65 terhadap output dapat dilihat dari Transfer Output TO dan Koefisien Proteksi
Output Nominal KPON. Nilai TO usahatani beras di Desa Kondangjaya pada Tabel 11 adalah
sebesar Rp 5.235.738 per hektar pada tahun 2005 dan sebesar Rp -117.315 per hektar pada tahun 2010. Hal ini menunjukkan bahwa penerimaan privat petani
padi di Desa Kondangjaya lebih besar dibanding penerimaan sosialnya di tahun 2005, dan sebaliknya di tahun 2010. Besarnya penerimaan privat dibanding
penerimaan sosial pada tahun 2005 menunjukkan petani menerima transfer dari konsumen, karena konsumen membayar beras pada tingkat harga yang lebih
tinggi dibanding harga apabila tidak ada distorsi ataupun kegagalan pasar. Penurunan nilai TO sebesar Rp 5.353.052 per hektar pada Tabel 11 dipengaruhi
oleh faktor perubahan harga output di tingkat dunia. Harga beras tingkat dunia meningkat sebesar 54 persen dari tahun 2005 ke tahun 2010 sehingga penerimaan
sosial meningkat sebesar 62 persen. Nilai KPON menunjukkan seberapa besar perbedaan harga privat output
dengan harga sosialnya. Bila nilai KPON lebih besar dari satu, berarti harga domestik lebih tinggi daripada harga tingkat dunia, dan sistem usahatani
menerima proteksi pemerintah. Berdasarkan Tabel 11, nilai KPON pada tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 0,68 dari nilai KPON tahun 2005. Hal ini
dipengarui oleh nilai TO tahun 2010 yang lebih kecil juga. Penurunan nilai KPON menunjukkan bahwa rasio harga domestik dengan harga dunia pada tahun 2005
lebih tinggi dibanding pada tahun 2010. Perubahan nilai TO dan KPON tidak dipengaruhi oleh konversi lahan
sawah yang terjadi. Hal ini dikarenakan dalam analisis menggunakan Tabel PAM
66 produksi beras diukur dalam satuan hektar, sehingga konversi lahan sawah tidak
mempengaruhi output usahatani beras dalam satuan hektar di Desa Kondangjaya.
6.2.2.3. Perubahan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Input-Output
Kebijakan pemerintah terhadap input-output suatu kegiatan produksi mempengaruhi besarnya biaya produksi maupun pendapatan yang diterima.
Kebijakan pemerintah terhadap input-output dapat dilihat dari indikator PAM berupa Koefisien Proteksi Efektif KPE, Transfer Bersih TB, Koefisien
Keuntungan KK, dan Rasio Subsidi bagi Produsen RSP. Nilai Koefisien Proteksi Efektif KPE merupakan perbandingan nilai
tambah pada tingkat harga domestik dengan nilai tambah pada tingkat harga dunia. KPE merupakan dampak transfer gabungan yang disebabkan oleh sebuah
kebijakan, baik transfer output tradable maupun transfer input tradable. Berdasarkan Tabel 11, terjadi penurunan nilai KPE sebesar 0,69 dari tahun 2005
ke tahun 2010. Hal ini menunjukkan penurunan rasio nilai tambah usahatani beras di Desa Kondangjaya dengan nilai tambah yang seharusnya diterima apabila tidak
terjadi distorsi. Penurunan nilai KPE dipengaruhi oleh penerimaan sosial pada tahun 2010 meningkat sebesar 62 persen dibanding penerimaan sosial pada tahun
2005. Hal ini dikarenakan peningkatan harga sosial beras sebesar 54 persen. Transfer Bersih TB adalah penjumlahan dari transfer output, transfer
input tradable dan transfer faktor domestik. Transfer bersih menunjukkan selisih antara keuntungan privat dan keuntungan sosial. Berdasarkan Tabel 11, nilai TB
mengalami penurunan sebesar Rp 3.897.097 per hektar. Hal ini disebabkan oleh keuntungan privat menurun dari tahun 2005 ke tahun 2010, sedangkan
keuntungan sosialnya meningkat. Penurunan keuntungan privat dari tahun 2005
67 ke tahun 2010 adalah sebesar Rp 1.074.640 per hektar sedangkan peningkatan
keuntungan sosial adalah sebesar Rp 2.822.457 per hektar. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan harga sosial beras sebesar 54 persen yang berdampak pada
peningkatan penerimaan sosial sebesar 62 persen. Koefisien Keuntungan KK menunjukkan rasio keuntungan privat dengan
keuntungan sosial. Nilai KK yang lebih dari satu menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah berdampak pada peningkatan surplus produksi karena penerimaan
privat petani lebih besar dibanding penerimaan sosialnya. Berdasarkan Tabel 11, nilai KK pada usahatani beras di Desa Kondangjaya mengalami penurunan
sebesar 12,96. Hal ini dipengaruhi oleh peningkatan keuntungan sosial, sedangkan keuntungan privat mengalami penurunan.
Rasio Subsidi bagi Produsen RSP adalah rasio antara transfer bersih dengan pendapatan pada tingkat harga sosial. Berdasarkan Tabel 11, nilai RSP
usahatani beras di Desa Kondangjaya menurun sebesar 0,45 dari tahun 2005 ke tahun 2010. Hal ini dipengaruhi oleh nilai TB turun dari tahun 2005 ke tahun
2010 karena peningkatan keuntungan sosial dan penurunan keuntungan privat yang terjadi.