Model Pengembangan Perikanan Tangkap
perluasan kesempatan kerja, maka teknologi yang perlu dikembangkan adalah jenis unit penangkapan ikan yang relatif dapat menyerap tenaga kerja banyak,
dengan pendapatan nelayan yang memadai. Pengembangan perikanan dibutuhkan untuk penyediaan protein bagi masyarakat Indonesia, maka dipilih
unit penangkapan ikan yang memiliki produktivitas unit dan produktivitas nelayan yang tinggi, namun masih dapat dipertanggungjawabkan secara biologis dan
ekonomis Monintja 2000. Sistem perikanan menurut Charles 2001 terdiri dari tiga komponen, yaitu
sistem alam natural system, sistem manusia human system dan sistem pengelolaan perikanan fishery management system. Sistem alam terdiri dari 3
subsistem, yaitu ikan fish, ekosistem biota ecosystem dan lingkungan biofisik biophysical environment. Sistem manusia terdiri dari 4 subsistem yaitu nelayan
fishers, bidang pasca panen dan konsumen post harvest sector and consumers, rumah tangga dan komunitas masyarakat perikanan fishing
households and communities dan lingkungan sosial ekonomi budaya social economiccultural environment. Sistem manajemen dikelompokkan menjadi 4
subsistem, yaitu perencanaan dan kebijakan perikanan fishery policy and planning, manajemen perikanan fishery management, pembangunan
perikanan fishery development dan riset perikanan fishery research. Pengelolaan sumberdaya perikanan, haruslah dikelola secara terpadu,
karena dalam proses pengaturan, para stakeholder yang umumnya anggota kelompok nelayan memiliki kekuatan dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya perikanan di daerahnya. Saat ini, sudah banyak kelompok masyarakat nelayan yang sadar
akan pentingnya keterlibatan mereka dalam merumuskan atau merencanakan kegiatan-kegiatan perikanan di wilayahnya Kaplan dan Powell 2000.
Umumnya masyarakat nelayan membutuhkan koordinasi lebih lanjut dengan pemerintah dalam pembentukan peraturan yang mengatur tentang
bagaimana sebaiknya
memanfaatkan sumberdaya
perikanan yang
berkesinambungan. Pengelolaan sumberdaya perikanan, hendaknya dimengerti sebagai proses dinamis dan interaktif yang mengalami dinamika dan perubahan
secara terus menerus. Untuk itu, dukungan pemerintah untuk mengelola sumberdaya perikanan yang efesien dan berkesinambungan sangat dibutuhkan
saat ini Hauck dan Sowman 2001.
Pengembangan perikanan tangkap membutuhkan kaidah-kaidah tata ruang khususnya tata ruang wilayah pesisir dan laut yang umumnya selalu berubah-
berubah seriring terjadi pasang surut di wilayah pantai. Hal ini terkadang menyulitkan terutama untuk justifikasi batas wilayah administrasi daerah. Untuk
kepentingan pengelolaan, batas wilayah pesisir dibagi dua macam, yaitu batas wilayah perencanaan planning zone dan batas wilayah pengaturan regulation
zone atau pengelolaan keseharian day-today management. Wilayah perencanaan dapat meliputi seluruh daratan apabila terdapat aktivitas ekonomi
yang dilakukan oleh manusia yang secara nyata dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan sumberdaya pesisir serta masih memungkinkan untuk
dikembangkan. Untuk wilayah keseharian, pemerintah mempunyai kewenangan yang dapat menetapkan beberapa peraturan terkait dengan aktivitas ekonomi
atau pembangunan yang dilakukan oleh manusia Dahuri 2001. Lebih lanjut, pengembangan perikanan tangkap memerlukan keterlibatan berbagai pihak,
yaitu nelayan, pemerintah, dan stakeholder lainnya dalam pengembangan perikanan tangkap. Oleh karena itu, pengelolaan perikanan diperlukan untuk
menjamin agar sektor perikanan dapat memberikan manfaat yang optimal bagi para stakeholder baik sekarang atau masa yang akan datang, serta terciptanya
perikanan yang bertanggung jawab.