jawab dan kesempatan kepada masyarakat untuk mengelola sumber daya lautnya. Dua komponen penting keberhasilan pengelolaan berbasis masyarakat adalah 1
konsensus yang jelas bagi 3 stakeholder utama, yaitu pemerintah, masyarakat pesisir dan peneliti sosial, ekonomi dan sumber daya dan 2 pemahaman yang
mendalam dari masing-masing stakeholder utama akan peran dan tanggung jawabnya dalam mengimplementasikan program pengelolaan berbasis masyarakat
Dahuri 2003; Nikijuluw 2002. Menurut Carter 1996, Community-based resource Management
CBRM didefenisikan sebagai salah satu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan
keputusan mengenai pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan disuatu daerah terletak atau berada di tangan organisasi-organisasi kelembagaan dalam
masyarakat di daerah tersebut. Kegiatan kelembagaan dalam pengelolaan ekosistem terumbu karang
diperlukan beberapa rencana pengelolaan seperti sekretariat pengelola yang memberi dukungan dan mengkoordinasikan semua aspek usaha pengelolaan
daerah perlindungan laut, termasuk penggalangan partisipasi dan stakeholder. Selain sekretariat sebagai penguatan kelembagaan, pelatihan-pelatihan bagi
kelompok masyarakat perlu juga dilaksanakan seperti pelatihan administrasi, pelatihan budidaya laut, pelatihan selam, pelatihan sistem pengawasan ekosistem
terumbu karang dan pelatihan rehabilitasi terumbu karang transplantasi. Monitoring dan evaluasi kelembagaan perlu dilakukan untuk melihat sejauhmana
keberhasilan penguatan kelembagaan telah diterapkan. Evaluasi dan monitoring ini dilakukan setiap bulantahun sehingga dapat diketahui perkembangannya
untuk mencari solusi yang terbaik dalam mencapai tujuan kelembagaan yang diharapkan Farchan dan I Nyoman 2008.
2.4 Evaluasi Efektivitas
Evaluasi merupakan suatu proses untuk menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan dampak program kegiatan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai
secara sistematik dan obyektif. Evaluasi ini bertujuan untuk menerangkan “apakah” output, efek maupun dampak programkegiatan tercapai atau tidak.
Kegiatan utama evaluasi adalah untuk melihat secara menyeluruh pelaksanaan dan dampak dari suatu programkegiatan sebagai landasan bagi penyusunan
kebijaksanaan dan rancangan programkegiatan yang akan datang DKP 2009. Hal yang sama dinyatakan oleh Adrianto 2007, tujuan dari evaluasi adalah
analisis mendalam terhadap hasil dan keluaran dari program serta menentukan tingkat keberhasilan pencapaian tujuan program, hasil dari evaluasi ini digunakan
untuk perencanaan masa depan. Pelaksanaan kegiatan evaluasi dapat dilakukan pada saat programkegiatan
telah dirancang namun belum diimplementasikan, pada saat programkegiatan masih atau sedang berlangsung dimana indikator kerja diidentifikasi dan
dikembangkan dengan tujuan program, dan pada saat programkegiatan telah berakhir dan menunjukkan dampak Adrianto 2007; DKP 2009. Menurut
Pomeroy dan Rivera-Guieb 2006 in Adrianto 2007 ada beberapa pendekatan evaluasi yang dapat dilakukan yaitu, pendekatan evaluasi kinerja, evaluasi proses,
identifikasi kapasitas pengelolaan, dan evaluasi hasil outcomes. Ada 4 empat manfaat utama dari pelaksanaan evaluasi, yakni: 1 sebagai
sarana bantu manajemen dan komunikasi, yang memungkinkan para pengelola atau tim dapat memantau perkembangan pencapaian tujuan, output, dan hasil-hasil
dari suatu kegiatan, serta melakukan modifikasi metode dan intervensi, untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan dan tim kinerja
pengelola, 2 sebagai bagian dari akuntabilitas penggunaan dana masyarakat secara tepat sasaran dan efisien, 3 sebagai umpan balik dan koreksi kebijakan,
dengan adanya review atas pelaksanaan kegiatan diharapkan dapat memberikan umpan balik dalam rangka perbaikan intervensi atau kebijakan, 4 beberapa hal
dalam pelaksanaan evaluasi merupakan suatu prasyarat atau keharusan dari penyedia dana funding DKP 2009.
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April dan September 2010di Desa Mattiro Labangeng Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten
Pangkepyang terletak antara 04°48‟13.2”-04°50‟53.9” Lintang Selatan LS dan
119°23‟45.0”-119°26‟38.3” Bujur Timur BT. Pengamatan biofisik perairan dilakukan di Daerah Perlindungan Laut DPL Desa Mattiro Labangeng.Lokasi
penelitian Desa Mattiro Labangeng ditampilkan pada Gambar 2.
3.2 Peralatan Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1 berikut,
Tabel 1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
No Alat Penelitian
KegunaanKeterangan
1 Floating drough
cmdtk mengukur kecepatan arus
2 Thermometer
°C mengukur suhu perairan
3 Secchi disk
mengukur kecerahan 4
Depth gauge m
mengukur kedalaman 5
Handrefraktometer
o oo
mengukur salinitas perairan 6
7 8
9
10 11
12 13
14 15
DO meter ppm
Scuba Global Positioning System
Tape recorder Kapal bermotor
Alat tulis bawah air Camera underwater
Roll meter
50 m Kuisioner
Buku Identifikasi Karang dan Ikan Karang Suharsono 2008; Kuiter dan Tonozuka 2001
mengukur oksigen terlarut alatpenyelaman
penentuan posisi merekam data responden
alat transportasi alat tulis bawah air
dokumentasi gambar di bawah air pengukuran transek
panduan dalam wawancara mengidentifikasi karang dan ikan
karang
3.3 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lokasi
penelitian melalui observasi, survei dan wawancara langsung dengan masyarakat dan stakeholder terkait, sedangkan data sekunder merupakan jenis data yang
diperoleh dari studi kepustakaan di dinas atau instansi terkait dalam bentuk laporan dan publikasi. Jenis data primer dan sekunder ditampilkan pada Tabel 2.
26 Gambar 2 Peta sampling biofisik dan sosial-ekonomi Desa Mattiro Labangeng.