Kriteria Sosial-Ekonomi Kajian efektivitas pengelolaan daerah perlindungan laut Desa Mattiro labangeng Kabupaten Pangkajene Kepulauan Sulawesi Selatan

5.3.4 Tingkat Efektivitas Pengelolaan DPL

Analisis tingkat efektivitas DPL Desa Mattiro Labangeng dalam penelitian ini dilakukan untuk mengukur tingkat efektivitas pengelolaan DPL pada tahun penelitian 2010 dan didasarkan pada indikator-indikator terpilih yang ditetapkan tingkatannya indeks. Hasil analisis tingkat efektivitas pengelolaan DPL Desa Mattiro Labangeng tersaji pada Tabel 22. Tabel 22 Matriks tingkat efektivitas Kriteri a Sub Kriteria Bobot Skor Nilai Riil Skor 1 2 3 Ekologi a. Kondisi Tutupan Karang b. Kelimpahan Ikan Target Individu 18 18 1 3 0-25 0-25 25-50 25-50 50-75 50-75 75-100 75-100 Sosial- Ekonom i c. Pendapatan Rp ributahun d. Nilai ekonomi Sumberdaya TK Rp jutahatahun 16 16 2 3 4.32 225 4.32-8.64 150-225 8.64-12.96 75-150 12.960 75 e. Sikap masyarakat 15 3 0-25 25-50 50-75 75-100 Kelem- bagaan f. Jumlah pelatihan stakeholder Jumlahtahun 15 3 1 2 2 Bobot x Skor Total 242 Tingkat Efektivitas 82 Sumber: Studi ini dan Skala Likert Berdasarkan hasil perhitungan tingkat efektivitas pengelolaan DPL Desa Mattiro Labangeng berada pada skor 82 dan dikategorikan sangat efektif. Menurut Carter et al. 2011, skor dan tingkat yang dicapai melalui setiap tinjauan tidak ditujukan untuk menentukan status “pasti” dari efektivitas pengelolaan, tetapi untuk lebih mencerminkan tingkat pencapaian relatif terhadap tujuan akhir dan tujuan-tujuan yang digunakan untuk pengembangan dan pengelolaan kawasan tersebut pada masa yang akan datang. Selain itu, Carter et al. 2001 menyebutkan bahwa pada tingkatan tersebut merupakan tingkat tertinggi dari efektivitas pengelolaan kawasan perlindungan laut. Pada tingkatan ini menunjukkan bahwa kawasan perlindungan laut tersebut telah dikelola dengan kelembagaan yang berfungsi penuh. Hal ini dikarenakan DPL Desa Mattiro Labangeng sudah berjalan lebih dari 3 tahun, sehingga telah melalui beberapa tahapan pengelolaan, yaitu 1 pengelolaan bagi kawasan perlindungan yang baru berjalan, 2 dikelola secara minimum, 3 dikelola dengan penegakan aturan dan 4 dikelola secara berkelanjutan, sehingga mencapai tingkatan tersebut. Dengan demikian, pengelolaan DPL Desa Mattiro Labangeng yang telah dianalisis dan berada pada kategori sangat efektif pada penelitian ini diharapkan akan meningkatkan pelestarian keanekaragaman hayati laut dan pada gilirannya dapat memperkuat layanan ekosistem yang bermanfaat untuk mendukung pembangunan berkelanjutan masyarakat setempat. 5.3.5 Srategi Pengelolaan DPL Berdasarkan Hasil Keberadaan DPL Desa Mattiro Labangeng ditujukan untuk menentukan pola pengelolaan yang mempengaruhi keberlanjutan ketersediaan sumberdaya alam, khususnya yang bersifat dapat pulih terumbu karang. Hal ini memiliki arti yang sangat penting bagi komunitas nelayan setempat karena bentuk pengelolaan keseluruhan yang diserahkan kepada masyarakat dengan memberdayakan peran dan kemampuan masyarakat yang pada saatnya dapat mewujudkan kemerataan kesejahteraan. Kenaikan persentase terumbu karang, jumlah ikan target dan berakhir pada peningkatan pendapatan masyarakat merupakan suatu wujud nyata efektivitas pengelolaan daerah perlindungan laut yang secara keseluruhan ditentukan oleh tingkat pemahaman dan penerimaan masyarakat terhadap keberadaan DPL serta dukungan dari penguatan kelembagaan melalui berbagai pelatihan dari program-program pemerintah. Berdasarkan hasil analisis tutupan karang untuk DPL Desa Mattiro Labangeng terlihat bahwa kenaikan yang dicapai tidak terlalu signifikan bila dibandingkan dengan DPL Desa Mattiro Deceng pada tahun 2008-2010 yang berturut-turut sebagai berikut: 42, 53 dan 54 COREMAP-LIPI 2008; COREMAP II 2009 in Setianingsih 2010. Dengan demikian, DPL Desa Mattiro Deceng mengalami peningkatan persentase tutupan karang hidup sebesar 12 selama 2 tahun DPL terbentuk. Peningkatan tersebut lebih tinggi dibanding dengan DPL Desa Mattiro Labangeng hanya mengalami kenaikan persentase tutupan karang sebesar 16 sejak terbentuk DPL 2005-2010. Hal ini dikarenakan DPL Desa Mattiro Deceng sistem pengawasan dan penandaan DPL