Karakteristik Nelayan Sulawesi Selatan

51 Sedangkan jumlah nelayan perairan umum tertinggi dicapai pada tahun 2003, yaitu sebanyak 206.368 orang.

4.4 Karakteristik Sosial Ekonomi Nelayan

Nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan ikanbinatang air lainnyatanaman air. Orang yang hanya melakukan pekerjaan seperti membuat jaring, mengangkut alat-alat perlengkapan ke dalam perahukapal, tidak dimasukkan sebagai nelayan. Tetapi ahli mesin dan juru masak yang bekerja di atas kapal penangkap ikan dimasukkan sebagai nelayan, walaupun mereka tidak secara langsung melakukan penangkapan. Karakteristik nelayan meliputi asal daerah, pendidikan nelayan, jumlah anggota keluarga nelayan, usia nelayan, pengalaman nelayan, dan status nelayan.

4.4.1 Tingkat Pendidikan Nelayan

Tingkat pendidikan nelayan di wilayah provinsi Sulawesi Selatan terdiri dari 19 kabupaten yaitu Kabupaten Selayar, Bulukumba, Bantaeng, Janeponto, Takalar, Gowa, Sinjai, Maros, Pangkajene Kepulauan, Barru, Bone, Wajo, Pinrang, Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Kota Makasar, Kota Pare-Pare, dan Kota Palopo. Karakteristik pendidikan nelayan Sulawesi Selatan berdasarkan pengambilan contoh di 3 kabupaten Kabupaten Bulukumba 36 orang atau 31.9, Kabupaten Pangkep 37 orang atau 32.7, dan Kabupaten Takalar 40 orang atau 35.4. Pendidikan nelayan adalah jenjang pendidikan formal yang telah diselesaikan nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendidikan nelayan berdasarkan pengambilan sample, di wilayah perairan sulawasi selatan pada umumnya paling banyak adalah lulusan SD 76.1 dan peringkat kedua terbanyak adalah tidak tamat SD 14.2. Karakteristik pendidikan akhir nelayan di wilayah penelitian ditampilkan pada Gambar 18. Tingkat pendidikan nelayan merupakan salah satu permasalahan pembangunan perikanan yang juga terkait dengan rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Rata-rata tingkat pendidikan nelayan adatah tamat sekolah dasar. Rendahnya tingkat pendidikan merupakan kendala pembangunan perikanan yang akan mengakibatkan keterbatasan dalam proses adopsi teknologi, penerimaan dan penyebaran informasi, kesadaran menjaga kelestarian [ingkungan dan kualitas kesehatan, dan kemampuan mengakses permodalan. Faktor budaya tampaknya merupakan alasan yang dapat 52 dikemukakan mengapa nelayan umumnya berpendidikan rendah. Nelayan pada umumnya cendrung memandang pendidikan bukan merupakan kebutuhan pokok untuk mengubah nasib. Pendidikan merupakan salah satu parameter yang dapat menentukan perkembangan dan kemajuan dari suatu usaha yang dikembangkan oleh nelayan pengolah ikan. Semakin tinggi tingkat pendidikannya, maka akan semakin besar pula pengaruh teknologi dalam pengembangan usaha. Tingkat pendidikan nelayan pengolah masih rendah, karena pendidikan yang ditempuh oleh nelayan pengolah hanya hingga tamat SD sekolah dasar yaitu sekitar 76.1 Gambar 18. Kondisi ini akan menyebabkan nelayan di Sulawesi Selatan tidak mudah dalam menerima pembaruan dan teknologi yang terus berkembang dalam memajukan usaha Gambar 18. Karakteristik pendidikan akhir nelayan

4.4.2 Jumlah Anggota Keluarga Nelayan

Jumlah anggota keluarga nelayan dapat dikategorikan menjadi: 1 Keluarga kecil terdiri dari ≤ 4 orang anggota keluarga; 2 Keluarga sedang terdiri dari 5 sampai 6 orang anggota keluarga; 3 Keluarga besar terdiri dari ≥ 7 orang anggota keluarga. Gambar 15 menunjukkan sebaran jumlah anggoa keluarga nelayan Sulawesi Selatan, berdasarkan pengambilan data sampling, didominasi oleh keluarga kecil 70,8, lainnya adalah keluarga sedang 20,40, dan keluarga besar 8,8 Mengacu pada kondisi tersebut, nelayan di Sulawesi Selatan umumnya memiliki tanggungan keluarga 4 orang. Tanggungan keluarga adaiah banyaknya anggota keluarga yang menjadi tanggungan kepala keluarga, yaitu istri, anak dan anggota keluarga lainnya. Saputra 2009 menjelaskan, jumlah tanggungan 53 keluarga secara langsung tidak mempengaruhi tingkat produksi, namun akan mempengaruhi produksi yang dilakukan.. Gambar 19. Sebaran jumlah anggota keluarga nelayan

4.4.3 Usia Nelayan

Usia nelayan dikategorikan ke dalam tiga kelompok, yaitu dewasa muda 26-38 tahun, dewasa madya 39- 50 tahun, dan dewasa lanjut ≥51 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 42.5 nelayan dengan usia dewasa muda 26-38 tahun, 41.6 dengan usia dewasa madya 39-50 tahun, dan sisanya 15.9 den gan usia dewasa lanjut ≥ 51 tahun. Adapun proporsi sebaran jumlah nelayan berdasarkan kategori usia, ditampilkan pada Gambar 16. Usia akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam mempelajari, memahami dan menerima pembaharuan. Selain itu juga berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja yang akan dilakukan seseorang. Keadaan usia nelayan pengolah berdasarkan kelompok kerja dapat dilihat pada Tabel 20. Pada tabel terlihat sebagian besar nelayan berada dalam usia produktif yaitu sekitar 42.5, dan sangat produktif 41.6. Kondisi ini menunjukkan umur nelayan hampir dihabiskan untuk kegiatan perikanan tangkap. Hal ini nelayan lakukan karena faktor keluarga keturunan yang menjadi alasan menjadi nelayan sebagai sumber mata pencaharian sampai umur mereka mencapai 50 tahun keatas. Selain itu terkait keahlian, mereka tidak ingin meninggalkan kegiatan penangkapan ikan.