Kualitas Air Minum Persepsi Kondisi Udara

Terdapat satu rumahtangga pada lapisan menengah di Kampung Joglo yang menyatakan bahwa kondisi air sebelum dan setelah ada pertambangan, sama saja yaitu kondisi sumber air masih tersedia dimana-mana. Hal ini dikarenakan rumahtangga tersebut masih dapat akses pada air sumur yang telah disediakan oleh perusahaan jika terjadi kekeringan. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran industri pertambangan memberikan dampak yang sangat negatif terhadap kondisi sumber air.

6.4 Kualitas Air Minum

Masyarakat di Kampung Gunung Cabe dan Kampung joglo memiliki persepsi bahwa kondisi air minum tergolong jernih, apabila kondisi air yang di konsumsi tidak berwarna sama sekali . Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 28. Kualitas Air Minum Responden Berdasarkan Lapisan Sosial Gambar 28 di atas menunjukkan bahwa mayoritas kualitas air minum yang di konsumsi oleh masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe masih tergolong jernih. Hanya terdapat dua rumahtangga atau sebesar 33 persen saja pada kategori lapisan atas di Kampung Joglo menyatakan bahwa kualitas air minum yang di konsumsi berwarna agak kecokelatan. Hal ini dikarenakan jarak tempat tinggal masyarakat pada lapisan atas tersebut berdekatan dengan lokasi aktivitas penambangan, sehingga goncangan aktivitas blasting berpengaruh Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit terhadap kualitas air minum yang diperoleh dari sumur. Sementara itu, dua rumahtangga pada lapisan menengah di Kampung Joglo dan masing-masing satu rumahtangga pada semua kategori lapisan sosial yang ada di Kampung Gunung Cabe menyatakan bahwa kualitas air minum yang di konsumsi berwarna agak kecokelatan. Hal tersebut dikarenakan air minum yang digunakan berasal dari air sumur yang memiliki kondisi agak berwarna. Ya sebersih bersihnya air sumur gimana ya. Di bilang bersih ya bersih tapi airnya tetep saja suka agak kotor gitu Bapak Skd, tokoh masyarakat berusia 33 tahun. Gangguan terhadap kualitas air minum, sama-sama dirasakan oleh masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe terutama oleh masyarakat lapisan atas. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas masyarakat lapisan atas lebih tinggi daripada lapisan sosial menengah dan bawah.

6.5 Persepsi Kondisi Udara

Persepsi kondisi udara sebelum ada pertambangan pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu buruk apabila suhu udara panas, berdebu dan terlihat gersang. Kondisi udara sedang jika suhu udara panas namun tidak berdebu, dan kondisi udara baik jika suhu udara terasa sejuk dan tidak berdebu. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 29. Persepsi Responden terhadap Kondisi Udara Sebelum Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit Kondisi udara pada saat sebelum dan setelah ada pertambangan, dirasakan sangat berbeda oleh masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe. mayoritas masyarakat pada setiap kategori lapisan sosial di Kampung Gunung Cabe menyatakan bahwa kondisi udara sebelum ada pertambangan masih tergolong sejuk dan tidak berdebu. Hal ini dikarenakan sebelum ada pertambangan, kondisi kampung tersebut dikelilingi oleh wilayah pegunungan dan pepohonan. Hanya terdapat 39 persen atau sebanyak tujuh rumahtangga pada lapisan menengah saja yang menyatakan suhu udara panas namun tidak berdebu. Sementara itu, masyarakat pada kategori lapisan sosial yang ada di Kampung Joglo menyatakan bahwa kondisi udara sebelum ada pertambangan terasa panas dan tidak berdebu. Hal ini dikarenakan perusahaan pertambangan yang terdapat di Kampung Joglo masih tergolong baru. Periode lamanya waktu kehadiran perusahaan pertambangan tersebut akan mempengaruhi kondisi lingkungan di setiap kawasan yang ada di Desa Cipinang. Kampung Joglo sebagai kampung yang memiliki jumlah pabrik industri pertambangan paling banyak namun tergolong baru, dampak perubahan kondisi lingkungan sudah terasa akibat aktivitas pertambangan yang dilakukan di kampung lainnya yang masih terdapat di Desa Cipinang. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 30. Persepsi Responden terhadap Kondisi Udara Setelah Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit Sebanyak 100 persen masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe menyatakan bahwa kondisi udara setelah ada pertambangan terasa panas, berdebu dan terlihat gersang. Hal ini dikarenakan aktivitas pertambangan merupakan aktivitas pengerukan bawah tanah yang mengganggu ekosistem dan zat-zat yang terkandung didalamnya. Area pegunungan yang sebelumnya menjadi penyejuk udara karena menyimpan banyak pepohonan, kini jumlahnya semakin berkurang. Aktivitas peledakan dan penggilingan bahan tambang serta kendaraan truk yang melaju setiap hari menghasilkan limbah berupa debu dan asap, sehingga meningkatkan kadar polusi udara. 6.6 Persepsi Rumahtangga terhadap Tingkat Kebisingan 6.6.1 Tingkat Kebisingan Blasting