Penelitian Konversi Lahan Sawah

19 Penelitian mengenai dampak konversi lahan sawah terhadap keunggulan kompetitif usahatani beras di Kabupaten Karawang menilai dampak dari adanya konversi lahan sawah berdasarkan perubahan keunggulan kompetitif usahatani beras di lokasi penelitian. Berbeda dengan penelitian terdahulu, tidak hanya perubahan produksi padi yang dihitung, tetapi juga perubahan keuntungan petani di lokasi penelitian. 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis

Kerangka teoritis berisi teori-teori yang berkaitan dengan penelitian dampak konversi lahan sawah terhadap keunggulan kompetitif usahatani beras. Kerangka teoritis terdiri dari konsep keunggulan kompetitif, dampak kebijakan pemerintah terhadap lahan pertanian, dan matriks analisis kebijakan.

3.1.1. Keunggulan Kompetitif

Keunggulan kompetitif adalah kelayakan finansial dari suatu aktivitas. Kelayakan finansial melihat manfaat proyek atau aktivitas ekonomi dari sudut lembaga atau individu yang terlibat dalam aktivitas tersebut, sedangkan analisa ekonomi menilai suatu aktivitas atas manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyumbangkan dan siapa yang menerima manfaat tersebut Kadariah et al., 1978. Sudaryanto dan Simatupang 1993 mengemukakan bahwa konsep yang lebih cocok untuk mengukur kelayakan finansial adalah keunggulan kompetitif atau sering disebut revealed competitive advantage , yang merupakan pengukur daya saing suatu kegiatan pada kondisi perekonomian aktual. Selanjutnya dikatakan suatu negara atau daerah yang memiliki keunggulan komparatif maupun kompetitif menunjukkan keunggulan baik dalam potensi alam, penguasaan teknologi, maupun kemampuan managerial dalam kegiatan yang bersangkutan. Menurut Porter 1990 suatu negara yang memiliki keunggulan kompetitf adalah negara yang memproduksi suatu produk sebaik mungkin berkualitas tinggi dan inovatif dan mendapat keuntungan persaingan global dibanding negara yang permintaan domestiknya kecil. 21

3.1.2. Kebijakan Pemerintah Terhadap Lahan Pertanian

Sumberdaya lahan pertanian mempunyai manfaat yang luas secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Sebagai media utama dalam pertanian, ketersediaan lahan merupakan hal yang penting dan mutlak dalam keberlanjutan sektor pertanian. Menurut Winoto 2005, ditinjau dari aspek pertanahan, sektor pertanian dihadapkan pada berbagai masalah, antara lain: 1. Terbatasnya sumberdaya yang cocok untuk kegiatan pertanian 2. Sempitnya tanah pertanian per kapita penduduk Indonesia 3. Cepatnya laju konversi tanah pertanian menjadi non-pertanian Dalam menangani permasalahan lahan pertanian, pemerintah mengambil langkah-langkah signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas sektor pertanian melalui berbagai kebijakan pengendalian lahan. Dimulai dengan adanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria UUPA pasal 2 ayat 2, hingga Undang-Undang Republik Indonesia UU RI Nomor 41 Tahun 2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Berdasarkan UU RI Nomor 41 Tahun 2009, lahan pertanian pangan berkelanjutan adalah sebidang lahan pertanian yang ditetapkan untuk dilindungi dan dikembangkan secara konsisten guna menghasilkan pangan pokok bagi kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan nasional. Tujuan dari perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan ini antara lain: 1. Melindungi kawasan dan lahan pertanian pangan secara berkelanjutan 2. Menjamin tersedianya lahan pertanian pangan secara berkelanjutan 3. Mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan