Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Selatan

47 ikan lainnya. Jika merujuk pada data tingkat pemanfaatan, maka peluang untuk mengembangkan penangkapan ikan pelagis kecil masih terbuka atau masih dapat ditingkatkan untuk perairan Selat Makassar dan Laut Flores, namun tetap harus dilakukan dengan pendekatan ekologi dan biologi agar pemanfaatan dilakukan sesuai dengan kemampuan produksi ikan pelagis kecil Lebih lanjut dijelaskan wilayah Propinsi Sulawesi Selatan masuk dalam wilayah pengembangan perikanan WPP 713. meliputi perairan bagian paling utara yaitu perairan laut Tarakan dan Nunukan sampai dengan bagian paling selatan yang terletak di bagian perairan barat Sulawesi Selatan. Kondisi WPP yang meliputi perairan Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali mengalami peningkatan ekspoitasi ikan demersal dan udang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an dengan pukat tarik mini dari kelas ukuran di bawah 30 GT. Lokasi penangkapan ikan yang dilakukan secara komersial di perairan Timur Kalimantan, lebih terkonsentrasi di sekitar perairan Bereau, sebagai daerah penangkapan ikan oleh nelayan setempat. Di Pantai Timur Kalimantan status pengusahaan udang sudah over exploited karena banyaknya pukat tarik mini yang beroperasi serta maraknya pukat tarik dari negara tetangga yang tumpang tindih sehingga menyebabkan over fishing. Lebih lajut jenis ikan pelagis dalam tahap moderate, kecuali ikan terbang yang sudah fully exploited, sedangkan ikan pelagis besar sangat berfluktuatif Tabel 7. Tabel 7 Status stok perikanan di perairan Selat Makassar dan Laut Flores No Kelompok Sumberdaya Status Stok U M F O UN 1 Demersal 2 Udang 3 Pelagis kecil 4 Pelagis besar Sumber : Nurhakim, 2007 Keterangan U : under exploited M : moderate F : fully exploited O : over fishing UN : uncertain Berdasarkan fakta diatas diatas kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Sulawesi Selatan memiliki status stok yang berbeda untuk tiap kelompok sumberdaya perikanan serta berada pada sudah berada pada taraf yang cukup kritis dalam mengembangkan perikanan yang berkelanjutan. 48

4.2 Produksi Perikanan Tangkap

Perikanan adalah suatu kegiatan perekonomian yang memanfaatkan sumber daya alam perikanan dengan menggunakan pengetahuan dan teknologi untuk kesejahteraan manusia dengan mengoptimalisasikan dan memelihara produktivitas sumber daya perikanan dan kelestarian lingkungan. Sumber daya perikanan dapat dipandang sebagai suatu komponen dari ekosistem perikanan berperan sebagai faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan suatu output yang bernilai ekonomi masa kini maupun masa mendatang. Disisi lain, sumber daya perikanan bersifat dinamis, baik dengan ataupun tanpa intervensi manusia. Adanya intervensi manusia dalam bentuk aktivitas penangkapan pada hakekatnya adalah memanfaatkan bagian dari kematian alami, dengan catatan bahwa aktivitas penangkapan yang dilakukan dapat dikendalikan sampai batas kemampuan pemulihan stok ikan secara alami. Berdasarkan laporan KKP 2012 produksi perikanan tangkap di Sulawesi Selatan selama tujuh tahun terakhir 2003 - 2010 mengalami penurunan dari tahun ke tahun KKP 2012. Gambaran mengenai jumlah produksi perikanan setiap tahun dapat dilihat pada grafik yang terdapat pada Gambar 16. Gambar 16. Produksi perikanan tangkap Sulawesi Selatan tahun 2003 - 2010 49 Penurunan produksi perikanan tangkap Sulawesi Selatan banyak disebabkan oleh semakin menipisnya stok alami sumberdaya perikanan dan cuaca buruk. Menipisnya stok alami banyak disebabkan oleh semakin maraknya penggunaan alat penangkapan yang tidak ramah lingkungan dan pengerusakan ekosistem penting kawasan pesisir Sulawesi Selatan. Tekanan terhadap ekosistem pesisir semakin diperparah dengan menumpuknya nelayan pada satu kawasan penangkapan saja. Jumlah volume produksi perikanan tangkap tertinggi terjadi pada tahun 2003, yaitu sebanyak 376.811 ton, sedangkan yang terendah terjadi pada tahun 2010, yaitu sebanyak 223.258 ton. Apabila dilihat menurut jenis ikan dalam periode tersebut, volume produksi ikan swanggimata besar mengalami peningkatan yang tertinggi, yaitu dari 6.203 ton pada tahun 2000 menjadi 41,251 ton pada tahun 2010 atau meningkat rata-rata sebesar 26,56 per tahun. Volume produksi ikan tetengkek, kerapu karang, terubuk, ikan lidah dan kurisi juga mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu meningkat rata-rata per tahun sebesar 11,40, 10,20, 10,03, 8,57 dan 8,07. Volume produksi ikan tongkol, cakalang dan tuna mengalami peningkatan rata-rata per tahun masing-masing sebesar 4,35, 3,68 dan 3,15. Pada periode yang sama, volume produksi ikan cucut tikuscucut monyet mengalami penurunan rata-rata terbesar yaitu turun rata-rata sebesar 8,49 per tahun. Sementara produksi golok-golok dan ikan terbang masing-masing turun rata-rata per tahun sebesar 3,08 dan 3,01.

4.3 Karakteristik Nelayan Sulawesi Selatan

Jumlah nelayan pada periode tahun 2003 - 2010 mengalami penurunan rata-rata sebesar 5 per tahun, yaitu dari 206.368 orang pada tahun 2003 menjadi 150.000 orang pada tahun 2010. Jumlah nelayan pada tahun 2005 merupakan jumlah terendah yang dicapai pada periode tersebut, yaitu 125.000 orang. Sedangkan jumlah nelayan tertinggi dicapai pada tahun 2003, yaitu sebanyak 206.368 orang 50 Selama periode tujuh tahun terakhir jumlah nelayan mengalami fluktuasi yang cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan metode penghitungan jumlah nelayan, yaitu dari penghitungan dengan pendekatan RTPPP menjadi penghitungan dengan pendekatan jenis alat penangkap ikan utama serta jenis dan ukuran kapal penangkap ikan, mulai tahun 2005. Jumlah nelayan laut pada periode yang sama turun rata-rata sebesar 0,40 per tahun, yaitu dari 206.368 orang pada tahun 2003 menjadi 137.695 orang pada tahun 2010, jumlah nelayan perairan umum juga mengalami penurunan rata-rata sebesar 5 per tahun. Jumlah nelayan laut pada tahun 2005 merupakan jumlah nelayan terendah yang dicapai dalam periode yang sama yaitu, sebanyak 137.695 orang, sedangkan jumlah nelayan laut tertinggi dicapai pada tahun 2003, yaitu sebanyak 206.368 orang. Sebagian besar nelayan di laut adalah nelayan penuh yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan. Jumlah nelayan di laut untuk kategori nelayan penuh meningkat rata-rata 0,26 per tahun. Sedangkan jumlah nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan mengalami penurunan masing-masing turun rata-rata sebesar 0,41 per tahun dan 0,47 per tahun Jumlah nelayan perairan umum pada tahun 2003 sebanyak 206.368 orang dan berfluktuasi pada periode tahun 2003 - 2010. Jumlah nelayan pada tahun 2010 menjadi sebanyak 137.695 orang dan ini merupakan jumlah nelayan perairan umum terendah sejak tahun 2000. Gambar 17. Jumlah nelayan Sulawesi Selatan tahun 2003 - 2010