Kerangka Konseptual PENDEKATAN TEORITIS

Hal ini mengakibatkan hilangnya vegetasi tanaman populasi satwa liar dan menurunnya kualitas air. Sementara itu di daerah bagian hilir pasca tambang, rawan terjadinya bencana erosi akibat sedimentasi tanah. Di beberapa daerah yang memiliki potensi penambangan pasir seperti Kabupaten Magelang dan Kabupaten Temanggung, aktivitas penambangan mengakibatkan timbulnya tebing-tebing bukit yang rawan longsor akibat penambangan yang tidak memakai sistem berteras. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya tingkat erosi di daerah pertambangan, berkurangnya debit air permukaan atau mata air, menurunnya produktivitas lahan pertanian, dan tingginya lalu lintas kendaraan drum truk di jalan desa yang kemudian membuat rusaknya jalan, serta timbulnya polusi udara. Sementara itu, di beberapa daerah lain di Indonesia seperti Bangka Belitung, Kabupaten Sumbawa Provinsi NTB dan Kabupaten Landak Provinsi Kalimantan, aktivitas pertambangan mengakibatkan terjadinya pencemaran air dan degradasi lahan. Hilangnya fungsi atas sungai bagi masyarakat seperti air sungai Tongo-Sejorong yang pada awalnya digunakan warga untuk minum, membersihkan makanan, mandi, mencuci, minum ternak. Sungai tercemar oleh limbah yang berasal dari konsentrator aktivitas limbah dan pembukaan hutan di bagian hulu. Selain itu, terjadinya kekeringan air sumur milik warga akibat adanya aktivitas pengeboran.

2.2 Kerangka Konseptual

Gambar 1 di bawah ini menjelaskan tentang adanya pihak-pihak berkepentingan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya alam tambang. pihak-pihak berkepentingan yang ada meliputi pemerintah seperti pemerintah pusat dan pemerintah daerah, masyarakat lokal, dan swasta. Pemerintah sebagai institusi yang berperan sebagai pemberi kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya alam tambang, swasta sebagai pengelola dan pemanfaat langsung dari kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah, serta masyarakat lokal sebagai sekumpulan orang yang berada di sekitar lokasi penambangan dan sebagai pihak penerima dampak langsung maupun tidak langsung dari adanya aktivitas pertambangan. Pada awalnya, ketiga pihak yang ada memiliki akses terhadap sumberdaya alam tambang. Namun dengan adanya izin usaha tambang yang diberikan oleh pemerintah, menjadikan swasta sebagai pihak yang memiliki akses lebih tinggi. Keterangan: = saling mempengaruhi, = hubungan akibat, = akses - - - - - = fokus penelitian Gambar 1. Kerangka Konseptual Dampak Aktivitas Pertambangan pada Aspek Sosio-Ekonomi dan Sosio-Ekologi Masyarakat Lokal Pemerintah Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah SwastaPerusahaan Pertambangan Sosio-Ekonomi - Perubahan Pola Pekerjaan - Pendapatan - Kesempatan Kerja - Konflik di Masyarakat Sosio-Ekologi - Terganggunya Sumber Air - Perubahan Udara - Polusi Suara - Kesehatan Pembangunan Berkelanjutan Sumberdaya Alam Tambang Aktivitas Pertambangan - Pabrik Industri Pertambangan - Ledakan Blasting Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh swasta menimbulkan berbagai dampak negatif dan positif pada aspek sosio-ekonomi dan ekologi. Berbagai dampak yang ditimbulkan mendorong dilakukannya paradigma pembangunan berkelanjutan. Pembangunan tidak hanya mengejar pada peningkatan perekonomian negara saja melainkan juga melihat pada aspek Analisis Manajemen dan Dampak Lingkungan AMDAL sebelum dilakukannya aktivitas pertambangan, maupun upaya reklamasi lahan pasca tambang. Aktivitas pembangunan terus dilakukan namun tidak mengurangi kualitas hidup manusia dan lingkungan di masa yang akan datang.

2.3 Kerangka Pemikiran