persentase sebesar 60 persen atau sebanyak 18 rumahtangga. Hanya sebesar 27 persen atau sebanyak delapan rumahtangga saja yang memiliki tingkat pendapatan
rendah. Sementara itu, masyarakat di Kampung Joglo yang memiliki pendapatan tinggi dengan pendapatan di atas Rp 16.964.607 adalah sebesar 20 persen atau
sebanyak enam rumahtangga. Jumah tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jumlah masyarakat di Kampung Gunung Cabe yang hanya berjumlah sebanyak
empat rumahtangga atau sebesar 13 persen saja. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa banyaknya jumlah pabrik industri pertambangan belum
dapat memberikan pengaruh pada kemajuan perekonomian masyarakat lokal dan cenderung menimbulkan rantai kemiskinan karena pendapatan yang diperoleh
masyarakat masih berada di bawah garis kemiskinan. Pemerataan pembangunan melalui sektor pertambangan masih belum dirasakan oleh masyarakat lokal.
Dampak negatif berupa penurunan kualitas lingkungan hidup dan masih rendahnya tingkat perekonomian masyarakat lokal menimbulkan ketidakadilan
dari hasil pembangunan yang telah dilakukan.
5.2 Kategori Lapisan Sosial Berdasarkan Struktur Pendapatan
Berdasarkan data struktur pendapatan yang diperoleh dari masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe, maka terbentuk pelapisan sosial di
kedua kampung tersebut.
Keterangan:
n
Kampung Joglo = 30 rumahtangga
n
Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga
Gambar 10. Lapisan Sosial Desa Cipinang Berdasarkan Struktur Pendapatan
Persentase responden
Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak
Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit
Penggolongan lapisan atas pada masyarakat di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe, berdasarkan pada masyarakat yang menduduki struktur
pendapatan tinggi. Penggolongan lapisan menengah berdasarkan pada masyarakat yang menduduki struktur pendapatan rata-rata, sedangkan penggolongan lapisan
sosial bawah berdasarkan pada struktur pendapatan rendah. Data pada Gambar 10 menunjukkan bahwa mayoritas lapisan sosial di kedua kampung ditempati oleh
lapisan menengah, dengan masing-masing persentase sebesar 40 persen atau sebanyak 12 rumahtangga di Kampung Joglo dan 60 persen atau sebanyak 18
rumahtangga di Kampung Gunung Cabe. Kemudian golongan kedua terbesarnya adalah lapisan bawah yaitu sebesar 40 persen atau 12 rumahtangga di Kampung
Joglo dan 27 persen atau sebanyak delapan rumahtangga di Kampung Gunung Cabe. Sementara itu, masyarakat pada lapisan atas menduduki peringkat paling
rendah dengan masing-masing persentase 20 persen atau sebanyak enam rumahtangga di Kampung Joglo dan 13 persen atau sebanyak empat rumahtangga
di Kampung Gunung Cabe. Berdasarkan data di atas terlihat bahwa pelapisan sosial di masyarakat
Kampung Joglo sebagai kampung yang memiliki jumlah pabrik industri pertambangan banyak, belum dapat memberikan kestabilan pada pelapisan sosial
berdasarkan struktur pendapatan. Hal ini terlihat dari masih banyaknya jumlah masyarakat yang menduduki lapisan sosial bawah dan lapisan sosial menengah
dibandingkan dengan masyarakat di Kampung Gunung Cabe sebagai kampung yang memiliki jumlah pertambangan sedikit. Dari data tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa kehadiran industri pertambangan belum mampu memberikan pemerataan pada sistem lapisan sosial dan justru menambah jumlah lapisan sosial
bawah yang mayoritas ditempati oleh rumahtangga miskin di wilayah pedesaan. Di Kampung Gunung Cabe, pada umumnya jumlah anggota keluarga yang
sudah bekerja masih bertempat tinggal bersama orang tuanya. Anggota keluarga tersebut bekerja di perusahaan pertambangan yang jaraknya dekat dengan lokasi
tempat tinggal dan seringkali memberikan bantuan dalam pembiayaan kebutuhan hidup rumahtangga sehari-hari. Hal tersebut yang menjadikan pendapatan
rumahtangga di Kampung Gunung Cabe semakin bertambah, sehingga mayoritas masyarakat menduduki lapisan sosial menengah. Bentuk strategi nafkah yang
dilakukan rumahtangga di Kampung Gunung Cabe tergolong lebih adaptif dibandingkan dengan rumahtangga di Kampung Joglo. Hal tersebut terlihat oleh
adanya beberapa anggota rumahtangga di Kampung Joglo yang lebih memilih untuk bekerja di luar kampung dengan mengikuti saudaranya.
5.3 Kondisi Tempat Tinggal 5.3.1 Kondisi Fisik Tempat Tinggal