Definisi Masyarakat Desa Pengertian Konflik

Indonesia. Pemanfaatan terhadap berbagai jenis sumberdaya alam tambang tersebut terus dilakukan untuk dijadikan sebagai sumber energi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.

2.1.5 Definisi Masyarakat Desa

Masyarakat desa didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang hidup dan bertempat tinggal di wilyah pedesaan. Masyarakat desa dicirikan sebagai masyarakat yang memiliki ikatan yang relatif kuat karena adanya rasa memiliki satu sama lain. Pada umumnya masyarakat desa memiliki karakteristik sebagai masyarakat yang homogen dari segi pekerjaan, agama, adat istiadat dan hubungan yang terjalin menganut sistem kekeluargaan sehingga cenderung tanpa pamrih. Menurut Soedjatmoko sebagaimana dikutip Sudarmanto 1996 struktur masyarakat pedesaan, khususnya di jawa dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Golongan pertama adalah mereka yang memiliki tanah cukup besar untuk kehidupan yang cukup bagi keluarganya. 2. Golongan kedua, terdiri dari petani yang memiliki atau menguasai tanah yang luasnya atau kualitasnya marginal, sehingga kehidupan keluarganya sangat tergantung pada kesempatan kerja sampingan, selain karena faktor iklim dan faktor pasar. 3. Golongan ketiga, yang makin lama makin besar jumlahnya baik di Indonesia maupun di Asia, pada umumnya ialah mereka yang sama sekali tidak mempunyai tanah.

2.1.6 Pengertian Konflik

Konflik adalah benturan yang terjadi antara dua pihak atau lebih yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumberdaya Fuad dan Maskanah, 2000. Konflik dapat berwujud konflik tertutup latent, mencuat emerging, dan terbuka manifest. Konflik tertutup latent dicirikan dengan adanya tekanan-tekanan yang tidak tampak, tidak sepenuhnya berkembang, dan belum terangkat ke puncak kutub-kutub konflik. Seringkali salah satu atau kedua pihak belum menyadari adanya konflik, bahkan yang paling potensial sekalipun. Konflik mencuat emerging adalah perselisihan dimana pihak-pihak yang berselisih telah teridentifikasi, diakui adanya perselisihan, kebanyakan permasalahannya jelas, tetapi proses penyelesaian masalahnya sendiri belum berkembang. Konflik terbuka manifest merupakan konflik dimana pihak- pihak yang berselisih terlibat secara aktif dalam perselisihan yang terjadi, mungkin sudah memulai untuk bernegosiasi, mungkin pula telah mencapai jalan buntu. Menurut level permasalahannya, konflik dibedakan menjadi konflik vertikal dan konflik horizontal. Konflik vertikal yaitu apabila pihak yang di lawan oleh pihak lainnya berada pada level yang berbeda. Sedangkan konflik horizontal terjadi antara masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya. Untuk mengetahui penyebab terjadinya konflik, diperlukan adanya pemetaan konflik. Menurut Fuad dan Maskanah 2000 pemetaan konflik dilakukan dengan mengelompokkan konflik ke dalam ruang-ruang konflik menggunakan kriteria-kriteria di bawah ini: 1. Konflik data, terjadi ketika orang mengalami kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang bijaksana atau mendapat informasi yang salah, atau tidak sepakat mengenai apa saja data yang relevan, atau menterjemahkan informasi dengan cara yang berbeda, atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda. 2. Konflik kepentingan, disebabkan oleh persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian. 3. Konflik hubungan antar manusia, terjadi karena adanya emosi-emosi negatif yang kuat, salah persepsi atau stereotipe, salah komunikasi, atau tingkah laku negatif yang berulang repetitif. 4. Konflik nilai, disebabkan oleh sistem kepercayaan yang tidak sesuai, entah itu hanya dirasakan atau memang ada. 5. Konflik struktural, terjadi ketika adanya ketimpangan untuk melakukan akses dan kontrol terhadap sumberdaya, pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang formal untuk menetapkan kebijakan umum, biasanya lebih memiliki peluang untuk meraih akses dan melakukan kontrol sepihak terhadap pihak lain.

2.1.7 Pembangunan Berkelanjutan