Latar Belakang Masalah. PENDAHULUAN
3
Artinya : “ Dan sungguh, kamu telahmengetahui orang-orang yang melakukan
pelanggaran diantara kamu pada hari sabat, lalu kami katakan pada mereka, “
Jadilah kamu kera yang hina ”
2
Melalui media dongengcerita tidak hanya memperoleh kesenangan atau hiburan, tetapi masukan dan pengalaman psikologis, sosial dan kultural yang
berharga bagi perkembangannya yang masih berada pada tahap awal umumnya. Tidaklah berlebihan bahwa ceritadongeng bisa mempengaruhi pembentukan
kepribadian anak terutama dalam peningkatan hasil belajar. Dengan begitu, jelaslah bahwa ceritadongeng bukanlah masalah yang re
meh dan “ Sekedar Cerita “ Cerita berpengaruh besar dan menjangkau waktu yang amat panjang, bahkan
seumur hidup siswa kelak.
3
Namun, fakta dilapangan menunjukkan bahwa minat siswa untuk membaca buku-buku sejarah sangatlah memprihatinkan, ditambah lagi dengan penyampaian
materi oleh guru yang kurang menarik pada pembelajaran sejarah tentu saja akan berdampak pada peningkatan hasil belajar yang kurang baik. Hal ini bisa
dibuktikan, Setiap kali masuk kelas guru dihadapkan pada kenyataan yamg kurang menyenangkan misalnya ; siswa tidak tertib dan tidak peduli pada topik
bahasan yang sedang guru jelaskan, pasti banyak siswa yang mengantuk dan kurang memperhatikan pelajaran ini, dan sebagian dari mereka sibuk sendiri
dengan apa yang mereka pikirkan dan banyak juga yang asyik mengobrol dengan teman sebangkunya, asyik mengerjakan tugas yang lain, bahkan tidak sedikit
2
Kementrian Agama Republik Indonesia, Q ur’an Dan Terjemahnya, Q. S. Al-Ankabut ayat : 43,
Bandung : Pt. Madina Raihan Makmur, 2017, Hal 10
3
Sugihastuti, “ Tentang Cerita Anak ”, Cet. 3 Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2013. H. 3
4
siswa yang meninggalkan kelas dengan berbagai macam alasan. Demikian pula fenomena yang terjadi di lingkungan sekolah.
Hal-hal tersebut di atas kemungkinan dikarenakan oleh berbagai macam faktor, misal cara mengajar guru yang kurang menarik bahkan cenderung
monoton sehingga banyaknya argumentasi yang sulit dipahami. Namun tidak selamanya dalam proses belajar mengajar memungkinkan untuk memberikan
siswa pengalaman langsung. Melihat pameran, atau karyawisata hanya dapat dilakukan beberapa kali.
Maka untuk menyiasati agar proses pengalaman tidak berada pada tingkat yang paling abstrak yakni dengan berceritaberdongeng, maksudnya dalam
berdongeng siswa di haruskan untuk ikut turut serta dalam cerita tersebut agar siswa dapat mengetahui makna dan kandungan yang tersimpan di dalam cerita
tersebut. Selain itu, dengan jiwa yang senang selama proses pembelajaran berlangsung, maka belajar beriringan membentuk kreativitas yang tanpa tekanan,
secara operasional memenuhi standar penilaian KKM untuk pelajaran sejarah. Itupun selama pembelajaran menarik dan menyenangkan, maka kondisi belajar
dan pengelolaan belajar sudah dipastikan berjalan baik. Akan tetapi, jika cenderung tidak menarik atau membosankan tidak menutup kemungkinan bahwa
bahwa kondisi belajar dan pengelolaan dalam belajarnya dipastikan belum berjalan dengan baik.
Suatu keberhasilan pelajaran tentunya tidak lepas dari faktor internal dan eksternal. Dimana faktor internal yakni faktor yang berkaitan dengan diri siswa
dalam kemampuan, minat, motivasi, keaktivan belajar, kreativitas dan lain-lain. Dan faktor eksternal yakni faktor dari luar diri siswa diantaranya seperti model
pembelajaran, strategi pembelajaran, sarana kelas, dan lain-lain. Akan tetapi dalam fase awal belajar adalah masa yang dilalui sebelum melalui fase belajar
lanjutan, selepas mereka dari usia balita, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Fase ini mencakup masa pengasuhan, pendidikan di taman kanak-kanak, sekolah dasar,
sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas, sampai memasuki sekolah lanjutan atas. Masa ini adalah masa menjelang usia dewasa.
5
Sistem pengajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama sesama siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif
cooperative learning merupakan pendekatan dalam proses belajar mengajar yang berbasis kelompok. Media pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu
siswa menumbuhkan kemampuan kerja sama, berpikir kreatif dan inovatif. Pembelajaran ini akan menciptakan siswa untuk berpartisipasi aktifikut serta
secara aktif dan bekerja sama sehingga antara siswa akan berfikir bersama, berdiskusi bersama, melakukan pembelajaran bersama dan berbuat ke arah yang
sama. Oleh karena itu, siswa memerlukan latihan, daya khayal, dan sosiasi pikiran, serta kemampuan untuk menggunakan semua hal apa yang telah diketahui
dan di alaminya. Dengan demikian, para orang tua, guru dan para pendidik lain, serta siapa pun
yang menaruh perhatian pada masalah pendidikan siswa sesungguhnya amat perlu untuk menyadari dan selalu memperluas wawasan akan hal ihwal cerita siswa
tersebut. Karena disini proses belajar yang dipakai adalah dengan media dongengcerita yang merupakan seni dan seni adalah sumber dari rasa keindahan
dan bagian dari pendidikan. Salah satunya seni sastra, termasuk cerita juga menjadi bagian dari keduanya. Maka, didalamnya terdapat kenikmatan dan
kesenangan bagi pengarang yang telah menyusun dan mengarangnya, pendongeng yang menyampaikannya, dan penyimak yang menyimaknya.
Seni sastra ini seperti cerita atau dongeng memberi pengaruh, baik pada jiwa orang dewasa maupun anak-anak karena ia dapat mengasah rasa, akal, daya
khayal, dan bersosialisasi pikiran. Dengan bercerita siswa diperkenalkan dengan seni bercerita yang dapat menimbulkan kecintaannya. Kecintaannya ini tidak akan
terwujud tanpa latihan. Oleh karena itu, dengan peragaan para siswa terhadap beberapa cerita dongeng merupakan bentuk lain dari cara pengungkapan yang
akan berkesan dengan ekspresi tubuh dan perasaan. Hal itu menjadi salah satu tujuan pengajaran cerita di sekolah yang dapat membantu siswa dalam
mengungkapkan idenya secara hidup dan ekspresif. Guru yang cerdik dan ulet akan dapat melihat siswa yang siap bercerita dan akan memotivasi mereka.
6
Cerita merupakan salah satu bentuk sastra yang memiliki keindahan dan kenikmatan tersendiri. Karena cerita adalah salah satu bentuk sastra yang bisa di
baca atau hanya didengar oleh orang yang tidak bisa membaca. Dalam cerita ada beberapa hal pokok yang masing-masing tidak bisa dipisahkan. Yaitu karangan,
pengarang, penceritaan, pencerita atau pendongeng, dan penyimakan serta penyimak. Karangan, pengarang, penceritaan, pencerita, atau pendongeng, dan
penyimakan serta penyimak adalah komponen pokok yang harus diperhatikan sehingga sebuah cerita layak disebut bagian dari sastra yang hidup dan abadi.
Selain itu, mengarang cerita mencakup tiga unsur pokok. Pertama, ide yang terkandung dalam cerita, sisi kejiwaan, kesesuaiannya dengan pembaca atau
pendengar, baik dalam cerita panjang maupun cerita pendek. Kedua, susunan ide yang teratur. Ketiga, bahasa dan gaya bahasa yang dibentuk oleh ide.
4
Kemampuan yang dimiliki siswa merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik sehingga dimungkinkan siswa
yang mempunyai latar belakang kemampuan awal yang baik akan dapat mengikuti pelajaran dengan mudah. Berdasarkan semua pernyataan diatas,
diperlukan suatu kajian yang cukup mendalam mengenai penggunaan dongeng dan pengaruhnya terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Dalam penelitian ini
peneliti mencoba mengkaji berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis ingin mengadakan penelitian tentang
“Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Sejarah Dengan Menggunakan
Media Dongeng “