Teori dan Sejarah Penerapan Kebijakan Landreform

14 kapasitas dan kemampuan, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber kehidupan Direktorat Landreform, 2010. Tujuan pelaksanaan Landreform meliputi: 1. Segi Sosial Ekonomi Landreform dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik dan memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat. 2. Segi Sosial Politis Dengan landreform sistem tuan tanah dapat dihapuskan dan pemilikan tanah dalam skala besar dapat dibatasi sehingga tanah dapat dibagikan secara adil agar menjadi sumber-sumber penghidupan rakyat petani. 3. Segi Mental Psikologis Landreform dapat meningkatkan semangat kerja bagi para petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah serta dapat memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dengan penggarapnya. Kegiatan pokok Landreform adalah kegiatan inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah IP4T. Selain itu dilakukan juga redistribusi tanah objek Landreform Direktorat Landreform, 2010. Rencana pelaksanaan Landreform terbaru adalah program Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN pada tahun 2007. Rencana pelaksanaan PPAN berupa redistribusi tanah negara ke sejumlah rumah tangga petani termiskin dan pemberian sertifikasi tanah Bachriadi, 2006. Winoto 2005 menjelaskan, ada tiga kriteria tanah yang dibagikan kepada penduduk miskin. Pertama, tanah-tanah yang menurut undang-undang bisa diredistribusikan, 15 termasuk tanah-tanah hasil Landreform sebelumnya, seluas 1,1 juta hektar. Kedua adalah tanah-tanah yang berasal dari hutan produksi konversi seluas 8,5 juta jektar. Ketiga adalah tanah yang diidentifikasi Departemen Kehutanan dan BPN. Kebijakan Landreform telah dilaksanakan oleh beberapa negara lain, yaitu Jepang, Taiwan, Cina, Korea Selatan, dan Mesir. Keberhasilan negara lain dalam melaksanakan kebijakan Landreform dikarenakan kebijakan ini dijadikan dasar bagi pembangunan ekonomi secara nasional yang kemudian dijadikan basis penting bagi pertumbuhan industri nasional yang kuat Bachriardi, 2006. Negara Cina melaksanakan program Landreform dengan menerapkan Household Responsibility System yang memberikan setiap rumah tangga petani hak untuk melakukan usahatani di setiap tanah yang diberikan izin. Penerapan kebijakan ini ini berhasil menurunkan penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan US1,25 per hari dari sekitar 84 persen di tahun 1981 menjadi 16 persen di tahun 2005 Lesmana, 2010.

2.5. Landasan Hukum Kebijakan Landreform

Landasan konstitusional dari kebijakan Landreform adalah Undang- Undang Dasar Tahun 1945 Pasal 33 ayat 3, yang berbunyi: “Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”. Dari landasan konstitusional ini dibentuk suatu landasan hukum berupa Undang-Undang No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria UUPA. Dalam penjelasan umumnya, dinyatakan bahwa tujuan diberlakukannya UUPA adalah: 16 a. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agraria nasional yang merupakan alat untuk membawa kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan bagi negara dan rakyat tani, dalam rangka masyarakat yang adil dan makmur; b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan; c. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. Landasan hukum dari kebijakan Landreform selain UUPA antara lain adalah Undang-Undang No. 2 tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil Tanah Pertanian, Undang-Undang No. 56 tahun 1960 tantang Penetapan Luas Tanah Pertanian, dan Peraturan Pemerintah No. 224 tahun 1961 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian Direktorat Landreform, 2010.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yang berkaitan dengan keunggulan kompetitif maupun konversi lahan sawah. Penelitian terdahulu bertujuan untuk membedakan antara penelitian yang penulis lakukan dengan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

2.6.1. Penelitian Keunggulan Kompetitif

Penelitian mengenai keunggulan kompetitif telah banyak dilakukan, salah satunya adalah penelitian mengenai keunggulan kompetitif dan komparatif jambu biji di Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor oleh Astriana 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa usahatani jambu biji ini menguntungkan secara ekonomi dan finansial. Kebijakan pemerintah yang dikenai pada komoditas jambu biji pada penelitian ini adalah proteksi output dan subsidi input. Secara