85
diperoleh dengan menggunakan alat tangkap tertentu. Penggunaan alat tangkap tertentu dapat dipengaruhi oleh karakteristik sumberdaya ikan yang menjadi
target penangkapan, karakteristik daerah penangkapan, jumlah hasil tangkapan yang ingin ditangkap, ketersediaan modal pendukung dan adanya permintaan
pasar terhadap komoditas ikan tertentu.
Gambar 30. Leverage factor pada dimensi teknologi dan infrastuktur perikanan tangkap Sulawesi Selatan
b. Atribut yang berpengaruh tidak sensitif Terdapat 9 sembilan atribut yang tidak berpengaruh terhadap
peningkatan atau penurunan status keberlanjutan nilai indeks keberlanjutan teknologi dan infrastuktur, artinya memiiki peranan yang kecil dalam penentuan
status keberlanjutan. Atribut yang paling tidak berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan teknologi dan infrastuktur yaitu : 1 mobilitas alat tangkap RMS =
0,05. 1. Mobilitas alat tangkap
Alat penangkapan ikan adalah alat sarana, perlengkapan , atau benda lain yang dipergunakan untuk menangkap ikan DKP 2006. Jenis alat penangkap
ikan sangat banyak ragamnya sesuai dengan beragam sifat dan perilaku sasaran tangkap. Jenis sasaran tangkap sangatlah beragam dengan kondisi yang
Leverage of Attributes
0,29 0,98
0,31 0,27
0,53 0,56
0,50 0,37
0,05 2,05
1,16
0,5 1
1,5 2
2,5 Jenis alat tangkap
Selektivitas alat tangkap Tipe kapal
Teknologi penanganan pascapanen Ketersediaan prasarana pendaratan ikan
Jumlah ikan terbuang Penanganan hasil ikan tangkapan di atas
perahu kapal Penanganan pasca penangkapan sebelum
dipasarkan Mobilitas alat tangkap
Ketersediaan sarpras penegakan hukum instansi pemerintah
Penggunaan teknologi atau alat yang destruktif
A tt
ri b
u te
Root M e an Square Change in Ordination whe n Se le cte d Attribute Re mov e d on Sustainability scale 0 to 100
86
terkonsentrasi maupun menyebar di suatu lingkungan perairan. Lebih lanjut mobilitas alat tangkap wilayah operasi alat tangkap yang digunakan nelayan di
Sulawesi Selatan berkisar pada jarak 0 – 4 mil dari pantai. Pada kondisi tersebut
kegiatan perikanan tangkap yang dilakukan hanya menggunakan teknologi alat penangkapan yang masih tradisional sehingga efektifitas dan efisiensi kegiatan
penangkapan yang digunakan masih rendah.
5.5 Dimensi Kelembagaan dan Etika
Hasil analisis Rapfish secara parsial terhadap dimensi kelembagaan dan etika perikanan tangkap di provinsi Sulawes Selatan terhadap 10 atribut
diperoleh bahwa nilai indeks tingkat keberlanjutan sebesar 46,93 berada di bawah 50,00 berarti kurang berkelanjutan.
Selanjutnya berdasarkan hasil analisis leverage factor diperoleh atribut yang keberadaannya berpengaruh sensitif terhadap peningkatan atau penurunan
status keberlanjutan Gambar 31. Nilai RMS root means square semakin besar maka semakin besar pula peranan atribut tersebut terhadap sensitivitas status
keberlanjutan. Hasil analisis leverage factor dari dimensi kelembagaan dan etika diperoleh 2 kelompok atribut, yaitu atribut yang berpengaruh sensitif 3 atribut
dan berpengaruh tidak sensitif 8 atribut. a. Atribut yang berpengaruh sensitif
Diperoleh 2 dua atribut yang berpengaruh terhadap peningkatan atau penurunan status keberlanjutan nilai indeks keberlanjutan kelembagaan dan
etika yaitu : 1 Koordinasi instansi pemerintah RMS=3,55; dan 2 Tingkat pelanggaran hukum dalam perikanan tangkap RMS=2,13. Hasil analisis
leverage disajikan pada Gambar 31. 1. Koordinasi instansi pemerintah
Pengelolaan sumberdaya perikanan terpadu merupakan suatu program terintegrasi yang meliputi berbagai sektor yang saling berpengaruh. Keberhasilan
program pengelolaan tersebut sangat ditentukan oleh keterlibatan masing- masing sektor dalam mensukseskan tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu di
Sulawesi Selatan perlu adanya suatu kerangka koordinasi antar sektor yang saling mendukung untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Tujuan utama pengelolaan sumberdaya perikanan terpadu adalah mengkoordinir kebutuhan berbagai stakeholders yang terlibat di kawasan
tersebut untuk mencapai hasil kesejahteraan masyarakat yang optimal dan
87
berkelanjutan Mascia 2003. Langkah pertama yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Sulawesi Selatan adalah
menyelesaikan konflik antar stakeholders dan memberikan jalan terbaik yang saling menguntungkan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan, karena
pengelolaan sumberdaya perikanan merupakan sistem pengelolaan yang sangat kompleks dalam kaitan dengan banyaknya stakeholders yang terlibat.
Gambar 31 Leverage factor pada dimensi kelembagaan dan etika perikanan tangkap Sulawesi Selatan
2. Tingkat pelanggaran hukum dalam perikanan Tingkat pelanggaran hukum terhadap aturan pemerintah masih tinggi hal
ini ditunjukkan oleh tingginya jumlah kasus pelanggaran dalam bidang perikanan diantaranya berupa penggunaan alat tangkap yang tidak sesuai, penggunaan
bom maupun bahan beracun yang berdampak terhadap kerusaakan ekosistem terumbu karang setempat sebagai habitat ikan.
Kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan seperti menggunakan bahan peledak, bahan beracun dan menggunakan alat tangkap trawl,
bertentangan dengan kode etik penangkapan. Kegiatan ini umumnya bersifat merugikan bagi sumberdaya perairan yang ada. Kegiatan ini semata-mata hanya
akan memberikan dampak yang kurang baik bagi ekosistem perairan, akan tetapi
88
memberikan keuntungan yang besar bagi nelayan. Dalam kegiatan penangkapan yang dilakukan nelayan dengan cara dan alat tangkap yang bersifat merusak
yang dilakukan khususnya oleh nelayan tradisional. Untuk menangkap sebanyak-banyaknya ikan karang yang banyak,
digolongkan kedalam kegiatan illegal fishing. Karena kegiatan penangkapan yang dilakukan semata-mata memberikan keuntungan hanya untuk nelayan
tersebut, dan berdampak kerusakan untuk ekosistem karang. Kegiatan yang umumnya dilakukan nelayan dalam melakukan penangkapan dan termasuk
kedalam kegiatan illegal fishing adalah penggunaan alat tangkap yang dapat merusak ekosistem seperti kegiatan penangkapan dengan pemboman,
penangkapan dengan menggunakan racun serta penggunaan alat tangkap trawl pada daerah yang memiliki karang.
Kegiatan penangkapan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan tradisional di dalam memanfaatkan
sumberdaya perikanan khususnya di dalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak
dapat memberikan akibat yang kurang baik, baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan.
Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu
karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan.
b. Atribut yang berpengaruh tidak sensitif Terdapat 8 delapan atribut yang tidak berpengaruh terhadap peningkatan
atau penurunan status keberlanjutan nilai indeks keberlanjutan ekonomi, artinya memiiki peranan yang kecil dalam penentuan status keberlanjutan. Atribut yang
paling tidak berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutan kelembagaan dan etika yaitu : 1 kapasitas instansi pemerintah urusan perikanan dan kelautan
RMS = 0,04. 1. Kapasitas instansi pemerintah urusan perikanan dan kelautan
Kapasitas instansi pemerintah mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kreativitas untuk memperkuat instansi pemerintah sehingga mampu berkontribusi
terhadap kemampuan organisasi dari kemampuan individual menjadi kemampuan kolektif institusi. Peninjauan kapasitas instansi pemerintah ini akan
mencakup ulasan atas kerangka pengembangan kapasitas, penilaian kinerja,