Pembangunan Berkeberlanjutan pada Perikanan Tangkap

2 sumberdaya dikelola secara baik untuk memberikan kesempatan produksi di masa yang akan datang; 3 kondisi sumberdaya alam yang dikelola tidak mengalami penurunan kualitasnya non-declining; 4 sumberdaya yang dikelola dapat mempertahankan komoditas produksi yang dihasilkan; dan 5 kondisi minimal sumberdaya dapat dipertahankan dan daya lentur sumberdaya dapat dipertahankan resilience Fauzi 2005. Pembangunan berkelanjutan adalah suatu strategi pembangunan yang mampu menghasilkan kondisi ambang batas pada laju pemanfaatan ekosistem alamiah serta sumberdaya yang ada di dalamnya. Ambang batas bersifat luwes flexible tergantung pada kapasitas teknologi dan sosial ekonomi dalam pemanfaatan sumberdaya alam serta daya dukung carrying capacity terhadap dampak kegiatan manusia Charles 2001. Pembangunan berkelanjutan sustainability development diartikan sebagai serangkaian aktivitas perikanan yang memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep keberlanjutan adalah pemanfaatan sumberdaya yang dapat memenuhi masyarakat perikanan itu sendiri dan mampu memelihara kondisi sumberdaya perikanan yang dimanfaatkan Fauzi dan Anna 2002. Pembangunan berkelanjutan paling tidak harus ada beberapa komponen yang harus diperhatikan, yaitu 1 ekologi berupa tingkat eksploitasi, keragaman ikan yang ditangkap, perubahan ukuran tangkap; discard dan bycatch serta produktivitas primer tangkapan; 2 aspek ekonomi, yaitu kontribusi perikanan terhadap pendapatan domestik wilayah gross domestic product, penyerapan tenaga kerja, sifat kepemilikan, tingkat subsidi, dan pendapatan income alternatif; 3 teknologi meliputi lama trip, tempat pendaratan, selektivitas alat tangkap, FAD, ukuran kapal da efek samping dari alat tangkap; dan 4 etika, menyangkut kesetaraan, illegal fishing, mitigasi terhadap habitat, mitigasi terhadap ekosistem, dan sikap terhadaplimbah dan bycatch Fauzi dan Anna 2002. Keseluruhan ini diperlukan sebagai prasarana dari dipenuhinya pembangunan berkelanjutan sebagaimana diamanatkan Food Agricultural Organization FAO tentang Code of Conduct for Responsible Fisheries, CCRF FAO 1995. Tujuan pembangunan perikanan pelagis berkelanjutan adalah memelihara stok sumberdaya perikanan dengan melindungi habitatnya. Dalam pengelolaan sumberdaya perikanan pelagis yang berkelanjutan, pemanfaatan dilakukan dengan tetap mempertimbangkan berbagai aspek daripada aspek daya tahan hidup ikan dan perikanan itu sendiri. Namun demikian, prioritas utama keberlanjutan pada perikanan pelagis adalah menghindarkan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan yang tidak memperhatikan kelestariannya FAO 2001. Lebih lanjut bilamana kaidah-kaidah pembangunan berkelanjutan tidak dapat dipenuhi maka sumberdaya perikanan akan mengarah pada degradasi lingkungan, over exploitation, dan praktek perikanan yang merusak destructive fishing practices. Kondisi demikian diakibatkan oleh tingginya keinginan untuk memenuhi kepentingan saat kini, sehingga tingkat eksploitasi sumberdaya perikanan diarhakan untuk memperoleh manfaat masa kini saja. Hal demikian berakibat diabaikannya kepentingan lingkungan dan penggunaan teknologi yang quick-yielding yang sering bersifat merusak destructive seperti penggunaan bom dalam penangkapan ikan fish bombing dan penggunaan racun ikan poisoning Fauzi dan Anna 2002.

2.3 Perikanan Tangkap Ramah Lingkungan

Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF sebagaimana ditetapkan oleh FAO pada tanggal 31 Okrober 1995 menjelaskan bahwa pedoman ini diharapkan diacu bagi para pelaku perikanan yang meliputi negara- negara anggota PBB maupun bukan anggota, komunitas nelayan, organisasi internasional, dan semua yang libat dalam aktivitas perikanan dalam penyusunan kebijakan atau tindakan-tindakan yang berkaitan dengan eksploitasi, konservasi, pengolahan hasil dan pemasaran sumberdaya alam perikanan Pasal 1 ayat 2. Code of Conduct tersebut mencakup 19 prinsip pasal 6, yaitu : 1. Negara harus melestarikan ekosistem perairan. Penangkapan ikan harus disertai dengan tanggung jawab kewajiban untuk melestarikan ekosistem laut. 2. Pengelolaan perikanan harus berkelanjutan dengan mempertimbangkan pemanfaatan generasi saat ini dan pemenuhan kebutuhan untuk kesejahteraan bagi generasi yang akan datang. 3. Negara berkewajiban mencegah penangkapan ikan yang berlebihan over fishing melebihi kapasitas daya dukung lingkungan. 4. Kebijakan eksploitasi dan konservasi perikanan didasarkan data yang akurat dan dengan memperhatikan kearifan tradisional yang telah berkembang di masyarakat. 5. Pengambilan keputusan dalam pengelolaan perikanan dilakukan dengan data yang akurat dan mengambil tindakan untuk tetap melindungi keberadaan sumberdaya perikanan walaupun kurang didukung dengan data dimaksud. 6. Penggunaan alat tangkap ikan secara selektif sehingga dapat memelihara keragaman biota, struktur populasi dan ekosistem perairan serta kualitas ikan terlindungi. 7. Eksploitasi sumberdaya perikana harus dilakukan secara baik cara-cara tertentu sehingga dapat dihindarkan menurunnya kualitas ikan hasil tangkapan dan praktik-praktik pemborosan serta dampak negative terhadap lingkungan. 8. Semua habitat perikanan baik habitat laut maupun daratan harus dilindungi untuk menjaga keberlangsungan sumberdaya perikanan. 9. Negara menjamin pengelolaan sumberdaya alam perikanan yang terintegrasi dengan pengelolaan kawasan pantai untuk kepentingan sumberdaya perikanan. 10. Kerangka kerja penegakan jaminan pemenuhan dan pelaksanaan pelestarian, manajemen dan mekanisme yang efektif untuk memantau dan mengontrol aktivitas-aktivitas kapal ikan. 11. Negara harus melakukan pengawasan yang efektif terhadap perijinan kapal- kapal ikan yang berperasi. 12. Peningkatan kerjasama sub regional maupun regional untuk mendorong pelestarian dan pengelolaan sumberdaya perikanan. 13. Negara harus mempraktekkan secara transparan dan ketepatan waktu atas penyelesaian masalah yang bersifat mendesak. 14. Perdagangan internasional ikan segar harus sesuai dengan prinsip, hak dan kewajiban yang tercantum dalam kesepakatan WTO dan kesepakatan internasional. 15. Negara berkewajiban mencegah terjadinya sengketa dalam praktek dan aktivitas perikanan. 16. Negara berkewajibam meningkatkan kesadaran tanggung jawab bagi pekerja perikanan dan nelayan melalui pendidikan dan pelatihan.