Kesimpulan Saran Model Of Sustainable Fishing Management In South Sulawesi

Lampiran 1 Nilai peluang probability value dari pearson correlations Variabel Illegal Fishing 1. Pengalaman Nelayan 0.03 2. Rata-rata Produksi Ikan 0.01 3. Jumlah Total Ikan 0.01 4. Total Biaya Variabel 0.00 5. Total Biaya Tetap 0.00 6. Total Biaya Investasi 0.00 7. Pengetahuan Dasar Hukum 0.16 8. Pengetahuan Terumbu Karang 0.00 130 Lampiran 2 Multiple regression linear analysis Regression Notes Output Created 02-Nov-2012 19:14:04 Comments Input Data D:\JoB\PR Deadline\AndiZainal\Olah Data Pa AndiZainal\last corr.sav Active Dataset DataSet1 Filter none Weight none Split File none N of Rows in Working Data File 113 Missing Value Handling Definition of Missing User-defined missing values are treated as missing. Cases Used Statistics are based on cases with no missing values for any variable used. Syntax REGRESSION MISSING LISTWISE STATISTICS COEFF OUTS R ANOVA CRITERIA=PIN.05 POUT.10 NOORIGIN DEPENDENT KategoriIllegalFishing METHOD=ENTER biaya PDH PTK. Resources Processor Time 00:00:00.109 Elapsed Time 00:00:00.125 Memory Required 1940 bytes Additional Memory Required for Residual Plots 0 bytes 131 Variables EnteredRemoved b Model Variables Entered Variables Removed Method 1 PTK, PDH, biaya a . Enter a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Kategor iIllegal Fishing Model Summary Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .389 a .151 .128 .43706 a. Predictors: Constant, PTK, PDH, biaya ANOVA b Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 3.709 3 1.236 6.472 .000 a Residual 20.822 109 .191 Total 24.531 112 a. Predictors: Constant, PTK, PDH, biaya b. Dependent Variable: Kategor iIllegal Fishing Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .828 .075 11.035 .000 biaya -3.307E-9 .000 -.340 -3.179 .002 PDH -.026 .021 -.108 -1.217 .226 PTK -.008 .021 -.043 -.396 .693 a. Dependent Variable: Kategori iIllegal Fishing 132 Lampiran 3 Tujuan pemberantasan illegal fishing Tujuan Pemberantasan Illegal Fishing T1 Menegakkan kedaulatan negara atas wilayah perairan dari gangguan yang merusak SDA laut T2 Menegakkan UU Perikanan dan Kelautan T3 Menjamin kelangsungan biota laut dan ekosistem kelautan dan tidak terjadi over fishing T4 Mengendalikan pemanfaatan SDA kelautan dengan membatasi jumlah tangkapan ikan yang beroperasi di laut Indonesia T5 Terlaksananya pembangunan kelautan berwawasan lingkungan T6 Meningkatkan penghasilan nelayan di Indonesia T7 Mencegah penangkapan ikan secara liar yang menggunakan alat tangkap kimia beracun Lampiran 4 Matrix tujuan pemberantasan illegal fishing T1 T2 T3 T4 T5 T6 T 7 T1 X V V X X X T2 X V V X O X T3 X X X X O X T4 A O X A O X T5 X X X A X X T6 O O X X A O T7 X X X O X O Lampiran 5 Struktur tujuan pemberantasan illegal fishing hasil pengolahan ISM VAXO struktur dari tujuan 133 Lampiran 6 Kendala pemberantasan illegal fishing Kendala Dalam Pemberantasan Illegal Fishing K1 Lemahnya Pengawasan dari aparatur pemerintah K2 Sarana dan prasarana K3 Lemahnya kordinasi antar aparat K4 Kesadaran Nelayan K5 Kurang informasi pengetahuan yang sampai kepada nelayan K6 Efek jera dari sanksi hukum Lampiran 7 Matrix kendala pemberantasan illegal fishing K1 K2 K3 K4 K5 K6 K1 X X O X X K2 A O O X O K3 X V O X V K4 X O O X X K5 X O A X X K6 X O X O X Lampiran 8 Struktur kendala pemberantasan illegal fishing hasil pengolahan ISM VAXO struktur dari kendala 134 Lampiran 9 Aktor pemberantasan illegal fishing Aktor Dalam Pemberantasan Illegal Fishing A1 Nelayan A2 LSM A3 Polisi perairan A4 Dinas Perikanan A5 Industri Perikanan Lampiran 10 Matrik aktor pemberantasan illegal fishing A1 A2 A3 A4 A5 A1 X X X O A2 X X X V A3 X O X V A4 X X A X A5 X O O X Lampiran 11 Struktur aktor pemberantasan illegal fishing hasil pengolahan ISM VAXO struktur dari aktor 135 Lampiran 12 Tabel analisis prospektif 136 Lampiran 13 Tabel analisis prospektif pengaruh tidak langsung dan total 137 Tabel lanjutan analisis prospektif pengaruh tidak langsung dan total 138 Lampiran 14 Tabel analisis prospektif penyimpanan 139 Tabel lanjutan analisis prospektif penyimpanan 140 MODEL PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI SULAWESI SELATAN Abstrak Penelitian model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan dilaksanakan di tiga kabupaten yakni Kabupaten Pangkep, Kabupaten Takalar dan Kapaten Bulukumba. Tujuan penelitian adalah: 1 menganalisis pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap; 2 menganalisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap; 3 merumuskan model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan; dan 4 menganalisis kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Sulawesi Selatan. Pelaksanakan penelitian sejak bulan Februari sampai Oktober 2011. Jenis data yang dipergunakan berupa data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan metode Rapfish dan Multi Dimensional Scaling MDS. Analisis Rapfish digunakan untuk mengetahui indeks tingkat keberlanjutan pada kegiatan perikanan tangkap dari berbagai dimensi dan MDS digunakan untuk mengetahui pengelolaan perikanan tangkap keberlanjutan di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis Rapfish yang dilakukan secara parsial pada setiap dimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, sebagai berikut : a Dimensi Ekologi sebesar 49,07 berarti kurang berkelanjutan, b Dimensi Ekonomi sebesar 53,13 berarti cukup berkelanjutan, c Dimensi Sosial sebesar 60,92 berarti cukup berkelanjutan, d Dimensi Kelembagaan dan Etika sebesar 46,93 berarti kurang berkelanjutan, e Dimensi Teknologi dan Infrastruktur sebesar 48,35 berarti kurang berkelanjutan. Kesimpulan dari penelitian ini nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan kurang berkelanjutan, serta skenario optimis merupakan skenario model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan, karena skenario ini merupakan pengembangan model yang paling realistis untuk dilakukan secara terintegratif. Kata Kunci : Sulawesi Selatan, pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan, Rapfish, Multi Dimensional Scaling, skenario optimis. ABSTRACT ANDI ZAINAL. MODEL OF SUSTAINABLE FISHING MANAGEMENT IN SOUTH SULAWESI. Supervised by ETTY RIANI, SETYO BUDI SUSILO and FREDINAN YULIANDA Research on sustainable fishing management in South Sulawesi was carried out in three regencies, namely Pangkep Regency, Takalar Regency and Bulukumba Regency. The aim of the research was 1 to analyze fishing resource used; 2 to determine the index value and the status of sustainable fishing; 3 to formulate the model for managing sustainable fishing; and 4 to formulated policy for managing sustainable fishing in South Sulawesi. The research was carried out from February to October 2011. The types of data used were primary as well as secondary data. The data were analyzed using the Rapfish method and the Multi Dimensional Scaling MDS. The Rapfish method was used to find out the index of sustainable level of the fishing activities from various dimensions, whereas MDS was used to know sustainable fishing management in South Sulawesi. The results of the research showed that based on the rapfish analyses that was carried out partially on every dimension the sustainable index value for each dimension was as follows: a Ecological dimension was 49.07, which shows less sustainable, b Economical dimension was 53.1, which means quite sustainable, c Social dimension 60.93, which means quite sustainable, d Institutional and ethical dimension 46.93, which means less sustainable, e Technological and infrastructure dimension 48.35, which means less sustainable. From the research, it can be seen that the sustainable index value of fishing in South Sulawesi is less sustainable. The optimistic scenario is the model scenario for sustainable fishing management in South Sulawesi Province, since this scenario is the most realistic model development to be carried out in an integrated manner Key Words : South Sulawesi, sustainable fishing management, Rapfish, Multi Dimensional Scaling, optimistic scenario. RINGKASAN ANDI ZAINAL. Model Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Sulawesi Selatan. Dibimbing oleh ETTY RIANI, SETYO BUDI SUSILO dan FREDINAN YULIANDA Perikanan tangkap di Sulawesi Selatan belum menggunakan dimensi keberlanjutan, yaitu keberlanjutan ekonomi profit, keberlanjutan kehidupan sosial people, dan keberlanjutan ekologi. Padahal ketiga dimensi tersebut saling mempengaruhi. Berangkat dari fakta tersebut tujuan penelitian adalah : 1 menganalisis pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap; 2 menganalisis keberlanjutan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap; 3 merumuskan model pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan; dan 4 menganalisis kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Sulawesi Selatan Penelitian ini dilaksanakan di tiga kabupaten di Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Pangkep, Kabupaten Takalar dan Kabupaten Bulukumba. Alasan pemilihan lokasi ada 2 hal yakni berdasarkan tingkat kejadian kasus dan keterwakilan secara geografis. Kasus pelanggaran hukum paling sering terjadi di lokasi tersebut dan secara geografis Kabupaten Pangkep mewakili Laut Makassar, Kabupaten Takalar mewakili Laut Flores dan Kabupaten Bulukumba mewakili Teluk Bone. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari hingga Oktober 2011. Jenis data yang dipergunakan berupa data primer dan sekunder. Analisis data menggunakan metode rapfish dan multidimensional scaling MDS. Analisis Rapfish digunakan untuk mengetahui indeks tingkat keberlanjutan pada kegiatan perikanan tangkap dari berbagai dimensi dan MDS digunakan untuk mengetahui keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis Rapfish yang dilakukan secara parsial pada setiap dimensi diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk masing-masing dimensi, sebagai berikut : a. Dimensi Ekologi sebesar 49,07 berarti kurang berkelanjutan indeks terletak antara 25,00 - 50,00. b. Dimensi Ekonomi sebesar 53,13 berari cukup berkelanjutan indeks di antara nilai 50,00- 74,99. c. Dimensi Sosial sebesar 60,92 berarti cukup berkelanjutan indeks terletak antara 50,00 – 74,99. d. Dimensi Kelembagaan dan Etika sebesar 46,93 berarti kurang berkelanjutan indeks terletak antara 25,00-49,99. e. Dimensi Teknologi dan Infrastruktur sebesar 48,35 berarti kurang berkelanjutan indeks terletak antara 25,00 - 50,00. Model Pengelolaan Perikanan Tangkap Berkelanjutan di Provinsi Sulawesi Selatan adalah model yang disusun dalam upaya meningkatkan atau menjamin adanya pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap yang berkelanjutan melalui menjaga atau meningkatkan kinerja faktor-faktor dominan yang berpengaruh terhadap nilai indeks keberlanjutannya. Model yang berkelanjutan disusun melalui tiga skenario yaitu Skenario I Pesimis, Skenario II Moderat, dan Skenario III Optimis. Skenario model pengelolaan yang paling memungkinkan ditempuh untuk meningkatkan keberlanjutan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan saat ini adalah dengan Skenario III sehingga mampu meningkatkan tingkat kerberlanjutan dari 50,76 cukup berkelanjutan menjadi 52,34 cukup berkelanjutan. Walaupun dengan menggunakan Skenario III tingkat keberlanjutan dimensi teknologi dan infrastruktur relatif masih rendah 48,35 kurang berkelanjutan. Kondisi ini memperlihatkan bahwa tingkat pemanfaatan perikanan tangkap di Provinsi Sulawesi Selatan perlu segera dikendalikan agar daya dukung ekosistem perikanan tangkap tidak terus mengalami penurunan hingga mengarah kepada kondisi yang lebih buruk. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa nilai indeks keberlanjutan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan kurang berkelanjutan, serta dipilihnya skenario optimis untuk keberlanjutan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan sebab merupakan skenario paling realisitis untuk dilakukan. Disarankan untuk diberlakukan kebijakan dan pengawasan yang ketat terhadap faktor penghambat kelestarian pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan, dan kebijakan yang sudah ada mesti diimplementasikan. Kata Kunci : Sulawesi Selatan, pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan, Rapfish, Multi Dimensional Scaling, skenario optimis ANDI ZAINAL. MODEL OF SUSTAINABLE FISHING MANAGEMENT IN SOUTH SULAWESI. Supervised by ETTY RIANI, SETYO BUDI SUSILO and FREDINAN YULIANDA SUMMARY Fishing in South Sulawesi has not used sustainable dimensions, namely economical sustainability profit, social sustainability people, and ecological sustainability. In fact the three dimensions have affected one another. Fishing that is not sustainable can be found at Pangkep Regency, Takalar Regency and Bulukumba Regency. Criminal cases of fishing, such as fish bombing, often happen in those locations. The aim of the research were : 1 to analyze fishing resource used; 2 to determine the index value and the status of sustainable fishing; 3 to formulate the model for managing sustainable fishing; and 4 to formulated policy for managing sustainable fishing in South Sulawesi. The research was carried out in three regencies in South Sulawesi, namely Pangkep Regency, Takalar Regency, and Bulukumba Regency. There are two reason for choosing the locations, based on the extent of cases and their geographical representation. Legal violations occur the most in those locations, and geographically Pangkep Regency represents Makassar Sea, Takalar Regency represents Flores Sea, and Bulukumba Regency represents Bone Bay. The research was carried out from February to October 2011. The types of data used were primary and secondary data. The data were analyzed using the Rapfish method and the Multi Dimensional Scaling MDS. The Rapfish method was used to find out the index of sustainable level of the fishing activities from various dimensions, whereas MDS was used to know sustainable fishing management in South Sulawesi. The results of the research showed that based on the rapfish analyses that was carried out partially on every dimension the sustainable index value for each dimension was as follows: a. Ecological dimension: 49.07 meaning less sustainable index between 25.00- 50.00. b. Economical dimension: 53.13 meaning quite sustainable index between 50.00-74.99. c. Social dimension: 60.92 meaning quite sustainable index between 50.00 – 74.99. d. Institutional and Ethical dimension: 46.93 meaning less sustainable index between 25.00-49.99. e. Technological and infrastructure dimension: 48.35 meaning less sustainable index between 25.00 –50.00. The model of sustainable fishing management in South Sulawesi Province is a model established in order to increase or ensure the existence of sustainable fishing management through maintaining or improving the performance of dominant factors that give effects to sustainable index values. The sustainable model was made through three scenarios, namely Scenario I pessimistic, Scenario II moderate and Scenario III optimistic. The scenario of management model that is the most possible to do to improve the sustainability of fishing in South Sulawesi Province at present is Scenario III. It can improve the sustainability level from 50.67 quite sustainable to 52.34 quite sustainable. In spite of using Scenario III, the sustainable level of technological and infrastructure dimension is still relatively low, 48.35 less sustainable. This condition shows that utilization of fishing in South Sulawesi Province needs to be managed well so that the supporting ecosystem of fishing will not degrade continuously and lead to unsustainable In conclusion, the index value of fishing sustainability in South Sulawesi is less sustainable. The choice of optimistic scenario for fishing sustainability in South Sulawesi is because it is the most realistic scenario to do. It is suggested that there must be a policy and strict control towards the inhibiting factor on the preservation of sustainable fishing management, and the existing policy must be implemented. Key Words : South Sulawesi, sustainable fishing management, Rapfish, Multi Dimensional Scaling, optimistic scenario 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Indonesia merupakan negara maritim dengan garis pantai sepanjang 81.290 km dan luas laut termasuk Zona Ekonomi Eksklusif ZEE seluas 5,8 juta km 2 Dahuri et al. 2002. Kondisi ini memungkinkan perairan laut dijadikan sebagai tulang punggung pembangunan Indonesia di masa depan. Perairan laut Indonesia memiliki keragaman ekosistem yang sangat besar mega biodiversity. Tercatat di seluruh wilayah perairan Indonesia ditemukan ekosistem terumbu karang seluas 50.000 km² dengan jumlah spesies lebih dari 500 jenis atau merupakan 75 keanekaragaman terumbu karang di dunia atau hampir 25 terumbu karang dunia dengan jumlah genera berkisar 70 - 80. Lebih lanjut perairan Indonesia memiliki 4.5 juta hektar ekosistem mangrove, 12 juta hektar ekosistem padang lamun dan lebih dari 5000 jenis ikan di perairan laut Dahuri 2003. Terkait dengan sumberdaya perikanan laut, Rais 2003 mengemukakan hasil perikanan mampu mencukupi lebih dari 60 persen rata-rata kebutuhan bahan protein penduduk secara nasional, dan hampir 90 persen di sebagian desa pesisir. Perikanan tangkap merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang sangat penting di Propinsi Sulawesi Selatan dan kontribusinya cukup besar bagi produksi perikanan dan kelautan secara umum. Potensi sumberdaya perikanan yang terkandung di wilayah perairan laut Sulawesi Selatan ± 162.436 tontahun, sementara tingkat pemanfaatannya baru mencapai 10.235, 57 ton per tahun dari berbagai komoditi perikanan ekonomis yang ada sehingga tingkat pemanfaatannya belum optimal. Lebih lanjut dijelaskan perairan Selat Makassar, Teluk Flores serta pulau kecil di sekitarnya adalah kawasan kaya ikan. Namun, pada kenyataanya potensi sumberdaya perikanan di Sulawesi Selatan masih belum bisa dikelola dan dimanfaatkan secara optimal dan bijaksana. Ditambah hampir seluruh wilayah di Sulawesi Selatan mengarah pada kondisi overfishing yaitu terjadi tangkapan jumlah ikan yang melebihi jumlah yang dibutuhkan untuk mempertahankan stok ikan dalam suatu daerah. Pemanfaatan sumberdaya perikanan laut memberikan kontribusi penting bagi perekonomian Sulawesi Selatan. Kondisi ini menunjukkan bahwasanya keberadaan sumberdaya perikanan merupakan peluang bagi sumber pertumbuhan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Pengembangan perikanan tangkap di Sulawesi Selatan selama ini tidak berjalan dengan baik disebabkan oleh kompleksnya permasalahan yang dihadapi, menyangkut faktor-faktor teknis, sosial, ekonomi dan lingkungan. Terkait dengan hal tersebut, upaya pelestarian sumber daya ikan merupakan kewajiban yang harus dilakukan. Paradigma pembangunan berkelanjutan mencakup lebih banyak aspek dalam penilaian keberlanjutan, sehingga penilaian terhadap keberlanjutan dan pelestarian sumber daya perikanan menjadi lebih kompleks dengan penambahan aspek sosial, kelembagaan dan teknologi. Interaksi aspek-aspek tersebut menjadi indikator bagi keberlanjutan usaha perikanan tangkap. Berdasarkan hal tersebut di Propinsi Sulawesi Selatan perlu dilakukan pengembangan sektor perikanan tangkap yang baik dan ideal. Pengembangan tersebut dilakukan dengan memperhatikan kemampuan daya dukung dan kebutuhan optimal dari setiap aspek keberlanjutan hingga perlu dilakukan penilaian pengembangan perikanan tangkap yang dapat menjadi acuan kebijakan dalam pemanfaatan perikanan secara optimal.

1.2 Kerangka Pemikiran

Wilayah perairan laut merupakan kawasan perairan yang memiliki sejumlah sumberdaya penting, salah satunya adalah berupa sumberdaya perikanan bernilai ekonomi tinggi. Tidak salah jika salah satu kebijakan pemerintah adalah meningkatkan hasil perikanan bahkan menjadi produsen perikanan terbesar di dunia Sularso 2010. Terkait hal tersebut dalam rangka pencapaian tersebut banyak kalangan mencoba mengeksploitasi laut beserta isinya termasuk masyarakat pesisir yang memanfaatkan potensi perikanan di laut dengan menjadikan menangkap ikan sebagai mata pencaharian utama yang menghasilkan pendapatan. Perikanan tangkap adalah suatu upaya kegiatan yang menyangkut pengusahaan suatu sumber daya di laut atau perairan umum rnelalui cara penangkapan baik secara komersial atau tidak. Kegiatan ini meliputi penyediaan prasarana, sarana, kegiatan penangkapan, penanganan hasil tangkapan, pengolahan serta pemasaran hasil. Lebih lanjut, pengelolaan sumber daya perikanan adalah suatu tindakan melalui pembuatan peraturan yang didasari oleh hasil kajian ilmiah yang kemudian dalam pelaksanaannya diikuti oleh kegiatan monitoring, controlling dan surveilance, dimana tujuan akhirnya adalah suatu kelestarian sumber daya perikanan dan lingkungannnya dan memberikan keuntungan secara ekonomi maupun ekologi. Arti pengelolaan mencakup pengembangan dan pengendalian, dimana acuan yang dianut dalam pelaksanaannya adalah konsep perikanan yang bertanggung jawab responsible fisheries. Pelaksanaan perikanan yang bertanggungjawab didasarkan atas pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan melalui secara berkelanjutan, diatur dalam Undang- Undang Republik Indonesia No 45 Tahun 2009. Undang-undang tersebut menyebutkan perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan. Selanjutnya pasal 6 ayat 1 menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat yang optimal dan berkelanjutan, serta terjaminnya kelestarian sumberdaya ikan. Kompleksitas pengelolaan perikanan tangkap membutuhkan upaya yang terintegrasi dan mencakup sejumlah aspek atau dimensi. Untuk melaksanakan pengelolaan perikanan tangkap secara berkelanjutan secara optimal di Propinsi Sulawesi Selatan sebagai salah satu kawasan di Indonesia yang memiliki potensi perikanan tangkap, didasarkan atas 3 dimensi utama dan 2 dimensi tambahan yang harus diperhatikan, yaitu 1 dimensi ekologi; 2 dimensi ekonomi; 3 dimensi sosial; 4 dimensi teknologi; serta 5 dimensi kelembagaan. Dimensi ekologi terkait dengan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan tetap memperhatikan pelestarian lingkungan serta tanpa menyebabkan terdegradasinya kondisi lingkungan. Hal ini diperlukan untuk menjamin keberlangsungan stok perikanan tangkap yang dapat dimanfaatkan generasi yang akan datang. Dimensi ekonomi, merupakan upaya pemanfaatan perikanan tangkap yang dapat memberikan keuntungan atau layak secara ekonomi bagi pemanfaat nelayan dan masyarakat pesisir. Dimensi sosial, mengindikasikan upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap harus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat nelayan. Dimensi teknologi, terkait dengan upaya peningkatan efisiensi dan efektifitas penangkapan yang dilakukan. Dimensi kelembagaan, terkait dengan tata aturanperaturan yang menjadi landasan pengelolaan dan organisasi pengelola yang melaksanakan pengelolaan.