4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN
4.1 Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan secara geografis terletak pada posisi 0 12
o
LS dan 116 48 -
112 36’ BT dan diapit oleg tiga wilayah laut yaitu : Teluk Bone disebelah Timur, Laut Flores di sebelah Selatan dan Selat Makassar di sebelah barat dan
berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat da Sulawesi Tengah sebelah utara dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebelah timur.
Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan menggambarkan potensi sumberdaya alam yang kaya baik di darat maupun di laut. Panjang garis pantai
sekitar 1.973,7 km, Pemerintah daerah Sulawesi Selatan bertanggung jawab mengelola wilayah laut dan pesisir seluas kurang lebih 60.000 km
2
di daerah ini juga dikenal gugusan kepulauan antara lain : Kepulauan Spermonde atau
kepulauan Sangkarang, kepulauan Pangkep, dan Atol Takabonerate. Lebih lanjut, Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka luas sumber daya
alami yang dimanfaatkan berupa kegiatan penangkapan ikan dan wisata. Wilayah pesisir Sulawesi selatan diketahui dihuni oleh 19 spesies mangrove
dengancakupan vegetasi cukup luas yang pada tahun 1999 sekitar 26.911 ha Kehutanan Sulawesi Selatan 2002.
Propinsi Sulawesi Selatan memiliki sumberdaya yang beragam mulai dari kelompok sumberdaya pelagis besar sampai cumi
– cumi, Berdasarkan data Ditjen Tangkap 2005, menunjukkan potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar
memiliki produksi 655,45 ribu ton dari potensi 929,72 ribu ton. Kondisi tersebut menujukkan pemanfatan perikanan tangkap berupa kelompok sumberdaya
pelagis besar sampai cumi-cumi, telah mencapai 70,50. Lebih lanjut mengacu pada data yang sama, dketahui sejumlah kelompok sumberdaya ikan telah
mencapai pemanfaatan yang setara dengan potensi yang dimiliki. Adapun potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar dan Laut Flores ditampilkan pada
Tabel 6.
46
Tabel 6 Potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar dan Laut Flores
No Kelompok Sumberdaya
Potensi ribu ton Produksi ribu ton
Pemanfaatan 1
Pelagis besar 193,64
85,10 43,96
2 Pelagis kecil
605,44 333,35
55,06 3
Demersal 87,70
87,20 100
4 Ikan karang konsumsi
34,10 24,15
70,70 5
Udang peneaid 4,80
4,80 100
6 Lobster
0,70 0,65
92,86 7
Cumi- cumi 3,88
3,88 100
Total 929,72
655,45 70,50
Sumber : Ditjen Tangkap DKP, 2005
Kelompok sumberdaya ikan pelagis kecil memiliki potensi yang terbesar dibandingkan kelompok sumberdaya lainnya, Ikan pelagis kecil adalah kelompok
besar ikan yang membentuk schooling di dalam kehidupannya dan mempunyai sifat berenang bebas dengan melakukan migrasi secara vertikal maupun
horizontal mendekati permukaan dengan ukuran tubuh relatif kecil Widodo et al. 1994; Fréon et al. 2005. Penangkapan ikan pelagis di perairan Selat Makassar
dan Laut Flores dapat dilakukan sepanjang tahun, namun puncak musim penangkapan terjadi dua kali yaitu pada bulan November dan Februari.
Berdasarkan perhitungan catch per unit effort CPUE sebagai patokan kelimpahan relatif stok ikan, ikan pelagis melimpah selama 6 bulan dari
November sampai April, sedangkan 6 bulan lainnya kelimpahan stok relatif rendah dengan titik terendah pada bulan Juli. Puncak musim ikan pelagis kecil
pada bulan Maret dengan musim penangkapan yang baik berlangsung bulan Januari hingga Maret dan paceklik terjadi pada bulan Juni Gafa et al. 1993.
Ikan terbang di perairan pantai barat Sulawesi Selatan terdapat pada dua lokasi yang berbeda musim, yaitu pada saat musim timur di perairan Kabupaten
Takalar dan Barru, sedangkan peralihan musim timur ke barat di perairan Kabupaten Pinrang, Polmas dan Majene Yahya et al. 2001. Ikan layang musim
puncak penangkapan di perairan pantai barat Sulawesi Selatan cenderung terjadi pada bulan yang sama, yaitu Agustus hingga November. Musim biasa pada
bulan Februari sampai Agustus, sedangkan di perairan Majene terjadi pada bulan November hingga bulan April. Musim paceklik pada bulan November sampai
Maret, sedangkan di perairan Majene pada bulan Mei hingga Juli Najamuddin 2004.
Hasil kajian stok sumberdaya ikan mengindikasikan ikan pelagis kecil memiliki potensi dan produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan jenis
ikan lainnya di perairan Selat Makassar dan Laut Flores. Tetapi tingkat pemanfaatan ikan pelagis kecil lebih relatif rendah dibandingkan sumberdaya
47
ikan lainnya. Jika merujuk pada data tingkat pemanfaatan, maka peluang untuk mengembangkan penangkapan ikan pelagis kecil masih terbuka atau masih
dapat ditingkatkan untuk perairan Selat Makassar dan Laut Flores, namun tetap harus dilakukan dengan pendekatan ekologi dan biologi agar pemanfaatan
dilakukan sesuai dengan kemampuan produksi ikan pelagis kecil Lebih lanjut dijelaskan wilayah Propinsi Sulawesi Selatan masuk dalam
wilayah pengembangan perikanan WPP 713. meliputi perairan bagian paling utara yaitu perairan laut Tarakan dan Nunukan sampai dengan bagian paling
selatan yang terletak di bagian perairan barat Sulawesi Selatan. Kondisi WPP yang meliputi perairan Selat Makasar, Teluk Bone, Laut Flores, dan Laut Bali
mengalami peningkatan ekspoitasi ikan demersal dan udang sudah berlangsung sejak tahun 1980-an dengan pukat tarik mini dari kelas ukuran di bawah 30 GT.
Lokasi penangkapan ikan yang dilakukan secara komersial di perairan Timur Kalimantan, lebih terkonsentrasi di sekitar perairan Bereau, sebagai daerah
penangkapan ikan oleh nelayan setempat. Di Pantai Timur Kalimantan status pengusahaan udang sudah over exploited karena banyaknya pukat tarik mini
yang beroperasi serta maraknya pukat tarik dari negara tetangga yang tumpang tindih sehingga menyebabkan over fishing. Lebih lajut jenis ikan pelagis dalam
tahap moderate, kecuali ikan terbang yang sudah fully exploited, sedangkan ikan pelagis besar sangat berfluktuatif Tabel 7.
Tabel 7 Status stok perikanan di perairan Selat Makassar dan Laut Flores
No Kelompok Sumberdaya
Status Stok U
M F
O UN
1 Demersal
2 Udang
3 Pelagis kecil
4 Pelagis besar
Sumber : Nurhakim, 2007
Keterangan U
: under exploited
M :
moderate F
: fully exploited
O :
over fishing UN
: uncertain
Berdasarkan fakta diatas diatas kondisi pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan Sulawesi Selatan memiliki status stok yang berbeda untuk
tiap kelompok sumberdaya perikanan serta berada pada sudah berada pada taraf yang cukup kritis dalam mengembangkan perikanan yang berkelanjutan.