Ikhtisar GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

dari dua kali dalam jangka waktu satu hari. Di Kampung Joglo sebesar seratus persen atau sebanyak 30 rumahtangga menyatakan blasting dilakukan sebanyak tiga kali sehari. Hal tersebut merupakan akumulasi dari aktivitas blasting yang dilakukan oleh PT L dan PT M, sehingga aktivitas blasting di Kampung Joglo tergolong tinggi. Sementara itu di Kampung Gunung Cabe sebesar seratus persen atau sebanyak 30 rumahtangga di menyatakan bahwa aktivitas blasting dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, sehingga aktivitas blasting di Kampung Gunung Cabe tergolong sedang. Data tersebut menunjukkan bahwa frekuensi blasting yang dilakukan di Kampung Joglo lebih tinggi dibandingkan di Kampung Gunung Cabe. Hal ini dikarenakan jumlah pabrik industri pertambangan di Kampung Joglo lebih banyak dibandingkan frekuensi blasting di Kampung Gunung Cabe sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah pabrik industri pertambangan, maka semakin tinggi tingkat frekuensi blasting.

4.5 Ikhtisar

Karakteristik responden dengan jumlah total 60 rumahtangga berdasarkan pada tingkat pendidikan yang di tempuh, sektor pekerjaan, asal kependudukan, jumlah pabrik industri pertambangan dan frekuensi blasting terangkum sebagaimana Tabel 6 di bawah ini. Tabel 6. Karakteristik Responden di Desa Cipinang, 2011. Aspek Penelitian Kampung Joglo Kampung Gunung Cabe Tingkat Pendidikan Sangat rendah Sangat rendah Sektor Pekerjaan Non pertanian Non pertanian Asal Kependudukan Asli Asli Jumlah Pabrik Industri Pertambangan Banyak Sedikit Frekuensi Blasting Tinggi Sedang Sumber: hasil pengolahan data primer, 2011 Berdasarkan data pada Tabel 6 di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan di Kampung Joglo dan Kampung tergolong sangat rendah. Hal ini dikarenakan minimnya sarana pendidikan yang ada di Desa Cipinang. Berdasarkan sektor pekerjaan, mayoritas masyarakat bergerak di sektor non pertanian yaitu dengan bekerja di sektor pertambangan sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa saat ini perekonomian Desa Cipinang telah di dominasi oleh sektor non pertanian. Mayoritas penduduk Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe merupakan warga negara asli yang berasal dari daerah itu sendiri. Jumlah pabrik industri pertambangan di Kampung Joglo tergolong banyak karena memiliki jumlah total sebanyak empat perusahaan pertambangan. Sementara itu, jumlah pabrik industri pertambangan di Kampung Gunung Cabe tergolong sedikit karena hanya memiliki jumlah total sebanyak satu perusahaan pertambangan. Banyaknya jumlah pabrik industri pertambangan akan mempengaruhi tingkat frekuensi blasting yang dilakukan. Di Kampung Joglo, tingkat frekuensi blasting tergolong tinggi. Sementara itu frekuensi blasting di Kampung Gunung Cabe tergolong sedang. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah pabrik industri pertambangan, maka semakin tinggi tingkat frekuensi blasting.

BAB V DAMPAK SOSIO-EKONOMI AKTIVITAS PERTAMBANGAN

Pelaksanaan pembangunan di Indonesia dengan melakukan transformasi sektor tradisional menjadi sektor industri, memberikan berbagai dampak terhadap struktur sosial masyarakat Desa Cipinang. Mayoritas penduduk Desa Cipinang yang pada awalnya bergerak di sektor pertanian kini mulai beralih meninggalkan sektor tradisional tersebut dengan menjadi pekerja di sektor industri pertambangan. Dampak kehadiran industri pertambangan bagi masyarakat Desa Cipinang tidak hanya terlihat pada perubahan struktur mata pencaharian saja, melainkan juga pada aspek sosial dan ekonomi yang meliputi tingkat pendapatan masyarakat, pelapisan sosial, kesempatan kerja sektor pertanian dan non pertanian, serta tingkat konflik yang terjadi di masyarakat sebagai akibat adanya perubahan kondisi lingkungan. Berbagai dampak positif dan negatif aktivitas pertambangan dirasakan berbeda bagi setiap lapisan sosial yang terdapat di Desa Cipinang. Pada penelitian ini, sistem pelapisan sosial yang ada berdasarkan pada struktur pendapatan yang diperoleh masyarakat. Hal ini dikarenakan sistem pelapisan sosial di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe masih tergolong rendah dan masih bersifat egaliter. Pada penelitian ini juga akan dilakukan studi perbandingan pada dua kampung yang berbeda yaitu Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe. Studi perbandingan ini berdasarkan pada banyaknya jumlah pabrik industri pertambangan, untuk melihat pengaruhnya pada sektor pertanian. Selain itu, studi perbandingan juga dilakukan pada persepsi masyarakat mengenai kondisi sosial ekonomi dan lingkungan pada saat sebelum dan sesudah adanya aktivitas pertambangan.

5.1 Struktur Pendapatan

Struktur pendapatan masyarakat pada penelitian digolongkan menjadi tiga kategori yaitu kategori rendah apabila pendapatan yang diperoleh lebih kecil dari Rp 8.787.117, tingkat pendapatan sedang apabila pendapatan yang diperoleh antara Rp 8.787.117 hingga lebih kecil dari Rp 16.964.607, sedangkan tingkat pendapatan tergolong tinggi apabila pendapatan yang diperoleh lebih besar atau