Memformulasikan Model Lokasi dan Waktu Penelitian

41 Faktor-faktor kunci yang diperoleh pada penelitian selanjutnya dilakukan analisis dengan matrik pengaruh dan ketergantungan dengan software analisis prospektif. Analisis ini untuk melihat posisi setiap faktor dalam model pengelolaan perikanan berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan, disajikan pada Gambar 15. Gambar 15. Tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor dalam formulasi model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan Faktor-faktor yang berada di masing-masing kuadran mempunyai karakteristik faktor yang berbeda dan bisa di adjust diintervensi untuk memperoleh skenario strategis Bourgeois and Jesus, 2004, yaitu : 1. Kuadran pertama faktor penentu driving variables : memuat faktor-faktor yang mempunyai pengaruh kuat dan ketergantungan antar faktor rendah. Faktor-faktor pada kuadran ini termasuk kategori faktor paling kuat dalam sistem yang dikaji; 2. Kuadran dua faktor penghubung leverage variables: memuat faktor-faktor dengan pengaruh kuat dan ketergantungan yang kuat antar faktor. Faktor- faktor di dalam kuadran ini dinilai sebagai faktor penghubung yang kuat; 3. Kuadran tiga faktor terikat output variables : mewakili faktor output dengan pengaruh kecil tetapi mempunyai ketergantungan yang tinggi; 4. Kuadran empat faktor bebas marginal variables : merupakan faktor marjinal dengan pengaruh kecil dan tingkat ketergantungan rendah. Faktor ini bersifat bebas antar faktor di dalam sistem yang dikaji. Lebih lanjut Bourgeois 2007 menyatakan bahwa terdapat dua tipe sebaran variabel dalam grafik pengaruh dan ketergantungan, yaitu : 42 1. Tipe sebaran cenderung mengumpul pada diagonal kuadran IV ke kuadran II. Tipe ini menunjukkan bahwa sistem yang dibangun tidak stabil karena sebagian besar variabel yang dihasilkan termasuk variabel marginal atau leverage variable. Tipe sebaran menyulitkan dalam membangun skenario strategis untuk masa mendatang. 2. Tipe sebaran yang mengumpul di kuadran I ke kuadran III, sebagai indikasi bahwa sistem yang dibangun stabil karena memperlihatkan hubungan yang kuat dimana variabel penggerak mengatur variabel output dengan kuat. Selain itu dengan tipe ini maka skenario strategis bisa dibangun lebih mudah dan efisien. Tahapan berikutnya setelah analisis prospektif adalah analisis morfologis. Analisis morfologis dilakukan untuk memperoleh kemungkinan perubahan faktor- faktor di masa depan. Ketepatan dalam memprediksi ini penting karena sangat menentukan alternatif skenario strategis yang diperoleh agar lebih konsisten, relevan dan kredibel. Tahapan ini dilakukan dengan mendefinisikan beberapa keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang dari semua viabel kunci yang terpilih. Sebagai contoh variabel luas dengan tingkat penutupan hutan, kebun campuran atau permukiman. Variabel ini akan memiliki tiga kemungkinan keadaan di masa datang yaitu luasan penutupan hutan menurun, luasan kebun campuran menurun, luasan permukiman akan bertambah. Keadaan perubahan yang terjadi di masa yang akan datang disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Variabel kunci dan kecenderungan perubahan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Variabel Keadaan yang mungkin terjadi di masa mendatang 1 2 3 Variabel 1 Variabel 2 Variabel 3 Variabel 4 Variabel 5 Variabel... Tahapan akhir dari analisis prospektif adalah membangun skenario strategis model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan. Skenario ini merupakan kombinasi dari beberapa keadaan variabel-variabel kunci yang mungkin terjadi di masa mendatang. Dalam penelitian ini skenario dikelompokkan ke dalam 3 cluster skenario yaitu cluster skenario pesimis, cluster skenario moderat, dan cluster skenario optimis. 43

3.2.4 Analisis Kebijakan Pengelolaan Perikanan Tangkap

a. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang dibutuhkan berupa data sekunder. Data sekunder undang- undang, peraturan pemerintah, dan peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan yang mengatur tentang pengelolaan sumberdaya kelautan dan perikanan, usaha perikanan tangkap, pengaturan alat tangkap, serta jalur penangkapan ikan dan penempatan alat penangkapan ikan. Sumber data berasal dari perpustakaan perguruan tinggi UNHAS dan IPB, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Selatan, BPS Provinsi Sulawesi Selatan, Kementerian Kelautan dan Perikanan serta buku yang terkait dengan kebijakan pengelolaan kelautan dan perikanan serta pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. b. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data berupa : data sekunder penelusuran pustaka dan dokumen terkait pengelolaan perikanan dan kelautan; dan data primer wawancara. c. Metode Analisis Data Metode analisis dilakukan dengan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menjelaskan hubungan antar parameter di dalam pemanfaatan perikanan tangkap serta menyajikan tingkat kecenderungan data kedepan, latar belakang pengaturan serta tujuan pengaturan pengelolaan perikanan. Secara ringkas jenis, sumber, cara pengumpulan data, Metode analisis dan output dari setiap proses dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Tujuan, jenis dan sumber data, cara pengumpulan, metode analisis dan output No Tujuan Jenis data primersekunder Sumber data Cara pengumpulan Metode analisis Output 1 Menganalisis pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan Primer : Karakteristik nelayan, tipe dan bobot kapal penangkap ikan. Sekunder : Data penduduk Prov. Sulsel, perkembangan sosial nelayan, volume produksi nelayan perikanan tangkap, hasil perikanan tangkap, orientasi pasar hasil tangkapan Nelayan, pemilik kapal, buruh kapal, nelayan menengah, nelayan kecil. BAPPEDA Propinsi. Sulsel, BPS Prov Sulsel, Dinas Kelautan dan Perikanan Propinsi. Sulsel,. Kuesioner Sulsel dalam Angka, Laporan tahunan kelautan dan perikanan Sulsel. Deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Sulsel. 44 No Tujuan Jenis data primersekunder Sumber data Cara pengumpulan Metode analisis Output 2 Menganalisis tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan Primer : Bobot antar dimensi keberlanjutan, persepsi pelaku kebijakan, koordinasi antar instansi pelaku kebijakan. Sekunder : Data biofisik kelautan, penduduk, ekonomi masyarakat, penyerapan tenaga kerja sektor perikanan, pencemaran laut, program pemberdayaan masyarakat, kualitas air laut, , koordinasi antar instansi, sinergi kebijakan, kinerja LSM kelautan dan perikanan. BAPPEDA Prov. Sulsel, BPS Prov Sulsel, Dinas Kelautan dan Perikanan Prov. Sulsel, Kementerian Kelautan dan Perikanan., Pakar Perguruan Tinggi Unhas, penyuluh pemerintah, penyuluh swadaya, tokoh lokal. Desk study, konsultasi, konfirmasi, penelusuran dokumen kebijakan, wawancara mendalam, triangulasi, fotocopy, softcopy MDS Multi- dimensional scaling Rapfish. Indeks dan status keberlanjutan; faktor-faktor pengungkit perdimensi keberlan-jutan pengelolaan perikanan tangkap di Sulsel. 3 Memformula- sikan skenario model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan. Faktor pengungit leverage factors per-dimensi keberlanjutan, faktor kunci keberlanjutan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan. Analisis tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan; kecenderungan perubahan faktor-faktor ke depan. Diskusi mendalam, Analisis konteks hubungan antar faktor. Analisis Prospektif Analisis Morfologis. Analisis Deskriptif Kualitatif. Skenario model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjut-an di Provinsi Sulawesi Selatan. 4 Menganalisis kebijakan pengelolaan perikanan tangkap Undang-Undang yang mengatur tentang pengelolaan perikanan, perikanan tangkap, Peraturan Pemerintah, peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan. Internet, perpustakaan, journal, Dinas Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Fotocopy, download, kumpulan buku perundangan kelautan dan perikanan. Analisis deskriptif kualitatif Analisis Isi. Rekomendasi 4 PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP DI SULAWESI SELATAN

4.1 Kondisi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan secara geografis terletak pada posisi 0 12 o LS dan 116 48 - 112 36’ BT dan diapit oleg tiga wilayah laut yaitu : Teluk Bone disebelah Timur, Laut Flores di sebelah Selatan dan Selat Makassar di sebelah barat dan berbatasan dengan Provinsi Sulawesi Barat da Sulawesi Tengah sebelah utara dan Provinsi Sulawesi Tenggara sebelah timur. Kondisi geografis Provinsi Sulawesi Selatan menggambarkan potensi sumberdaya alam yang kaya baik di darat maupun di laut. Panjang garis pantai sekitar 1.973,7 km, Pemerintah daerah Sulawesi Selatan bertanggung jawab mengelola wilayah laut dan pesisir seluas kurang lebih 60.000 km 2 di daerah ini juga dikenal gugusan kepulauan antara lain : Kepulauan Spermonde atau kepulauan Sangkarang, kepulauan Pangkep, dan Atol Takabonerate. Lebih lanjut, Sulawesi Selatan jika ditinjau dari konteks pesisir maka luas sumber daya alami yang dimanfaatkan berupa kegiatan penangkapan ikan dan wisata. Wilayah pesisir Sulawesi selatan diketahui dihuni oleh 19 spesies mangrove dengancakupan vegetasi cukup luas yang pada tahun 1999 sekitar 26.911 ha Kehutanan Sulawesi Selatan 2002. Propinsi Sulawesi Selatan memiliki sumberdaya yang beragam mulai dari kelompok sumberdaya pelagis besar sampai cumi – cumi, Berdasarkan data Ditjen Tangkap 2005, menunjukkan potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar memiliki produksi 655,45 ribu ton dari potensi 929,72 ribu ton. Kondisi tersebut menujukkan pemanfatan perikanan tangkap berupa kelompok sumberdaya pelagis besar sampai cumi-cumi, telah mencapai 70,50. Lebih lanjut mengacu pada data yang sama, dketahui sejumlah kelompok sumberdaya ikan telah mencapai pemanfaatan yang setara dengan potensi yang dimiliki. Adapun potensi sumberdaya ikan di Selat Makassar dan Laut Flores ditampilkan pada Tabel 6.