Kondisi Sumber Air DAMPAK SOSIO-EKOLOGI AKTIVITAS PERTAMBANGAN

oleh pemerintah dan perusahaan pertambangan. Upaya tersebut berupa pengadaan air bersih yang berasal dari selang maupun membuat air sumur yang dapat dipergunakan oleh setiap masyarakat di Desa Cipinang. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 25. Sumber Air yang digunakan Masyarakat Berdasarkan Lapisan Sosial Berdasarkan data pada Gambar 25 di atas terlihat bahwa sebesar 100 persen rumahtangga pada setiap lapisan sosial di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe menggunakan air sumur sebagai sumber air. Sementara itu terdapat satu rumahtangga atau sebesar delapan persen pada lapisan bawah di Kampung Joglo yang menggunakan sungai sebagai sumber air. Hal ini dikarenakan air sumur yang dimiliki oleh rumahtangga tersebut mengalami gangguan berupa kekeringan dan diperparah dengan kondisi air yang sangat kotor, sehingga lebih memilih untuk beralih menggunakan air sungai sebagai sumber air.

6.3 Kondisi Sumber Air

Sebelum masyarakat akses pada air sumur dengan menjadikannya sebagai sumber air, mayoritas masyarakat di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe menjadikan mata air pegunungan sebagai sumber air utama. Hal ini dikarenakan Kondisi mata air pegunungan memiliki kualitas yang sangat jernih. Kondisi mata Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikiti air pegunungan sangat melimpah karena dikelilingi oleh banyak pohon sehingga menyimpan banyak cadangan air. Dulu disini itu ada banyak mata air di dekat gunung. Air melimpah bersih lagi semua warga ngambilnya dari situ. Tapi setelah ada pertambangan tanahnya dikeruk dan sekarang sudah di urug timbun jadinya agak susah air sekarang itu. Apalagi kalau musim kemarau dua minggu saja sudah kering disini gak ada air Bapak Skd, tokoh masyarakat berusia 33 tahun. Kondisi sumber air berubah setelah adanya aktivitas pertambangan. Mayoritas masyarakat pada setiap kategori lapisan sosial di Desa Cipinang menyatakan bahwa kondisi air pada saat sebelum ada pertambangan adalah tersedia dimana-mana. Hal ini sebagaimana terlihat pada Gambar 26 di bawah ini. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 26. Persepsi Kondisi Sumber Air Sebelum Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Sebesar 100 persen pada setiap kategori lapisan sosial di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe menyatakan bahwa kondisi sumber air sebelum ada pertambangan, sangat melimpah dan tersedia dimana-mana. Sementara itu terdapat satu rumahtangga dengan persentase sebesar 17 persen pada lapisan atas di Kampung Joglo yang menyatakan kondisi sumber air sebelum ada pertambangan masih air tersedia namun terbatas. Hal ini dikarenakan rumahtangga tersebut merupakan penduduk pendatang asal Garut yang baru Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe Jumlah pertambangan sedikit tinggal sekitar sepuluh tahun yang lalu sehingga tidak mengetahui dengan jelas kondisi sumber air sebelum ada pertambangan di Kampung Joglo. Persepsi masyarakat mengenai kondisi sumber air sebelum dan setelah ada pertambangan dirasakan sangat berbeda oleh masyarakat Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe. Dulu, disini yang namanya air itu sangat melimpah dan jernih. Para warga bisa memperoleh air dengan mudah karena sumber airnya itu kan dari gunung. Tapi sekarang, air sudah sangat terbatas soalnya kan gunung di keruk, pohonnya jadi nggak ada. Apalagi saat musim kemarau, baru satu bulan saja disini suka kekeringan. Tapi kalau sudah kayak gitu, biasanya pemerintah suka ngasih air lewat tangki terus di isi ke bak-bak warga Bapak Sf, tokoh masyarakat berusia 45 tahun. Perubahan terjadi pada kondisi awal sumber air yang sangat melimpah dan tersedia dimana-mana, namun saat ini kondisi sumber air berubah menjadi tersedia namun jumlahnya sangat terbatas. Hal tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 27 di bawah ini. Keterangan: n Kampung Joglo = 30 rumahtangga n Kampung Gunung Cabe = 30 rumahtangga Gambar 27. Persepsi Kondisi Sumber Air Setelah Ada Pertambangan Berdasarkan Lapisan Sosial Sebesar 100 persen pada setiap kategori lapisan sosial di Kampung Joglo dan Kampung Gunung Cabe menyatakan bahwa, kondisi sumber air setelah ada pertambangan masih tersedia namun terbatas. Hal ini dikarenakan pada musim kemarau semua sumber air yang digunakan warga mengalami kekeringan. Persentase responden Kampung Joglo Jumlah pertambangan banyak Kampung Gunung Cabe jumlah pertambangan sedikit Terdapat satu rumahtangga pada lapisan menengah di Kampung Joglo yang menyatakan bahwa kondisi air sebelum dan setelah ada pertambangan, sama saja yaitu kondisi sumber air masih tersedia dimana-mana. Hal ini dikarenakan rumahtangga tersebut masih dapat akses pada air sumur yang telah disediakan oleh perusahaan jika terjadi kekeringan. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kehadiran industri pertambangan memberikan dampak yang sangat negatif terhadap kondisi sumber air.

6.4 Kualitas Air Minum