Kebijakan Perizinan Usaha Pertambangan

Tabel 1 menjelaskan jumlah produksi tambang dari tahun ke tahun, berdasarkan potensi sumberdaya mineral yang ada di Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk berimplikasi terhadap peningkatan jumlah permintaan sumberdaya mineral. Hal ini mendorong semakin dilakukannya eksploitasi sumberdaya alam tambang yang ada.

2.1.3 Kebijakan Perizinan Usaha Pertambangan

Izin usaha dan atau kegiatan adalah izin yang diterbitkan oleh instansi teknis untuk melakukan izin usaha dan atau kegiatan UU No. 32 Tahun 2009. Perizinan usaha pertambangan ini meliputi pelimpahan Kuasa Pertambangan dan Kontrak Karya KK. Dengan adanya otonomi daerah, perizinan pengelolaan sumberdaya alam tambang saat ini berada di bawah wewenang pemerintah daerah. Salim 2007 menyatakan bahwa apabila usaha pertambangan dilaksanakan oleh kontraktor, kedudukan pemerintah adalah memberikan izin kepada kontraktor yang bersangkutan. Izin yang diberikan oleh pemerintah berupa kuasa pertambangan, kontrak karya, perjanjian karya pengusahaan pertambangan, dan kontrak production sharing. Menurut Salim 2007 perusahaan tambang yang diberikan izin untuk mengusahakan bahan tambang terdiri dari: 1. Instansi pemerintah yang di tunjuk oleh menteri; 2. Perusahaan negara; 3. Perusahaan daerah; 4. Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah; 5. Koperasi; 6. Badan atau perseorangan swasta; 7. Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan atau daerah dengan koperasi dan atau badan perorangan swasta, 8. Pertambangan rakyat, Kuasa pertambangan merupakan kuasa yang diberikan oleh pemerintah sebagai pihak yang berwenang kepada pihak-pihak yang akan melakukan usaha penambangan. Pemerintah yang berwenang dalam penerbitan kuasa pertambangan ini adalah BupatiWalikota, Gubernur, dan Menteri. Kuasa pertambangan ini juga meliputi kuasa pertambangan dalam penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahanpemurnian dan pengangkutan atau penjualan. Sedangkan kontrak karya adalah perjanjian yang berisi kesepakatan bersama antara pemerintah dengan pihak usaha penambangan, dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Ketentuan mengenai Kuasa Pertambangan dan Kontrak Karya ini di atur dalam Undang-Undang Pokok Pertambangan Nomor 11 Tahun 1967. Menurut Salim 2007 setiap perusahaan pertambangan yang ingin memperoleh kontrak karya, harus mengajukan permohonan kontrak karya dalam rangka penanaman modal asing PMAPMDN kepada pejabat yang berwenang. Pejabat berwenang menandatangi kontrak karya adalah BupatiWalikota, Gubernur dan Menteri Energi Sumber Daya Mineral. Penandatanganan kontrak karya oleh pejabat ini disesuaikan dengan kewenangannya. Apabila wilayah kontrak karya yang di mohon berada dalam wilayah kebupaten, pejabat yang menandatangi kontrak karya itu adalah Bupatiwalikota, tetapi apabila wilayah pertambangan yang di mohon berada dalam dua kebupatenkota, sedangkan kedua kabupatenkota itu tidak menandatangani kerja sama, pejabat yang berwenang untuk menandatangani kontrak karya itu adalah Gubernur. Sementara itu, apabila wilayah pertambangan yang di mohon berada pada dua daerah provinsi, pejabat yang berwenang menandatangani adalah Menteri Energi Sumber Daya Mineral dengan pemohon. Jangka waktu berlakunya kontrak karya tergantung kepada jenis kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan pertambangan. jangka waktu berlakunya kegiatan eksploitasi adalah tiga puluh tahun. Jangka waktu itu juga dapat diperpanjang Salim, 2007.

2.1.4 Penggolongan Sumberdaya Alam Tambang