zaman dulu. Kampung Gunung Cabe berasal dari areal perbukitan yang memiliki tanaman cabai.
Kata para orang tua zaman dulu disini Kampung Gunung Cabe itu merupakan bukit. Ceritanya, ada orang yang mendaki gunung, bisa disebut
sebagai pengembara. Dia melihat ada cabai berwarna kuning sebesar drum yang dia kira adalah emas karena ukurannya besar. Namun ketika hendak mau
diambil, ternyata disekelilingnya ada harimau dan babi yang sedang menunggu cabai tersebut. Si pendaki menjadi ketakutan dan tidak berani
mengambil cabai tersebut. Akhirnya dia pergi kemudian yang dulu sebuah bukit kini menjadi kampung bernama Kampung Gunung Cabe Bapak Skd,
tokoh masyarakat berusia 33 tahun.
Kampung Gunung Cabe dan Kampung Joglo memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu perbedaan tersebut terlihat pada banyaknya jumlah pabrik
industri pertambangan yang terdapat di masing-masing kampung. Di Kampung Gunung Cabe, hanya terdapat satu pabrik industri pertambangan jenis batu milik
perusahaan yang dikuasai oleh PT K. Sedangkan di Kampung Joglo terdapat tiga pabrik industri pertambangan jenis batu dan pasir teras milik perusahaan yang
dikuasai oleh PT L dan PT M yang kini masih produktif. Sementara itu, terdapat satu pabrik industri pertambangan lainnya yang akan segera melakukan aktivitas
pertambangan. Jenis mata pencaharian masyarakat Kampung Gunung Cabe dan Kampung
Joglo sangat beragam, diantaranya yaitu sebagai petani, buruh tambang, sopir truk pengangkut barang tambang, dan pedagang. Rata-rata hasil dari pertanian untuk
jenis komoditas padi tidak dijual ke orang lain. Secara subsisten, hasil pertanian untuk jenis komoditas tersebut hanya cukup untuk makan anggota keluarga petani
itu sendiri. Hal ini dikarenakan sempitnya luas lahan sawah yang dimiliki oleh perorangan dan banyaknya jumlah anggota dalam keluarga, sehingga hasil dari
pertanian hanya mencukupi konsumsi anggota keluarga petani saja.
4.3 Karakteristik Responden
Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 37 tahun. Sementara itu berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden di Kampung
Joglo dan Kampung Gunung Cabe adalah tidak tamat SD atau tidak sekolah. Sebesar 50 persen atau sebanyak 15 responden di Kampung Joglo tidak tamat SD.
Sama halnya dengan responden di Kampung Gunung Cabe, dimana lebih dari 50 persen yakni sebesar 57 persen atau sebanyak 17 responden tidak tamat SD,
sebanyak 40 persen atau 12 responden tamat SD, dan tiga persen atau satu responden tamat SMP. Sementara itu responden di Kampung Joglo lainnya,
sebesar 44 persen atau sebanyak 13 responden tamat SD, dan hanya sebesar tiga persen atau satu responden yang dapat tamat SMA dan tamat perguruan tinggi.
Hal tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 5 di bawah ini.
Keterangan:
n
Kampung Joglo = 30 rumahtangga
n
Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga
Gambar 5. Tingkat Pendidikan Responden Desa Cipinang, 2011 Rendahnya pendidikan rumahtangga responden ini diikuti pula dengan
rendahnya tingkat pendidikan anak. Hal ini dikarenakan minimnya sarana dan prasarana pendidikan sekolah, yang kemudian di perparah dengan letak dan jarak
sekolah yang sangat jauh.
Disini penduduknya kebanyakan hanya berpendidikan SD, tidak sekolah malah karena di kampung ini kan tidak ada sekolahan. Ada sih, tapi tempatnya
jauh. Anak-anak juga tidak diijinkan sekolah sama orang tuanya karena pada was-was, soalnya disini hanya ada truk yang suka gangkut-ngangkut barang
tambang sebagai kendaraannya. Yah, yang namanya anak kecil kan suka bandel. Kalau misalnya nebeng, takutnya terjadi apa-apa gitu. Sekarang sih
saya sedang mengajukan pendirian sekolah karena kebetulan disini ada tanah milik bersama, ya sekitar 7000 meter persegi-an lah Bapak Skd, tokoh
masyarakat berusia 33 tahun.
Berdasarkan sektor pekerjaan, mayoritas responden di masing-masing kampung bergerak di sektor non pertanian. Jumlah responden yang bergerak di
sektor non pertanian sebanyak 25 responden atau sebesar 83 persen dari Kampung
Persentase responden
Joglo, dan 16 responden atau sebesar 54 persen dari Kampung Gunung Cabe. Sementara itu, sebanyak tiga responden atau sepuluh persen dari Kampung Joglo
dan tujuh responden atau 23 persen dari Kampung Gunung Cabe bergerak di sektor pertanian. Sisanya, yaitu dua responden atau tujuh persen dari Kampung
joglo dan tujuh responden atau 23 persen dari Kampung Gunung Cabe bergerak di dua sektor sekaligus, yaitu sektor pertanian dan non pertanian. Hal tersebut
sebagaimana terlihat pada Gambar 6 di bawah ini.
Keterangan:
n
Kampung Joglo = 30 rumahtangga
n
Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga
Gambar 6. Jumlah Responden Berdasarkan Sektor Pekerjaan Berdasarkan data pada Gambar 6 di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
perekonomian Desa Cipinang saat ini sudah didominasi oleh sektor non pertanian. Rumahtangga Desa Cipinang berdasarkan asal kependudukan pada
penelitian ini dibedakan menjadi dua kategori, yaitu penduduk asli dan penduduk pendatang. Penduduk asli dalam hal ini didefinisikan sebagai setiap orang yang
telah lahir dan bertempat tinggal di daerah atau lokasi penelitian, sedangkan penduduk pendatang merupakan setiap orang yang lahir di luar lokasi penelitian.
Sebanyak 22 responden atau sebesar 73 persen responden di Kampung Joglo adalah masyarakat asli. Sisanya, yaitu 27 persen atau sebanyak delapan responden
merupakan masyarakat pendatang. Sementara itu di Kampung Gunung Cabe, sebanyak 25 responden atau sebesar 83 persen merupakan masyarakat asli.
Sisanya yaitu sebanyak lima responden atau sebesar 17 persen merupakan
Persentase responden
masyarakat pendatang. Persentase responden berdasarkan asal kependudukan terlihat pada Gambar 7 di bawah ini.
Keterangan:
n
Kampung Joglo = 30 rumahtangga
n
Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga
Gambar 7. Kelompok Responden Berdasarkan Asal Kependudukan Jumlah penduduk pendatang di Kampung Joglo lebih banyak dibandingkan
dengan jumlah pendatang di Kampung Gunung Cabe. Hal ini dikarenakan jumlah pabrik industri pertambangan di Kampung Joglo lebih banyak sehingga
kesempatan kerja lebih luas, dan menyebabkan para pendatang semakin terdorong untuk bekerja di sektor pertambangan yang terdapat di Kampung Joglo.
4.4 Gambaran Umum Industri Pertambangan di Desa Cipinang