kebutuhan-kebutuhan sesaat maupun yang menetap pada diri seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut.
d. Sistem nilai, seperti adat istiadat, kepercayaan yang berlaku dalam suatu
masyarakat, akan mempengaruhi pula terhadap persepsi. e.
Ciri kepribadian, seperti watak, karakter, kebiasaan, akan mempengaruhi pula persepsi.
Perbedaan persepsi yang dijelaskan di atas, memperlihatkan suatu perbedaan persepsi yang sifatnya alami atau kodrati hukum Tuhan dan politik. Perbedaan
persepsi yang sifatnya alami, ditunjukkan dengan sistim nilai dan ciri kepribadian yang dimiliki seseorang. Sedangkan perbedaan yang sifatnya politik, ditunjukkan
dengan perhatian, set dan kebutuhan. Namun demikian, perbedaan persepsi semacam ini tidak bersifat permanen mutlak, tetapi memiliki sifat fleksibilitas
yang memungkinkan terjadinya perubahan-perubahan dalam persepsi seseorang. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi setiap
individu manusia dalam masyarakat, dipengaruhi oleh karakteristik setiap orang individu itu sendiri. Hubungannya dengan persepsi masyarakat terhadap manfaat
pemekaran wilayah, maka dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat sangat dipengaruhi oleh karakteristik setiap orang individu dalam masyarakat.
Karakteristik masyarakat dapat dikelompokkan menjadi, 1 jenis kelamin, 2 asal suku, 3 tingkat pendidikan, 4 pekerjaan utama, 5 jabatan dalam
masyarakat.
2.6 . Pembangunan Daerah dalam Otonomi dan Desentralisasi