Persepsi Kesempatan Kerja Sektor Non Pertanian

kerja pertanian terbatas. Hal tersebut dikarenakan rumahtangga lapisan atas di Kampung Joglo merupakan rumahtangga yang paling akses terhadap pertanian. Sementara itu rumahtangga lapisan bawah di Kampung Gunung Cabe merupakan rumahtangga yang paling akses terhadap pertanian. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran industri pertambangan memberikan dampak berupa transformasi lahan pertanian menjadi lahan pertambangan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor penyebab menurunnya kesempatan kerja sektor pertanian.

5.6.2 Persepsi Kesempatan Kerja Sektor Non Pertanian

Kesempatan kerja sektor non pertanian mengalami peningkatan seiring dengan adanya aktivitas pertambangan. Mayoritas masyarakat di Kampung Joglo, dengan persentase sebesar 50 persen atau sebanyak tiga rumahtangga pada lapisan atas dan 58 persen atau sebanyak tujuh rumahtangga lapisan bawah menyatakan bahwa, tidak ada kesempatan kerja non pertanian pada saat sebelum ada pertambangan. Sementara itu sebesar 58 persen atau sebanyak tujuh rumahtangga menyatakan kesempatan kerja terbatas. Hal ini dikarenakan kesempatan kerja di bidang non pertanian masih sangat terbatas. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 18. Persepsi Responden terhadap Kesempatan Kerja Sektor Non Pertanian Sebelum Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Mayoritas masyarakat Kampung Gunung Cabe pada setiap kategori lapisan sosial yaitu sebesar 100 persen atau sebanyak empat rumahtangga pada lapisan atas, sebesar 78 persen atau sebanyak 14 rumahtangga pada lapisan menengah, dan sebesar 87 persen atau sebanyak tujuh rumahtangga pada lapisan bawah menyatakan bahwa pada saat kondisi sebelum ada pertambangan, kesempatan kerja non pertanian terbatas. Hal ini dikarenakan sebelum adanya pertambangan, mayoritas aktivitas kehidupan masyarakat bertumpu pada sektor pertanian. Kesempatan kerja non pertanian sangat sulit di jangkau. Usaha non pertanian seperti membuka warung, membutuhkan biaya atau modal yang tidak sedikit. Selain itu, faktor pendidikan yang rendah menjadikan masyarakat tidak memiliki keterampilan lain selain di bidang pertanian. Akibatnya masyarakat tidak mampu bersaing dengan pihak lainnya untuk bekerja di sektor non pertanian. Namun kondisi tersebut berubah setelah adanya kehadiran industri pertambangan. Kehadiran industri pertambangan mampu memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 19. Persepsi Responden terhadap Kesempatan Kerja Sektor Non Pertanian Setelah Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit Mayoritas masyarakat pada setiap kategori lapisan sosial di Kampung Joglo yaitu sebesar 50 persen atau sebanyak tiga rumahtangga pada lapisan sosial atas, sebesar 42 persen atau sebanyak lima rumahtangga, dan sebesar 50 persen atau sebanyak enam rumahtangga pada kategori lapisan bawah menyatakan bahwa kesempatan kerja non pertanian setelah adanya industri pertambangan tergolong terbuka luas. Hal yang sama dirasakan oleh masyarakat di Kampung Gunung Cabe. Sebesar 50 persen atau sebanyak dua rumahtangga pada lapisan atas dan sebesar 50 persen atau sebanyak empat rumahtangga pada lapisan bawah menyatakan kesempatan kerja terbuka luas. Sementara itu sebanyak delapan rumahtangga atau sebesar 44 persen menyatakan kesempatan kerja pada kondisi sebelum dan setelah ada pertambangan tergolong sama saja. Hal ini dikarenakan masyarakat pada lapisan tersebut menyatakan sangat sulit untuk menjadi pekerja di pertambangan. Sebagian masyarakat dapat bekerja di perusahaan pertambangan. Namun karena rendahnya pendidikan yang ditempuh, mayoritas warga bekerja sebagai buruh kasar seperti supir truk pengangkut barang tambang dan buruh pengangkut bahan tambang. Adanya standar perusahaan yang menetapkan bahwa setiap orang yang ingin menjadi karyawan tetap, minimal pendidikan yang ditempuh adalah lulusan SMA atau STM. Hal tersebut masih sangat sulit terjangkau, mengingat pendidikan masyarakat lokal yang masih tergolong rendah. Namun hadirnya perusahaan memberikan keuntungan bagi penduduk pendatang. Hal tersebut terlihat dengan banyaknya jumlah penduduk pendatang yang bekerja di perusahaan pertambangan dan berstatus sebagai karyawan tetap. Selain memberikan kesempatan kerja, dampak positif kehadiran perusahaan pertambangan juga dirasakan oleh para pedagang di sekitar pertambangan. Peningkatan ekonomi dirasakan oleh para pedagang setelah hadirnya perusahaan pertambangan. Banyak para pekerja yang ketika beristirahat makan di warung milik pedagang, karena tidak sempat untuk pulang ke rumah. 5.7 Tingkat Kedalaman Konflik 5.7.1 Tingkat Kedalaman Konflik Akibat Perubahan Udara