23 tidak bisa disubstitusi oleh komoditas lainnya. Keberadaan komoditas beras juga
memiliki nilai strategis jika dilihat dari kenyataan bahwa mayoritas Indonesia memperoleh pendapatan dari komoditas ini. Berdasarkan keadaan tersebut,
ketersediaan beras sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Kabupaten Karawang sebagai kabupaten dengan produsen beras tertinggi ketiga di Indonesia, memiliki pengaruh besar bagi ketersediaan beras nasional
Tabel 1. Tingginya produksi beras dari Kabupaten Karawang menjadikan kabupaten ini sebagi lumbung padi nasional yang perlu dijaga kondisi
pertaniannya. Kabupaten Karawang sebagaimana kabupaten lainnya, memiliki tata
aturan mengenai pemanfaatan lahan. Pada Kabupaten Karawang sendiri, peraturan yang mengatur pemanfaatan lahan adalah Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW
Kabupaten Karawang yang diperbaharui setiap lima tahun sekali. Penetapan RTRW Kabupaten Karawang tahun 2004 meningkatkan luas konversi lahan
sawah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya di Kabupaten Karawang. Konversi lahan sawah mempengaruhi harga sejumlah input pertanian. Perubahan ini
mempengaruhi keunggulan kompetitif usahatani beras di Kabupaten Karawang. Untuk itu, perlu dianalisis sejauh mana dampak konversi lahan sawah tersebut
terhadap keunggulan kompetitif usahatani beras di Kabupaten Karawang agar pemerintah dapat merumuskan kebijakan yang dapat menurunkan luas konversi
lahan sawah dan meningkatkan keunggulan kompetitif usahatani beras di Kabupaten Karawang. Kerangka operasional penelitian ini dapat dijelaskan lebih
lanjut pada Gambar 3.
24
Gambar 3. Kerangka Operasional
Pentingnya ketersediaan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk Indonesia
Kabupaten Karawang sebagai lumbung padi nasional
Penetapan RTRW Kabupaten Karawang
analisis keunggulan kompetitif usahatani di Kabupaten Karawang
PAM
Konversi lahan sawah
Perbandingan keunggulan kompetitif beras di Kabupaten Karawang sebelum
dan sesudah konversi lahan sawah
Rumusan upaya pengendalian konversi lahan pertanian di Kabupaten
Karawang
25
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu
Lokasi pengumpulan data untuk keperluan penelitian ini adalah di Desa Kondangjaya, Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa
Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja atau purposive, yaitu berdasarkan data bahwa Kabupaten Karawang merupakan sentra produksi beras di
Jawa Barat. Kecamatan Karawang Timur dipilih karena mengalami konversi lahan sawah terluas dibanding kecamatan lainnya di Kabupaten Karawang BPN
Kabupaten Karawang, 2010. Dalam pemilihan desa untuk studi kasus, dipilih Desa Kondangjaya karena memiliki produksi padi yang cukup tinggi dan
mengalami konversi lahan sawah yang terluas di banding desa lainnya di Kecamatan Karawang Timur. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2010
hingga Mei 2011 yang meliputi survey ke lokasi penelitian, penyusunan rencana kegiatan, pengumpulan data dan penyusunan skripsi.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan dan wawancara dengan
pihak-pihak yang terkait, yaitu petani. Data sekunder adalah data pendukung yang didapat dari Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Karawang, Departemen
Pertanian, Direktorat Jenderal Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Karawang, Badan Pusat Statistik, dan hasil penelitian terdahulu. Data primer
meliputi: jumlah produksi, biaya produksi, dan total penerimaan usahatani beras, sebelum dan sesudah adanya konversi lahan di Desa Kondangjaya.
26 Data biaya produksi dan harga output dibagi dengan nilai Indeks Harga
Konsumen IHK pada tahun 2005 dengan 2010, dengan tahun dasar tahun 2007. Hal ini dilakukan agar biaya dan penerimaan yang diterima petani baik di tahun
2005 maupun 2010 merupakan biaya dan penerimaan riil yang sudah memasukkan efek inflasi, sehingga mencerminkan kesejahteraan petani. Nilai
IHK privat yang digunakan adalah IHK Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2005 80,11 dan pada tahun 2010 123,3 dengan tahun dasar 2007. Pemilihan
Kabupaten Tasikmalaya karena kabupaten ini termasuk dalam data inflasi Badan Pusat Statistik di 66 kota, dan keadaan pertanian Kabupaten Tasikmalaya yang
tidak jauh berbeda dengan Kabupaten Karawang Tabel 1. Data biaya sosial produksi dan harga bayangan output juga dibagi dengan nilai IHK dengan tahun
dasar yang sama agar mencerminkan kesejahteraan sosial petani, yaitu kesejahteraan petani apabila tanpa distorsi pemerintah. Nilai IHK sosial yang
digunakan adalah nilai IHK Amerika Serikat pada tahun 2005 94,2 dan IHK Amerika Serikat pada tahun 2010 105,2 dengan tahun dasar 2007.
4.3. Penentuan Jumlah Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 30 orang petani padi penggarap di Desa Kondangjaya. Metode pengambilan sampel dilakukan secara purposive,
yaitu diambil masing-masing enam orang petani dari lima kelompok tani yang ada. Untuk menentukan biaya sosial lahan, dilakukan wawancara tambahan
dengan sepuluh orang petani kacang panjang di Desa Pasir Panjang. Penentuan jumlah responden petani kacang panjang berdasarkan keadaan petani yang
homogen di lokasi penelitian, sehingga jumlah sepuluh petani dianggap sudah