Dimensi Ekologi Model Of Sustainable Fishing Management In South Sulawesi
65
1. Tingkat penutupan karang Ekosistem terumbu karang yang merupakan salah satu ekosistem wilayah
pesisir mempunyai peranan yang sangat penting baik dari aspek ekologis maupun ekonomis. Secara ekologis ekosistem terumbu karang merupakan
tempat berbagai organisme yang berasosiasi dengannya untuk berlindung, mencari makan feeding ground, pemijahan spawning ground dan pengasuhan
nursery ground. Fungsi ekologi terumbu karang terhadap populasi sumberdaya ikan karang penting karena ekosistem terumbu karang memiliki fungsi sebagai
spillover yang berkontribusi terhadap penyediaan ikan mudaremaja di daerah tangkapan fishing ground. Sedangkan secara ekonomi, ekosistem terumbu
karang memiliki kontribusi terhadap penyediaan stok bagi perikanan tangkap. Ekosistem terumbu karang mempunyai nilai ekonomi yang didasarkan atas
perhitungan manfaat dan biaya pemanfaatan. Manfaat langsung yang dapat dirasakan dari keberadaan ekosistem terumbu karang adalah perikanan karang.
Jumlah panenan ikan, kerang dan kepiting dari terumbu karang secara lestari dapat mencapai 9 juta ton atau sedikitnya 12 dari jumlah tangkapan perikanan
dunia. Lebih lanjut Caesar 1996 menyatakan bahwa terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik dapat menyumbangkan 18 ton ikan per km
2
per tahun, sedangkan yang termasuk dalam kategori baik dan cukup adalah sebesar 13 tonkm
2
tahun dan 8 tonkm
2
tahun. Apabila dikalkulasikan secara ekonomi, nilai terumbu karang yang ada adalah sebesar 4,2 milyar US dari
aspek perikanan, wisata dan perlindungan laut. Berdasarkan hal tersebut diatas dapat djelaskan, tingkat tutupan terumbu
karang merupakan parameter yang merepresentasikan fungsi ekosistem terumbu karang. Tingkat penutupan karang di lokasi penelitian rata-rata sudah mengalami
kerusakan, sehingga berpengaruh terhadap fungsi ekologis terumbu karang sebagai habitat ikan laut dan penyedia sumberdaya provisioning service.
Kondisi ini berpengaruh juga terhadap daya dukung lingkungan bagi pemanfaatan perikanan tangkap. Berdasarkan hasil pengamatan dari 13 stasiun
yang dilakukan oleh Coremap, diperoleh data bahwa 40 stasiun sudah mengalami kerusakan, 36 stasiun kritis, 22 stasiun bagus, dan 2 stasiun sangat
bagus. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar penutupan karang sebagai habitat ikan telah mengalami kerusakan. Kondisi tersebut selanjutnya
berpengaruh terhadap aktivitas reproduksi perikanan laut.
66
Berkurangnya penutupan terumbu karang berdampak negatif pada ekosistem dan kenyataannya dampak tersebut sering dilupakan dalam
pembangunan perikanan berkelanjutan. Fauzi 2001 mengungkapkan bahwa pemanfaatan sumber daya haruslah tidak melebihi daya dukung ekologis. Untuk
itu dilakukan sedemikian rupa untuk tidak merusak keberadaan sumber daya yang ada.
Ikan merupakan organisme yang jumlahnya paling melimpah di daerah terumbu karang. Selain itu, komunitas ini merupakan penyokong hubungan yang
ada dalam ekosistem terumbu karang. Jenis dan kelimpahan ikan karang sangat ditentukan oleh kondisi lingkungan perairan, bentuk dan luasan terumbu karang
hidup, substrat dasar, serta asosiasi dengan organisme bentik, sehingga dengan kondisi terumbu karang dan lingkungan perairan yang baik dalam pemanfaatan
ruang dan penyediaan pakan, maka keanekaragaman jenis dan jumlah individu akan semakin tinggi Tarigan et al. 2008.
Lebih lanjut, dalam perikanan yang bergantung sepenuhnya pada ikan di terumbu karang, tingkat tangkapan mungkin berkurang dan komposisi hasil
tangkapan dapat berubah menjadi jenis-jenis ikan herbivor. Ikan-ikan ini umumnya bernilai jual lebih rendah, sehingga pendapatan nelayan berkurang.
Komunitas nelayan dengan sedikit pilihan sumber pendapatan akan mengalami kesulitan. Kegiatan perikanan tangkap yang menargetkan ikan besar dan
mencari makanannya di dekat terumbu karang akan mengalami penurunan tangkapan jika jenis tersebut bermigrasi ke daerah yang lebih baik untuk mencari
mangsanya. Untuk perikanan dengan target jenis ikan kecil dan menempati daerah terumbu karang pada kurun waktu tertentu dalam hidupnya, akan
mengalami penurunan tangkapan saat terumbu karang menghilang. 2. Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap
Selama ini pemanfaatan sumberdaya ikan yang dilakukan oleh sebagian besar nelayan ditekankan pada kepentingan jangka pendek dengan besaran
manfaat yang sedikit dibandingkan dengan jangka panjang. Umumnya nelayan bersaing untuk mendapatkan ikan lebih banyak sehingga mengancam kapasitas
lingkungan sumberdaya. Lebih lanjut, menurut Stergio et al 2007, penangkapan ikan memiliki pengaruh besar baik langsung maupun tidak langsung pada
ekosistem pesisir dan laut. Pengaruh itu bisa diidentifikasi pada rentang waktu yang berbeda dan tingkat organisasi biologi contohnya populasi, komunitas dan
ekosistem
67
Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan sudah mencapai 70,50 KKP 2011. Produksi perikanan tangkap tahun 2010
mencapai 223.258 ton terdiri dari perikanan laut 216.459 ton, dan perairan umum sebesar 6.799 ton. Lebih lanjut dijelaskan, tingkat produktivitas hasil tangkapan
berdasarkan perhitungan tahun 2003 – 2010 menunjukkan setiap tahun hasil
tangkapan cenderung mengalami penurunan. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan kondisi perikanan tangkap di Sulawesi Selatan telah mengalami
overcapacity, Rejim open access yang melekat pada perikanan tangkap, membiarkan
jumlah dan teknologi alat tangkap berkembang tanpa kontrol telah mendorong percepatan terjadinya overcapacity di Sulawesi Selatan.Overcapacity yang juga
dapat diartikan sebagai berlebihnya armada penangkapan atau tingginya teknologi penangkapan yang digunakan dalam operasi penangkapan ini telah
menjadi isu dalam upaya memperbaiki sistem pengelolaan sumberdaya ikan yang ada selama ini. Terkait dengan hal tersebut, kalau selama ini pengelolaan
sumberdaya ikan hanya dikonsentrasikan pada upaya bagaimana mencapai hasil tangkapan yang optimum, maka pengelolaan perikanan yang perlu dilakukan
sekarang sudah mempertimbangkan keseimbangan pemanfaatan sumberdaya ikan baik secara ekonomi, ekologi dan lingkungan. Alat tangkap ikan sebagai
sarana utama dalam pemanfaatan ikan diatur sedemikian rupa sehingga tidak berdampak negatif baik pada pemanfaat dan pengguna sumberdaya ikan, biota,
dan lingkungan perairan serta pengguna jasa perairan lainnya. Penggunaan alat tangkap ikan dalam pemanfaatan sumberdaya ikan harus
benar-benar memperhatikan kesetimbangan dan meminimalkan dampak negatif bagi biota lain yang kurang termanfaatkan. Hal ini penting dipertimbangkan
mengingat hilangnya biota dalam struktur ekosistem laut akan mempengaruhi secara keseluruhan ekosistem yang ada.
68
Gambar 24. Leverage factor pada dimensi ekologi perikanan tangkap Sulawesi Selatan
3. Tingkat kecepatan arus laut Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran
organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik
lingkungannya. Nikolsky 1963 menyatakan bahwa setidaknya ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu 1 yang sesuai dengan kondisi
tubuhnya, 2 sumber makanan yang banyak, 3 cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan.
Tingkat kecepatan arus laut merupakan salah satu parameter kesesuaian bagi ikan untuk memiih habitat untuk melakukan perkembang biakan nursery
ground, pembesaran dan pendewasaan terhadap anakan ikan spawning ground maupun sebagai tempat tinggal. Kondisi tersebut ideal bagi produktivitas
perkembangbiakan perikanan tangkap. Semakin tinggi kesesuaiannya maka kemampuan reproduksi akan dapat menjamin adanya ketersediaan populasi ikan
dan tumbuh berkembang hingga usia tangkap
.
Perubahan kecepatan arus akan sangat
berpengaruh terhadap fisiologi dan tingkah laku individu, populasi
maupun komunitas. Kondisi ekstrim dengan menaiknya suhu air,
rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dan
pH air, lebih lanjut dapat mengakibatkan kematian pada
ikan. Lingkungan dengan kondisi yang tidak optimal dapat
69
menurunkan laju metabolisme, pertumbuhan dan kemampuan bertelur dari
ikan, juga merubah metamorphosis, dan mempengaruhi sistem endokrin dan pola
ruaya Roessig et al. 2004. Semua perubahan ini
secara langsung berpengaruh pada populasi
dan struktur komunitas ikan, yang pada akhirnya berpengaruh
pada stok perikanan. b. Atribut yang berpengaruh tidak sensitif
Terdapat 6 enam atribut yang tidak berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan nilai indeks keberlanjutan ekologi, artinya
memiiki peranan yang kecil dalam penentuan status keberlanjutan. Atribut yang paling tidak berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan ekologi yaitu : 1
pencemaran air laut RMS = 0,05. 1. Pencemaran air laut
Peraturan Pemerintah No.191999 menjelaskan pencemaran laut diartikan dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, danatau
komponen lain ke dalam lingkungan laut oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan laut
tidak sesuai lagi dengan baku mutu danatau fungsinya. Lebih lanjut, UNCLOS III United Nations Convention on the Law of the Sea memberikan pengertian
bahwa pencemaran laut adalah perubahan dalam lingkungan laut termasuk muara sungai estuaries yang menimbulkan akibat yang buruk sehingga dapat
merugikan terhadap sumber daya laut hayati marine living resources, bahaya terhadap kesehatan manusia, gangguan terhadap kegiatan di laut termasuk
perikanan dan penggunaan laut secara wajar, memerosotkan kualitas air laut dan menurunkan mutu kegunaan dan manfaatnya.
Berdasarkan hal tersebut, atribut pencemaran air laut merupakan salah satu atribut penting terhadap penciptaan kondisi ekologi bagi perikanan tangkap.
Meski demikian, atribut pencemaran air laut hanya memiliki pengaruh yang kecil terhadap status keberlanjutan dimensi ekologi. Pengaruh yang kecil atribut
pencemaran air laut terhadap status keberlanjutan di Sulawesi Selatan disebabkan pada kawasan perairan Sulawesi Selatan memiliki kecepatan arus
yang cukup tinggi. Kecepatan arus, menjadikan perairan Sulawesi Selatan memiliki flushing time yang tinggi sehingga pencemaran air laut yang ada tidak
berpengaruh terhadap biota laut sekaligus terhadap keberlanjutan perikanan tangkap.
70
Keberadaan Laut Sulawesi yang sangat terbuka terhadap Samudera Pasifik memungkinkan terjadinya aliran arus Samudera Pasifik masuk ke laut
Sulawesi melalui percabangan Selatan Mindanao ke arah Barat daya. Arus tersebut dibelokkan ke selatan kemudian ketika sampai di bagian tengah laut
dibelokkan ke Timur dan kembali mengalir ke Timur di sepanjang pantai Utara Sulawesi. Di daerah baratlaut Halmahera arus pantai ini bertemu kembali
dengan arus dari percabangan Mindanao yang datang dari utara antara Pulau Sangihe dan Talaut dan bertemu dengan air yang ke luar dari Laut Maluku, dan
membentuk percabangan dari Arus Sakal Counter Current. Sistem sirkulasi arus ini terjadi selama sepanjang tahun bahkan mungkin meluas ke arah Barat.
Arus di Selat Makassar dari bulan Pebruari sampai dengan September hampir seluruhnya didukung oleh air dari sistem arus ini. Tetapi dari Oktober hingga
Januari, ketika Angin Utara dominan bertiup di atas Laut Sulawesi, mengakibatkan arus Mindanao berbalik arah ke Timur, berganti ke Timur, dan air
dari Laut Sulu mengalir melalui bagian Barat Laut Sulawesi masuk ke Selat Makassar. Di bagian Utara Laut Sulawesi air secara umum bergerak lemah dan
tidak teratur, tetapi pergerakan masuk ke laut Sulu dominan dari bulan Maret hingga Juli dan pergerakan di bulan-bulan yang lain adalah bergerak ke arah
Barat daya.