Konversi Lahan Pertanian TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Beras

13 Menurut Irawan 2005, konversi lahan sawah yang terjadi bersifat kumulatif dan progresif. Konversi lahan sawah bersifat kumulatif berarti bahwa jika terjadi konversi lahan sawah yang menyebabkan hilangnya potensi produksi padi sebesar x 1 dan x 2 pada dua tahun berturut-turut, maka total potensi produksi yang hilang adalah sebesar x 1 ditambah x 2 . Sedangkan konversi lahan sawah yang bersifat progresif mengandung arti bahwa konversi lahan sawah akan semakin besar tiap tahunnya. Di tingkat wilayah, menurut Pakpahan dan Anwar 1989, konversi lahan pertanian secara tidak langsung dipengaruhi oleh perubahan struktur ekonomi, pertumbuhan penduduk, arus urbanisasi, dan konsistensi implementasi rencana tata ruang. Sedangkan secara tidak langsung, konversi lahan pertanian dipengaruhi oleh pertumbuhan pembangunan sarana transportasi, pertumbuhan lahan untuk industri, pertumbuhan saranan pemukiman, dan sebaran lahan pertanian.

2.4. Teori dan Sejarah Penerapan Kebijakan Landreform

Landreform merupakan langkah kebijakan pemerintah dalam menjalankan Reformasi Agraria yang tertuang pertama kali pada Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria UUPA. Reformasi Agraria dapat tercapai apabila Landreform dan Access Reform dapat dijalankan beriringan. Landreform adalah penataan kembali penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah berdasarkan hukum dan peraturan perundangan pertanahan. Access Reform merupakan proses penyediaan akses bagi penerima manfaat terhadap sumber-sumber ekonomi dan politik, seperti partisipasi ekonomi-politik, modal, pasar, teknologi, pendampingan, peningkatan 14 kapasitas dan kemampuan, yang memungkinkan mereka untuk mengembangkan tanahnya sebagai sumber kehidupan Direktorat Landreform, 2010. Tujuan pelaksanaan Landreform meliputi: 1. Segi Sosial Ekonomi Landreform dapat memperbaiki keadaan sosial ekonomi rakyat dengan memperkuat hak milik dan memperbaiki produksi nasional khususnya sektor pertanian guna mempertinggi penghasilan dan taraf hidup rakyat. 2. Segi Sosial Politis Dengan landreform sistem tuan tanah dapat dihapuskan dan pemilikan tanah dalam skala besar dapat dibatasi sehingga tanah dapat dibagikan secara adil agar menjadi sumber-sumber penghidupan rakyat petani. 3. Segi Mental Psikologis Landreform dapat meningkatkan semangat kerja bagi para petani penggarap dengan jalan memberikan kepastian hak mengenai pemilikan tanah serta dapat memperbaiki hubungan kerja antara pemilik tanah dengan penggarapnya. Kegiatan pokok Landreform adalah kegiatan inventarisasi penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah IP4T. Selain itu dilakukan juga redistribusi tanah objek Landreform Direktorat Landreform, 2010. Rencana pelaksanaan Landreform terbaru adalah program Program Pembaruan Agraria Nasional PPAN pada tahun 2007. Rencana pelaksanaan PPAN berupa redistribusi tanah negara ke sejumlah rumah tangga petani termiskin dan pemberian sertifikasi tanah Bachriadi, 2006. Winoto 2005 menjelaskan, ada tiga kriteria tanah yang dibagikan kepada penduduk miskin. Pertama, tanah-tanah yang menurut undang-undang bisa diredistribusikan,