atau sebesar 0,20 persen, lahan pemakaman seluas 14 hektar atau sebesar 1,41 persen, perkantoran seluas 0.11 hektar atau sebesar 0,01 persen. Hal tersebut
sebagaimana terlihat pada Tabel 5 di bawah ini. Tabel 5. Luas Lahan dan Persentasinya menurut Penggunaan Lahan di Desa
Cipinang, 2010. No
Penggunaan Lahan Luas Lahan Hektar
Persentase 1
Pemukiman 274.61
27.58 2
Sawah 411
41.29 3
Ladanghuma 51.685
5.19 4
Perkebunan 231
23.20 5
Kolam 4
0.40 6
Sungai 2
0.20 7
Jalan 5.14
0.52 8
Situ 2
0.20 9
Pemakaman 14
1.41 10
Perkantoran 0.11
0.01 Jumlah
995.545 100
Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Cipinang, 2010
Berdasarkan data pada Tabel 5 di atas, dapat disimpulkan bahwa saat ini masih banyak masyarakat Desa Cipinang yang bergerak di sektor pertanian. Hal
ini terlihat dari masih luasnya lahan sawah yang mencapai 411 hektar dari jumlah total keseluruhan tata guna lahan.
4.2 Gambaran Umum Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe
Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe merupakan kampung yang jaraknya berdekatan dengan aktivitas pertambangan. Kedua kampung tersebut
merupakan kampung bagian Desa Cipinang yang memiliki keunikan dan sejarah masing-masing. Hal ini terlihat dari adanya latar belakang pemberian nama
Kampung Gunung Cabe, yang berawal dari sebuah cerita masyarakat lokal pada
zaman dulu. Kampung Gunung Cabe berasal dari areal perbukitan yang memiliki tanaman cabai.
Kata para orang tua zaman dulu disini Kampung Gunung Cabe itu merupakan bukit. Ceritanya, ada orang yang mendaki gunung, bisa disebut
sebagai pengembara. Dia melihat ada cabai berwarna kuning sebesar drum yang dia kira adalah emas karena ukurannya besar. Namun ketika hendak mau
diambil, ternyata disekelilingnya ada harimau dan babi yang sedang menunggu cabai tersebut. Si pendaki menjadi ketakutan dan tidak berani
mengambil cabai tersebut. Akhirnya dia pergi kemudian yang dulu sebuah bukit kini menjadi kampung bernama Kampung Gunung Cabe Bapak Skd,
tokoh masyarakat berusia 33 tahun.
Kampung Gunung Cabe dan Kampung Joglo memiliki karakteristik yang berbeda. Salah satu perbedaan tersebut terlihat pada banyaknya jumlah pabrik
industri pertambangan yang terdapat di masing-masing kampung. Di Kampung Gunung Cabe, hanya terdapat satu pabrik industri pertambangan jenis batu milik
perusahaan yang dikuasai oleh PT K. Sedangkan di Kampung Joglo terdapat tiga pabrik industri pertambangan jenis batu dan pasir teras milik perusahaan yang
dikuasai oleh PT L dan PT M yang kini masih produktif. Sementara itu, terdapat satu pabrik industri pertambangan lainnya yang akan segera melakukan aktivitas
pertambangan. Jenis mata pencaharian masyarakat Kampung Gunung Cabe dan Kampung
Joglo sangat beragam, diantaranya yaitu sebagai petani, buruh tambang, sopir truk pengangkut barang tambang, dan pedagang. Rata-rata hasil dari pertanian untuk
jenis komoditas padi tidak dijual ke orang lain. Secara subsisten, hasil pertanian untuk jenis komoditas tersebut hanya cukup untuk makan anggota keluarga petani
itu sendiri. Hal ini dikarenakan sempitnya luas lahan sawah yang dimiliki oleh perorangan dan banyaknya jumlah anggota dalam keluarga, sehingga hasil dari
pertanian hanya mencukupi konsumsi anggota keluarga petani saja.
4.3 Karakteristik Responden