KAJIAN TEORI Upaya Peningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran (IPS) Sejarah Dengan Menggunakan Media Dongeng

e. Penggunaan media pengajaran harus diorganisir secara sitematis bukan sembarang menggunakannya. f. Jika sekiranya suatu pokok bahasan memerlukan lebih dari macam media, maka guru dapat memanfaatkan multi media yang menguntungkan dan memperlancar proses belajar mengajar dan juga dapat merangsang siswa dalam belajar. 5 Secara umum media memiliki kegunaan-kegunaan sebagai berikut : 1 Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis. 2 Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3 Dengan menggunakan media secara tepat dan bervariasi dapat diatasi sikap pasif anak didik. 4 Dengan sifat yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum materi pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak mengalami bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. 6 Media disini sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataaan yang tidak dapat dipungkiri. Karena memang gurulah yang menghendaki untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari bahan pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik.

c. Fungsi Media.

Pada awalnya media hanya berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam rangka mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah dipahami. Dengan demikian, media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan daya simpan anak terhadap materi pembelajaran. 5 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran , h. 19 6 Arif Sadiman, “ Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya, h. 16-17. Edgar Dale mengklasifikasikan pengalaman belajar anak mulai dari hal- hal yang paling konkrit sampai pada hal-hal yang di anggap paling abstrak. Klasifikasi pengalaman tersebut lebih di kenal dengan kerucut pengalaman Cone of Experience. Gambar 1. Kerucut Pengalaman Dale Berdasarkan klasifikasi di atas media dongeng termasuk audio visual dan sangat mengandalkan indera penglihatan dan indera pendengaran dalam penyampaiannya. Namun, dongeng merupakan media seni yang bisa di lihat, di baca, di dengar oleh siapa saja. Sedangkan, klasifikasi media menurut Rudi Bretz ada tiga unsur pokok yaitu suara, visual, dan gerak.

d. Klasifikasi Dan Karakteristik Media.

Dalam media tentunya memiliki beberapa klasifikasi diantaranya, menurut Oemar Hamalik dan 4 klasifikasi media pengajaran, yaitu : a Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya ; filmstrip, transparansi, papan tulis. b Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya bisa di dengar, misalnya ; radio, rekaman pada tape recorder. c Alat-alat yang bisa di dengar dan di lihat, misalnya ; film, dan televisi, bak pasir, peta electris. d Dramatisasi, bermain peranan, sosiodrama, saandiwara boneka, dan sebagainya. Sedangkan gagne membuat 7 macam pengelompokan media, yaitu : 1 Benda untuk di demonstrasikan. 2 Komunikasi lisan. 3 Gambar cetak. 4 gambar diam. 5 Gambar gerak. 6 Film bersuara. 7 Mesin belajar. 7

2. Dongeng.

a. Sejarah Singkat Cerita Dongeng.

Mengkaji dongeng dari sudut pandang sejarah tidak lepas dari tradisi lisan. Tradisi lisan merupakan pesan-pesan verbal yang berupa pernyataan- pernyataan yang pernah dibuat di masa lampau oleh generasi yang hidup sebelum generasi sekarang, sedikitnya satu generasi sebelumnya. Pernyataan- pernyataan tersebut meliputi pesan-pesan yang diucapkan, dinyanyikan atau disampaikan lewat musik alat bunyi-bunyian. Munculnya tradisi lisan tidak dapat diketahui secara pasti, ada yang berpendapat, usianya tak ubahnya usia peradaban manusia karena berkembang seiring dengan dinamika sosio kultural suatu komunitas atau masyarakat. Sebagaimana kita ketahui, bahwa manusia sebagai individu tidak mungkin hidup terisolasi dengan individu-individu lainnya. Mereka hidup berkelompok-kelompok sebagai suatu masyarakat. Jadi individu-individu itu mewujudkan masyarakat yang akan memberi wadah bagi interaksi antar individu dan menjadi landasan bagi perkembangan pribadi dari masing- masing individu dengan memanfaatkan berbagai kemungkinan perkembangan yang di sediakan oleh kehidupan sosialnya. Masyarakat juga melakukan hal yang sama seperti yang di lakukan oleh individu sebagaimana terbagan pada struktur di bawah, maka yang menjadi masalah sekarang ialah dari mana pengalaman masa lampau dari masyarakat itu di hidupkan kembali. Di mana pengalaman masa lampau itu di simpan. Masyarakat sebagai kumpulan individu tidak punya fasilitas yang berupa memori seperti pada individu, yang bisa menyimpan pengalaman mereka dan kemudian menghidupkannya kembali apabila diperlukan. Rupanya fungsi memori pada masyarakat digantikan oleh suatu media yang dikembangkan oleh masyarakat untuk menyimpan pengalamannya. Itu tidak lain daripada berupa cerita-cerita yang hidup di masyarakat tradisi lisan, yang pada 7 Asnawir dan Basyiruddin Usman, Media Pembelajaran h. 2931. mulanya diabadikan dengan cara menceritakannya secara lisan turun temurun. 8 Maka mendongenglah sebab itu menyenangkan, sebelumnya ada yang perlu diperhatikan sebelum mendongeng, yaitu : a. Keinginan yang kuat dan tulus untuk mendongeng. b. Siap melakukan sehingga hasilnya tidak setengah-setengah. c. Mau bersuara lantang dan jelas. d. Mau melakukan dengan benar. e. Dapat menciptakan suasana akrab, hangat, dan gembira 9 . Selain itu, Menurut Kak Agus Ds, menyampaikan ada 13 hal yang harus diperhatikan agar menjadi pendongeng yang baik, yaitu : 1. Pastikan kondisi fisik benar-benar dalam keadaan baik. 2. Berusaha untuk memfokuskan perhatian pada saat bercerita. 3. Menghayati cerita dengan sunguh-sunguh. 4. Membuat singkatan cerita. 5. Menyiapkan dan menyusun gambar-gambar peraga. 6. Membuat puisi dan lagu. jika mampu 7. Memilih adegan menarik. 8. Atur dan perhatikan artikulasi pengucapan kata-kata. 9. Komunikatif. 10. Menjaga kerahasiaan jalan cerita. 11. Terbuka terhadap kritik dan saran. 12. Tidak menyimpang dari etika. 13. Bersedia belajar dari orang lain. 10 Dan ada pula hal-hal yang harus di perhatikan saaat mendongeng, yaitu : 1. Pola dan irama bicara. 2. Jarak dengan audien. 3. Gerak dan sikap tubuh. 4. Kontak mata. 5. Suara saat berbicara. 6. Penampilan. 11 Mendongeng adalah hal yang sangat menyenangkan untuk dilakukan, oleh siapapun, baik orang tua, guru bahkan anak-anak sekalipun. Serta 8 Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” FPIPS IKIP PGRI Madiun. 9 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, Jakarta:PT Luxima Metro Media, cet.1 , 2014 h. 30. 10 Ibid., h. 86 11 Ibid., h. 89 mendongeng merupakan suatu kegiatan yang sangat mudah bisa dikatakan sebagai kegiatan yang sangat sederhana, mudah dan maknanya sangat luas. 12

b. Pengertian Dongeng.

Dongeng atau cerita rakyat adalah bagian dari salah satu unsur kebudayaan yang sangat penting artinya bagi pembentukan dan pembinaan watak serta pengaturan ketertiban sosial. Hal ini dimungkinkan karena berbagai pesan dan amanat yang ingin disampaikan pada masyarakat dilakukan secara tidak langsung serta diselubungi oleh berbagai hal yang mengasyikan, sehingga penerima pesan tanpa merasakan adanya kebosanan. Oleh karena itu, tradisi mendonggeng pada waktu itu tumbuh subur. 13 Cerita rakyat adalah cerita yang hidup di dalam lingkungan kolektif tertentu. dalam kancah keilmuan cerita dalam bahasa inggris disebut “folktale” namun lebih di kenal dengan “folklore” yang merujuk bahwa cerita rakyat merupakan milik suatu masyarakat tertentu yang berbeda dari masyarakat lainnya. Dongeng disini bukan hanya sekedar cerita rakyat yang disimpan dalam bentuk cerita melainkan sebagai isyarat, alat pembantu, pengingat, nyanyian, permainan anak-anak, peribahasa, cerita, teka-teki, dan sebagainya yang dilakukan secara verbal dan nonverbal. Selain itu, folklore mencakup segala keyakinan, mitos, legenda, dan adat istiadat yang dipelihara suatu puak atau suatu bangsa secara turun temurun. 14 Namun, Danandjaja mengatakan bahwa dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral,atau bahkan sindiran. Selain itu, dongeng juga sering disebut cerita pendek kolektif kesusastraan lisan. Dan ada juga yang menyebutkan bahwa dongeng itu adalah mite yang telah rusak broken-down myths. Dalam kenyataannya pun hal ini memang terjadi, suatu cerita 12 Ibid., h. 3 13 Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, 1993 14 Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2014., h. 1. mengalami gradasi misalnya, mite seiring perkembangan zaman dapat beralih menjadi dongeng karena anggapan masyarakat pemilik sudah tidak memandang mite sebagai sesuatu yang suci lagi. Dongeng memiliki begitu banyak jenis, menurut Anti Aarne dan Stith Thompson dalam Danandjaja, yang berjudul The Types of the Folktale, dongeng terbagi ke dalam empat golongan besar, yaitu: 1. Dongeng Binatang animal tales, dongeng dengan tokoh binatang peliharaan dan binatang liar. Serta binatang-binatang ini dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. 2. Dongeng Biasa ordinary tales, tokohnya adalah manusia dan biasanya berkisah suka duka seseorang . Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut, dan lain-lainnya. 3. Lelucon dan Anekdot jokes and anecdotes, adalah dongeng-dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa atau dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang mendengarkannya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat atau orang yang menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati. Contohnya “Dongeng Modin Karok:” Sumenep Madura. 4. Dongeng Berumus formula tales 15 , adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak, untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak mempunyai akhir. Contoh dongeng bersifat penghinaan suku bangsa lain. 16 Dongeng pada umumnya tidak memiliki fakta riil. Fungsi dongeng lebih di tujukan sebagai hiburan. Di dalam dongeng biasanya terdapat unsur nasihat, pertentangan antara yang baik dan yang buruk. Dongeng salah satu bentuk sosialisasi nilai-nilai yang perlu di wariskan kepada generasi yang lebih muda. Ada beberapa tipenya adanya 3, yakni ; 1 Unpromising Heroin cinderella, dan bawang merah bawang putih, 2 Male Cinderella jaka kendil, Mather Incest Prophecy sangkuriang, dan prabu watu gunung. Karena, dongeng merupakan pewarisan tradisi lisan dan yang mewarisinya adalah keluarga dan masyarakat. 17 Sebagaimana menurut kamus bahasa sunda: 15 Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X Jakarta: PT. Perca; 2009 h. 39 16 Muhammad Hanif, dalam Jurnal Ilmiah, “ Dongeng Dalam Perspektif Pendidikan” 17 Ratna Hapsari, Dkk, “Sejarah SMA Kelas X 1” Jakarta : Erlangga, 2008 h. 43. ” Carita, lem, carios; omongan, dongeng, lalakon; nyarita, lem, nyarios; ngomong ”. “ Dongeng, carita baheula, biasana loba pamohalanana”. 18 Maksudnya, dalam bahasa sunda dongeng biasanya itu adalah sebuah cerita, cerita dahulu, kisah, pembicaraan, dan biasanya terdapat amanat yang terkadung di dalamnya. Karena dengan dongeng manusia tidak mengetahui bagaimana bisa mereka dapat menjalani hidupnya. Sebab, di dalam dongeng terdapat unsur-unsur yang dapat mendidik tanpa kita ketahui yang sekarang sudah mulai punah malah sudah tidak di hiraukan lagi oleh banyak manusia. Dengan dongeng ini di harapkan bisa membangun suasana pembelajaran yang baru yang tidak dominan dengan ceramah saja, dan tidak membuat jenuh suasana belajar jenuh atau cenderung membosankan. Agus Trianto dalam buku bahasa indonesia dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian aneh zaman dahulu. Dongeng disini termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan secara turun-temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat. Kejadia-kejadian dalam dongeng menjadi impian semua orang. 19 Rika Lestari dalam buku Bahasa Indonesia SMP dongeng adalah bagian dari sastra lama yang ceritanya berkaitan dengan cerita-cerita zaman dahulu. Dongeng berisi petuah atau nasihat dengan tujuan untuk membina budi pekerti yang luhur bagi generasi muda. Ada beberapa jenis dongeng, yakni : a. Sage, adalah cerita yang berkaitan dengan nilai-nilai kejujuran dan kepahlawanan. Contohnya, Babad Dipenogoro. b. Mitos, adalah cerita tentang dewa atau pahlawan zaman dahulu yang mengandung roh atau mistis. Contohnya, Bandung Bondowoso, Nyai Roro Kidul. c. Legenda, adalah cerita yang berkaitan dengan terjadinya suatu tempat atau peristiwa. Contohnya, Sangkuriang Gunung Tangkuban Perahu, Nyai Endit Situ Bagendit. 18 Surayi, Dkk, “Kamus Basa Sunda Pikeun Murid Sakola Dasar” cet.2 Bandung : CV Yrama Widya, 2003 h. 24 28. 19 Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan MTs Kelas VII ”, Jakarta : Erlangga, 2007. H.14 d. Fabel, adalah cerita yang diperankan oleh binatang. Contohnya, Sikancil, Kura-kura, dan Siput. 20 Korrie layun rampan dalam buku teknik menulis cerita rakyat membagi jenis-jenis cerita rakyat, yaitu : a. Mite,adalah cerita rakyat yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat pendukungnya. b. Legenda, adalah folklore yang dianggap benar-benar pernah terjadi. c. Dongeng, yang besifat fiktif mengangkat cerita dari khazanah masa silam tentang tokoh-tokoh manusia biasa atau benda dan makhluk lainnya yang dibuat sama dengan manusia yang beraktivitas seperti didalam kehidupan sehari-hari. d. Fabel, adalah cerita rakyat yang berkisah tentang binatang. e. Sage, adalah cerita rakyat yang memiliki latar tempat dan waktu tertentu. awalnya, sage merupakan cerita rakyat yang menekankan pada silsilah raja-raja dan keturunannya. f. Saga, adalah salah satu bentuk cerita rakyat. Berawal dari islandia saga tersebut berupa cerita lisan. g. Auktorial, adalah pembacaan cerita rakyat yang bersifat dongeng. Auktorial mirip teater rakyat yang menggunakan ruang pentas dan penonton menjadi satu kesatuan. h. Epik, merupakan bentuk cerita kepahlawanan. Sering disebut epos atau wiracarita. Dengan ciri khas tokoh utamanya harum namanya. i. Cerita Jenaka, adalah cerita rakyat yang mengacu kepada hal-hal yang lucu. j. Cerita Berbingkai, adalah kisah yang ditandai oleh peristiwa, perbuatan, pengalaman, penderitaan, kebahagiaan seseorang yang terjadi pada masa lalu. Maksudnya, di dalam cerita terdapat cerita lain. k. Cerita Pelipur Lara, memiliki dua pengertian yakni ; 1 cerita rakyat yang tujuan utamanya menghibur para pendengar atau pembaca, dan 2 orang yang mahir berkisah menggunakan cerita-cerita tertentu maksudnya, tukang cerita, pendongeng, juru kisah. Tujuan utama cerita ini untuk memberi hiburan guna melipur hati yang lara. l. Hikayat, berasal dari bahasa Arab yang artinya kisah, dongeng, cerita. Kata tersebut diturunkan dari kata kerja “haka” yang artinya menceritakan atau mengisahkan sesuatu kepada orang lain m. Biografi, adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis orang lain. Tujuan penulisan biografi ini untuk memberi teladan. n. Autobiografi, adalah bentuk riwayat hidup yang tulis sendiri oleh pengarangnya. Umumnya bersifat subjektif karena banyak peristiwa dan pengalaman pribadi yang bersifat rahasia tak mungkin ditulis seperti apa adanya. 20 Rika Lestari, “ Ringkasan Dan Pembahasansoal Bahasa Indonesia, SMP”, cet. 1, Jakarta : Puspa Swara, Anggota Ikapi, 2006. H. 116 o. Kisah perjalanan, adalah salah satu bentuk cerita yang melandaskan isi cerita pada pengalaman subjektif. 21

c. Ciri-Ciri Dongeng.

Adapun ciri-ciri dongeng menurut Rusyana dkk seperti terlihat pada bagan di bawah ini: a. Dongeng merupakan cerita tradisional yang terdapat di masyarakat sejak zaman dahulu. b. Peristiwa yang diceritakan menggambarkan peristiwa dahulu kala. c. Pelakunya dibayangkan manusia biasa seperti dalam kehidupan sehari- hari. d. Perbuatan yang dilakukan oleh pelaku kebanyakan perbuatan biasa, akan tetapi ada juga yang melakukan hal-hal luar biasa atau keajaiban. e. Latar cerita dapat berupa tempat biasa yang ada di bumi ini atau juga latar yang bukan merupakan tempat biasa seperti kayangan atau tempat tinggal makhluk halus. f. Oleh masyarakatnya dongeng tidak diperlakukan sebagai sesuatu yang pernah terjadi dan sebagai sesuatu kepercayaan. 22

d. Manfaat Dongeng.

Ada 5 manfaat dongeng bagi anak : a. Merangsang kekuatan berfikir. b. Sebagai media yang efektif dalam berkomunikasi. c. Mengasah kepekaan anak terhadap bunyi-bunyian. d. Menimbulkan minat baca. e. Menumbuhkan rasa empati 23 . Menurut Hollowel dalam kak Agus DS, mengatakan bahwa ada 6 manfaat yang positif dongeng untuk anak, yaitu : a. Mengembangkan Imajinasi dan memberikan pengalaman emosional yang mendalam. b. Memuaskan kebutuhan ekspesi. c. Menanamkan pendidikan moral tanpa harus menggurui. d. Menumbuhkan rasa humor yang sehat. e. Mempersiapkan apresiasi sastra. f. Memperluas cakrawala khayalan anak 24 . 21 Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 16-99. 22 Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X h. 41 23 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h. 17. 24 Ibid, H. 15 Selain itu manfaat dongeng bisa dirasakan oleh orang tua dan guru, di antaranya sebagai berikut : a. Menambah pengetahuan. b. Lebih dekat dengan anak c. Mudah dalam memberikan pelajaran 25 . Adapun kendala bagi orang tua ketika akan mendongeng , yaitu : a. Tidak bisa mendongeng. b. Malas. c. Sibuk. d. Capek. e. Tidak punya ide 26 .

e. Fungsi Dongeng.

Pada dasarnya dongeng berfungsi untuk menyenangkan menghibur bagi yang mendengarkannya, meskipun sering di dalamnya terkandung unsur-unsur petuah. Petuah- petuah ” yang sebenarnya merupakan rumusan kalimat yang dianggap punya arti khusus bagi kelompok, yang biasanya dinyatakan berulang-ulang untuk menegaskan satu pandangan kelompok yang diharapkan jadi pegangan bagi generasi-generasi berikutnya. Rumusan kalimat atau kata-kata itu biasanya diusahakan untuk tidak dibah-ubah, meskipun dalam kenyataan perubahan itu biasa saja terjadi terutama sesudah melewati beberapa generasi, apalagi penerusannya bersifat lisan, jadi sukar dicek dengan rumusan aslinya. Namun, karena kedudukannya yang sangat istimewa dalam kehidupan kelompok, maka tetap diyakini bahwa rumusan itu tidak berubah. 27 25 Ibid, h. 20. 26 Ibid, h. 26. 27 Marwan Supriyadi, “ Sejarah SMA Jilid 1 Kelas X , h. 41 Selain itu, dongeng berfungsi untuk menyampaikan ajaran moral mendidik dan juga menghibur. Melalui dongeng, nilai, kepercayaan, dan adat masyarakat juga dapat tercermin. 28 Secara sederhana, tujuan cerita rakyat berfungsi sebagai pelipur lara, sarana pendidikan, kritik sosial atau protes sosial, dan sebagai sarana untuk menyatakan suatu yang sukar dikatakan secara langsung. Kadang hal-hal tabu dan profan tak mungkin di eksplorasikan dan di nyatakan secara terbuka, sedangkan cerita rakyat atau dongeng berfungsi menjadi media penyampaian hal-hal yang demikian, sehingga sesuatu yang, mungkin akan menimbulkan kualat dapat dinyatakan dalam sintaksis-sintaksis cerita rakyat yang memikat.

f. Tujuan Dongeng.

Cerita dan dongeng memiliki tujuan yang sama yaitu menyampaikan pesan-pesan moral tanpa berkesan menggurui atau memaksakan pendapat. Karena bagi mereka mendongeng itu sangatlah penting dalam memberikan contoh yang baik dan buruk adalah media yang sangat efektif. 29 Namun, tujuan utama dongeng adalah menghibur dan memberikan pelajaran kepada pembacanya untuk meniru apa yang dilakukan tokoh-tokohnya. 30 Tujuan dongeng atau cerita rakyat dalam nilai budaya mengandung unsur pembentukan serta pembinaan watak ialah : a. Untuk memahami dan mempelajari nilai dan citra anak di lingkungan masyarakat pendukung cerita yang bersangkutan. b. Untuk mengetahui nilai-nilai budaya yang umum berlaku pada masyarakat pendukung cerita. c. Untuk mengkaji dan memahami proses sosialisasi pada masyarakat sunda yang menggunakan media cerita rakyat. d. Untuk melengkapi dan memperkaya khasanah kepustakaan nusantara. g. Peran Dongeng. 28 Agus Trianto, “ Pasti Bisa Pembahasan Tuntas Kompetensi Bahasa Indonesia Untuk SMP Dan MTs Kelas VII ”.h. 46 29 H. Muhammad Abdul Latif, Mendongeng Mudah dan Menyenangkan, h.4 30 Korrie Layun Rampan, Teknik Menulis Cerita Rakyat, h. 28 Mendidik anak adalah tugas yang paling mulia yang di amanatkan Tuhan kepada orang tua. Maka, tanggung mendidik anak terletak di atas bahu para orang tua. Anak membutuhkan perhatian yang lebih mendalam serta pengelolaan yang lebih intensif, baik melalui pendidikan formal sekolah maupun pendidikan nonformal keluarga. Sarana pendidikan keluarga, orang tua dapat memberikan pengaruh dalam pembentukan kepribadian anak dan watak yang akan dibawanya sampai dewasa nanti. Dengan demikian, bahwa mendidik anak adalah pekerjaan yang terpenting serta merupakan tnggung jawab orang tua demi masa depan anaknya. Tugas utama dan mulia dalam pembentukan watak, sebagian besar terletak di tangan orang tua. Menurut, Dr. Benyamin Spock dalam melihat cinta antara orang tua dan anak-anaknya hendaknya dibedakan antara kasih sayang yang di dasarkan kepada devition dan cinta orang tua yang bertolak dari enjoyment. Orang tua mencintai ank-anaknya dalam arti devition di dorong oleh kasih sayang yang sebenarnya. Karena, dari pengorbananlah itu terjadi baik yang masuk akal maupun yang tak masuk akal pasti akan dilakukan. Misalnya: orang tua mampu menjadi narator atau tokoh dari dongeng yang diceritakan. Yang paling penting adalah contoh-contoh yang diberikan yang di contoh oleh anak adalah dengan pola tingkah laku seperti ucapan-ucapan, tingkah laku yang harmonis, tentram, damai, dan saling sayang menyayangi diantara anggota keluarga. h. Dongeng Sebagai Sumber Pembentuk Dan Pembinaan Watak. Amanat dongeng yang memberi bayangan kepada pendukung budaya yang bersangkutan bahwa dengan kuasa Tuhan hasil yang di peroleh adalah perbuatannya sendiri. Kelangsungan nilai seperti itu dalam upaya ketentraman hidup bermasyarakat. Namun, bukan berarti di balik itu tidak boleh menerima nilai-nilai yang baru, yang datang dari luar. Selama nilai tu bersifat positif dan meningkatkan kemartabatan sebagai manusia maka hal itu di perbolehkan. Oleh karena itu, ukuran-ukuran bagaimana manusia seharusnya berperilaku sangat di perlukan. Nilai adalah “tata bahasa” bagaimana berperilaku dalam bermasyarakat. Beberapa nilai yang dicari dikategorikan sebagai nilai budi pekerti dan nilai semangat kerja etos kerja. Nilai budi pekerti yang dimaksud adalah : kejujuran, lurus hati, punya kepribadian dan pendirian, tidak terbawa arus dan situasi kondisi sosial, nilai suci bersih, takwa, tidak takabur, tidak sombong, bijaksana, pemimpin yang bejiwa kerakyatan, taat pada pepatah orang tua, taat pada guru dan ajaran leluhur, mendapat didikan agama, dan suka tolong menolong. Nilai yang di kategorikan bersemangat etos kerja antara lain: punya idealisme, sabar, pasrah kepada Tuhan, rajin, tekun, dan lain-lain. Melalui dongeng masyarakat memahami secara konkrit adanya nilai-nilai yang harus di ajarkan. Dengan demikian, dongeng merupakan media yang mensosialisasikan nilai itu, baik melalui jalur nonformal pendidikan di dalam rumah tangga, maupun jalur formal sekolah. Karena, dengan berkembangnya pendidikan masalah nilai ini pun agar dapat di lanjutkan di berbagai pendidikan formal sekolah. Jadi, akan tercipta kesinambungan pendidikan yang tidak lain merupakan salah satu cara dalam usaha pembudayaan. 31

i. Langkah Dasar Bercerita bagi Guru Dongeng.

a Pemilihan Cerita. Sebagian orang yang piawai harus mampu menceritakan satu bentuk cerita bentuk cerita tertentu dengan baik dibandingkan dengan cerita yang lain. Seperti penguasaan terhadap cerita-cerita humor, binatang, misteri, dsb. Sebaiknnya pendongeng memilih jenis cerita yang ia kuasai. Tetapi lain halnya bagi seorang guru, tampaknya ia akan agak sulit jika membatasi diri pada satu bentuk cerita. Ada faktor lain yang dapat membantu dalam pemilihan cerita, yaitu situasi dan kondisi siswa. Misalnya, di awal tahun sangat baik memilih cerita Sakinah dan Anaknya. Karena dalam cerita tersebut sangat dekat dan dikenal dengan anak sebelum masuk sekolah. Kemudian di akhir 31 Ahmad yunus, dkk. “Peranan cerita rakyat dalam pembentukan dan pembinaan anak”, hal. 16, dan 83-87 tahun cukup baik bila memilih kisah Cerita Tak Berujung. Karena pada cerita ini lebih dekat dengan memberi kesan pada dihati para siswa menjelang kelulusannya di akhir tahun. Sebab dalam cerita ini, digambarkan sebagai sesuatu yang terulang-ulang dan terus-menerus berlangsung. Oleh karena itu, guru harus menyiapkan dan membaca seluruh cerita yang hendak diceritakan. Sebagai catatan bagi guru, bahwa dalam dalam penyampaian cerita yang lucu dan sedih, ia harus bercerita dengan menggunakan cara yang tepat agar murid tidak salah dalam mengapresiasikan. b Persiapan sebelum Masuk Kelas. Sebuah kekeliruan adalah mengira seorang guru tidak memerlukan persiapan. tetapi harus ada persiapan terlebih dahulu karena setiap menit dan waktu yang digunakan untuk berpikir dan mengolah cerita sekaligus mempersiapkannya sebelum pelajaran di mulai, akan membantu penyampaiannya dengan mudah. c Perhatikan Posisi Duduk Siswa. Ketika bercerita, yang diharapkan adalah perhatian para siswa dengan sepenuh hati dan pikiran mereka. Oleh karena itu, guru harus dapat menguasai cerita yang disampaikan dengan baik. Untuk keperluan ini, dalam penceritaana berlangsung para siswa hendaknya di posisikan secara khusus, tidak sewaktu mereka belajar menulis dan membaca. Yang terpenting siswa dapat menerima cerita yang di sampaikan secara aktif, tidak duduk sesukanya. Dengan begitu suasananya jauh dari kesan resmi tidak seperti umumnya pelajaran yang lain, dan hubungan guru dan siswanya dalam bercerita hendaknya seperi tuan rumah dengan tamunya, yakni harus terjalin keakraban yang wajar. 32 32 Abdul Aziz Abdul Majid, “Mendidik Dengan Cerita”, cet. 4, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008, hal 30-33.

j. Metode Penyampaian CeritaDongeng.

a Tempat BerceritaDongeng. Bercerita tidak harus selalu dilakukan di dalam kelas, tetapi boleh juga di luar kelas yang dianggap baik oleh guru agar para siswa bisa duduk dan mendengarkan ceritadongeng. Karena anjuran untuk para guru, akan lebih baik mengajar para siswa, atau bercerita kepada mereka di udara bebas selagi mungkin daripada membatasi mereka di ruang kelas. b Posisi Duduk. Sebelum memulai bercerita atau berdongeng sebaiknya ia memposisikan para siswa dengan posisi yang baik untuk mendengarkan ceritadongeng. Kemudian, guru duduk di tempat yang sesuai dan mulai bercerita. Sebaiknya, dalam memulai berceritaberdongeng hendaknya memulai dengan berdiri dan tidak duduk terus tetapi juga selama proses tersebut hendaknya mengubah posisi gerakan sesuai dengan jalan cerita tersebut. c Bahasa Cerita. Bahasa dalam buku ini adalah bahasa yang baik dan mudah, memiliki bahasa yang sesuai dengan guru. Guru juga tidak harus selalu terfokus dalam gaya bahasa cerita dalam buku akan tetapi bisa aja dengan menambahkan atau mengurangi ungkapan yang dirasanya cukup baik agar para siswa lebih mudah memahami jalannya cerita. Bahasa dalam cerita hendaknya menggunakan gaya bahasa yang lebih tinggi dari gaya bahasa siswa sehari-hari tetapi lebih ringan di bandingkan gaya bahasa cerita dalam buku. Dengan catatan, tetap di pahami oleh siswa. Dalam bercerita guru juga hendaknya menggunakan kata-kata dan ungkapan yang pendek dan baru tapi mudah diingat dan dekat dengan siswa. Yang terpenting adalah memilih kosa kata baru yang sesuai dan mencari cara yang tepat untuk menjelaskannya ketika bercerita tanpa memutuskan rangkaian jalannya cerita. d Intonasi Guru. Cerita itu mencakup pengantar, rangkaian peristiwa, konflik yang muncul dalam cerita, dan klimaks. Pada permulaan cerita guru hendaknya memulai dengan suara tenang. Kemudian, mengeras sedikit demi sedikit. Perubahan naik turunnya cerita harus sesuai dengan peristiwa dalam cerita. Ketika sampai pada puncak konflik ia harus menyampaikan dengan suara yang di tekan dengan maksud menarik perhatian para siswa. Juga akan memberikan gambaran yang membuat mereka berpikir untuk menemukan klimaksnya. Para ahli pendidikan berpendapat bahwa besarnya perhatian para siswa akan bertambah ketika konflik akan bertambah. Dan mereka akan merasa lega dari ketegangannya, jika telah sampai pada klimaksnya. Maka hendaknya dalam penyampaian klimaksnya dengan suara yang meyakinkan dan membuat penasaran hingga tiba saat klimaks. Karena, harus menjiwai setiap ungkapan dan intonasi suara sampai akhir cerita. Puncak konflik Rangkaian peristiwa Klimaks Pengantar Akhir cerita Bagan 1 Penyampaian Cerita Dongeng. e Pemunculan Tokoh-Tokoh. Telah di sebutkan bahwa ketika mempersiapkan cerita, seorang guru harus mempelajari dahulu tokoh-tokohnya, agar dapat memunculkannya secara hidup di depan para siswa. Untuk itu, diharapkan guru dapat menjelaskan peristiwanya dengan jelas tanpa gemetar atau ragu-ragu. Dalam bercerita guru juga harus dapat menggambarkan setiap tokoh dengan gambaran yang sesungguhnya, dan memperlihatkan karakternya seperti dalam cerita. f Penampakan Emosi. Saat bercerita guru harus dapat menampakkan keadaan jiwa dan emosi para tokohnya dengan memberi gambaran kepada pendengar bahwa seolah-olah hal itu adalah emosi si guru sendiri. Jika situasinya menunjukan rasa kasihan, protes, marah atau mengejek, maka intonasi dan kerut wajah harus menunjukkan hal tersebut. g Peniruan Suara. Seorang guru tidak perlu merasa rendah dengan peniruan suara ini, karena pekerjaan mengajar adalah mulia. Dan bercerita dengan penggambaran yang baik adalah bagian dari pekerjaan ini. Dengan demikian, selama peniruan yang dimaksud dalam cerita untuk menciptakan penjiwaan dalam cerita dan memberi kesan yang lebih dalam di hati para siswa. h Penguasaan Terhadap Siswa Yang Tidak Serius. Ketika proses bercerita berlangsung, guru mungkin menemukan salah seorang murid yang mengabaikan cerita dan menyepelekannya. Dalam hal ini guru tidak boleh memotong penyampaian ceritauntuk memperingatkan anak tersebut, tetapi dapat dengan menghampirinya, menarik tangannya dan mendudukan kembali si anak di tempat duduknya, atau membiarkannya berdiri di samping sang guru. Bisa juga dengan menyebutkan namanya, dengan penyebutan nama ini atau memandangnya dengan tajam saat bercerita, cukup untuk memperlihatkan kepada siswa ini bahwa guru memperhatikannya dan mengetahui kenakalannya. Biasanya, tindakan ini bisa menghilangkan kenakalan tersebut. i Menghindari Ucapan Spontan. Guru acapkali mengucapkan ungkapan spontan setiap kali menceritakan suatu peristiwa. Kebiasaan ini tidak baik karena bisa memutuskan rangkaian peristiwa dalam cerita. Kesembilan hala di atas sangat penting untuk diketahui dan diperhatikan oleh guru ketika bercerita. Memang, kita menganggap bahwa bercerita dengan cara yang baik, rata-rata, adalah sesuatu yang lebih bersifat alami dari pada yang dibuat-buat. Namun, kita juga hendaknya tidak melupakan manfaat dari latihan dan belajar dalam mengusahakan metode yang tepat. Untuk itu, membaca petunjuk-petunjuk yang tertulis saja tidak cukup. Harus ditambah pula dengan praktek dan melampaui pengalaman dalam waktu yang tidak singkat. Jika guru telah selesai bercerita dengan memperhatikan poin-poin terdahulu, maka guru dapat meminta para siswa untuk mengungkap ulang cerita dengan salah satu cara dari banyak cara pengungkapan cerita. 33

3. Pendidikan, Belajar dan Hasil Belajar Kognitif.

a. Pendidikan.

Apa itu pendidikan ? jawabannya pasti beragam. Dalam arti sederhana diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental. Terdapat dua istilah yang hampir sama bentuknya, yaitu paedagogie dan paedagogiek. Paedagogie artinya pendidikan, sedangkan paedagogiek berarti ilmu pendidikan. Pendidikan atau ilmu pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik. Pedagogia yang berarti “ pergaulan dengan anak-anak”. Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang pada zaman yunani kuno yang pekerjaannya mengantar dan menjemput anak-anak ke dan dari sekolah. Paedagogos berasal dari kata paedos anak dan agoge saya membimbing, memimpin. Paedagogos mulanya berarti “rendah” pelayan atau bujang, sekarang dipakai untuk pekerjaan yang mulia. Paedagoog pendidik ahli 33 Ibid, h. 47-54 didik ialah seseorang yang tugasnya membimbing anak dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri. 34 Kenyataanya, pengertian pendidikan ini selalu mengalami perkembangan, berikut akan dibahas beberapa pengertian pendidikan yang di berikan oleh para ahli pendidikan, yaitu: Langeveld, “ pendidikan ialah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa dan ditunjuakan pada orang yang belum dewasa”. Carter V. Good, a. Pedagogy is the art, practice, of profession of theaching. b. The systematized learning or intruction concerning principlesand methods of teaching and of studentcontrol and guidance; largely replaced by the term educatin. Pendidikan adalah : a. Seni, praktik, atau profesi sebagai pengajar. b. Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode, mengajar, pengawasan, dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan. Ki Hajar Dewantara, “ pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagi manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Karena itu, ada beberapa pengertian dasar yang perlu dipahami sebagai berikut: 1. Pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. 34 Ngalim Puwanto MP, “Ilmu Pendidikan Teoritis Dan Praktis”, Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2007. H 20 2. Pendidikan merupakan perbuatan manusiawi. 3. Pendidikan merupakan hubungan antar pribadi pendidik dan anak didik. 4. Tindakan atau perbuatan mendidik menuntun anak didik mencapai tujuan- tujuan tertentu, dan hal ini tampak pada perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Jean Piaget, pendidikan sebagai penghubung dua sisi, disatu sisi individu yang sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial , intelektual, dan moral yang menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut. Disini menggambarkan makna bahwa pendidikan adalah segala sesuatu hidup yang mempengaruhi pertumbuhan individu sebagai pengalaman belajar yang berlangsung dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup. Ahli psikologi memandang pendidikan adalah pengaruh orang dewasa terhadap anak yang belum dewasa agar mempunyai kemampuan yang sempurna dan kesadaran penuh terhadap hubungan-hubungan dan tugas sosial-sosialnya dalam bermasyarakat. Ilmu pendidikan disebut juga pedagogik, diterjemahkan dalam bahasa inggris pedagogics. Pedagogics sendiri berasal dari bahasa yunani yaitu pais yang artinya anak, dan again yangvartinya membimbing. Poerwabakwatja dan Haharap mengatakan bahwa pedagogik ada 2 arti : 1 praktek, cara seseorang mengajar, dan 2 ilmu pengetahuan mengenai prinsip-prinsip dan metode mengajar, membimbing dan mengawasi pelajaran yang disebut juga pendidikan. Jadi, pendidikan dapat dimaknai sebagai proses mengubah tingkah laku anak didik agar menjadi manusia dewasa yang mampu hidup mandiri dan sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan alam sekitar dimana individu itu berada. Dari beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa dasarnya pendidikan adalah usaha manusia pendidik untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik menjadi kedewasaan. Mudyahardjo menegaskan bahwa sebuah teri berisi konsep-konsep, ada yang berfungsi sebagai : 1 asumsi atau konsep-konsep yang menjadi dasar titik tolak pemikiran sebuah teori, dan 2 definisi konotatif, atau denotatif atau konsep-konsep yang menyatakan Makna dari istilah-istilah yang dipergunakan dalam menyusun teori. Asumsi pokok pendidikan ; 1 pendidikan adalah aktual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi aktual dari individu yang belajar dan lingkungan belajar, 2 pendidikan adalah normatif, artinya pendidikan tertuju pada pencapaian hal-hal yang baik atau normaa-norma yang baik, 3 pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan bermula dari kondisi –kondisi aktual dan invidu yang belajar tertuju pada pencapaian yang individu yang diharapkan. Teori pendidikan secara faktual adalah aktivitas sekelompok orang dan guru yang melaksanakan kegiatan pendidikan untuk orang-orang muda dan secara perspektif memberi petunjuk bahwa pendidikan adalah muatan, arahan, pilihan yang telah ditetapkan sebagai wahana pengembangan masa depan anak didik yang tidak terlepas dari keharusan kontrol manusia. Pendidikan menurut Charles E Silberman tidak sama dengan pengajaran karena pengajaran hanya menitikberatkan pada usaha mengembangkan intelektualitas manusia. Jadi, pengajaran merupakan bagaian dari pendidikan , mengacu pada konsep yang lebih luas dan lintas kultural masyarakat indonesia yang demikian majemuknya, maka usaha sadar memberi makna bahwa pendidikan di selenggarakan berdasarkan rencana yang matang, mantap, jelas, dan lengkap, menyeluruh, rasional dan obyektif menjadikan peserta didik menjadi warga negara yang baik. Secara prinsip pernyataan filosofis harus memberi identitas pada pendidikan yang berbeda dengan yang lain bersifat “cross culture”, artinya bahwa kita melihat pendidikan itu dengan konsep yang lebih luas sdan lintas kultural yang memandang manusia sebagai bagian dari masyarakat sosial yang secara akumulatif mempengaruhi proses pendidikan. Ada berbagai rumusan untuk memahami pendidikan dari berbagai sudut pandang keilmuan, yakni : 1. Sosiologi, dari aspek sosial pendidikan diartikan sebagai usaha pewarisan dari generasi ke generasi. Dengan tujuan agar orang lain menjadi terdidik, dan untuk menjadi terdidik mereka harus belajar. 2. Antropologi, memandang pendidikan adalah enkulturasi yaitu proses pemindahan budaya dari generasi ke generasi. Disini melihat dari aspek budaya, yakni sebagai udaha pemindahan pengetahuan dan nilai-nilai kepada generasi berikutnya. 3. Psikologi, dari aspek tingkah laku individu, yaitu sebagai perkembangan kapasitas individu secara optimal. Konsep-konsep psikologi tentang invidu menjadi dasar pelaksanaan proses kegiatan belajar-mengajar. 4. Ekonomi, memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal insani human capital yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Konsep ekonomi menjadi dasar atau landasan pendidikan, karena itu kondisi ekonomi mempengaruhi kemampuan dan kegiatan pendidikan. 5. Politik, melihatnya sebagai proses menjadi warga negara yang diharapkan civilisasi sebagai usaha pembinaan kader bangsa yang tangguh. Konsep politik menjadi dasar penyelenggara sistem pendidikan makro nasional. Pendidikan selalu dapat dibedakan menjadi teori dan praktek. Teori pendidikan adalah pengetahuan tentang makna dan bagaimana seyogiyanya pendidikan itu dilaksanakan, sedangkan praktek adalah tentang pelaksanaan pendidikan secara konkretnya. Pengajaran pada hakekatnya proses komunikasi, maka perlu dikuasai teori komunikasi yang relevan. O’Connor, mengatakan pendidikan perlu memiliki syarat-syarat untuk berfikir lurus dan benar, deskriptif atau penggambaran berarti dipaparkan secara jelas dan menjelaskan berarti memberikan penerangan. Teori pendidikan menurut Pratte tidak dapat disusun seperti teori dalam ilmu pengetahuan alam. Teori tidak memiliki keterkaian logis sebagai suatu rangkaian hipotesis dan gagal membentuk suatu paradigma sebagai teori ilmiah. Artinya, mengajar pada hakekatnya suatu proses, yaitu proses yang mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga menumbuhkan dan mendorong siswa belajar.

b. Faktor-Faktor Pendidikan.

Pendidikan merupakan sarana dimana siswa mendapatkan pengajaran, Menurut Sutari Imam Barnadib, bahwa perbuatan mendidik dan di didik memuat faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi dan menentukan, yaitu : a. Adanya tujuan yang hendak dicapai. b. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan. c. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu. d. Yang menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan. Antara faktor yang satu dengan faktor lainnya, tidak bisa dipisahkan, karena kesemuanya saling pengaruh mempengaruhi. 35

c. Tujuan Pendidikan.

Apakah sebenarnya tujuan pendidikan itu ? akan di bawa kemanakah anak didik itu ? soal “ tujuan pendidkan “ merupakan soal yang prinsipil dalam pedagogik. Dalam UU yang membicarakan tujuanj pendidikan yang khusus berlaku dinegara kita dewasa ini UU pendidkan dan pengajaran no 12 tahun 1954 dan UU no.2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, yakni “ segala apa yang kita katakan tentang tujuan pendidikan ditentukan oleh zaman dan kebudayaan ditempat kita hidup ”. Dalam beberapa pasal yang sudah dikatakan pendidikan ialah pimpinan orang dewasa terhadap anak dalam perkembangannya ke arah kedewasaan. Dalam ringkasan tadi tujuan umum dari pendidikan ialah membawa anak kepada kedewasaannya, yang berarti ia harus bisa menentukan diri sendiri dan bertanggung jawab sendiri. Dan yang harus kita ingat bahwa tujuan pendidikan berhubungan erat dengan tujuan dan pandangan hidup si pendidik sendiri. Di dalam buku Beknopte theoretische paedagogiek, langeveld mengutarakan macam-macam-macam tujuan pendidikan, yakni; tujuan umum, tujuan-tujuan tak sempurna, tujuan-tujuan sementara, tujuan-tujuan perantara, dan tujuan-tujuan insidental. 36 Berikut akan dikemukakan secara singkat tentang tujuan-tujuan satu persatu secara hierarki. Sebagai bekal atas pendidikannya, yaitu : a Tujuan umum, tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidikdalam segala waktu dan keadaan dengan memperhatikan hakikat kemanusiaan yang universal. 35 Hasbullah, “Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan” Jakarta : Rajawali Pers; 2012 h. 9-10. 36 Puwanto, “Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis”, hal. 3, 18, dan 20. b Tujuan khusus, merupakan pengkhususan dari tujuan umum diatas dasar beberapa hal, di antaranya : 1. Terdapatnya perbedaan individual dan anak didik. 2. Perbedaan lingkungan keluarga atau masyarakat. 3. Perbedaan yang berhubungan dengan tugas dan lembaga pendidikan. 4. Perbedaan yang berhubungan dengan pandangan atau falsafah hidup suatu bangsa. 37

d. Fungsi Pendidikan.

Fungsi pendidikan adalah menghilangkan segala sumber penderitaan rakyat dari kebodohan dan ketertinggalan. Karena, dengan modal ilmu pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnyamelalui proses pendidikan ia mampu mengatasi berbagai problem yang dihadapinya. Fungsi pendidikan dapat meningkatkan kesejahteraan karena orang yang berpendidikan dapat terhindar dari kebodohan maupun kemiskinan. UUSPN No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. 38

e. Belajar.

Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik bersifat eksplisit maupun implisit tersembunyi. Arthur D. Jersild menyatakan bahwa belajar adal ah “modification of behavior through experience dan training ”, yakni perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan atau karena mengalami latihan. Menurut Morgan, belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman. 37 Hasbullah “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h. 14 38 Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd , “konsep dan makna pembelajaran”, Bandung : ALFABETA, 2010, cet. 8 hal. 1-11. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Mudjiono mengemukakan bahwa siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Hilgard dan Marquis berpendapat bahwa belajar merupakan proses meencari ilmu yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran, dan sebaginya sehingga terjadi perubahan dalam diri. James L. Mursell mengemukakan belajar adalah upaya yang dilakukan dengan mengalami sendiri, menjelajahi, menelusuri dan memperoleh sendiri. Gage menurutnya, belajar adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisma berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Henry. E. Garret berpendapat bahwa belajar merupakan proses yang berlangsung dalam jangka waktu lama melalui latihan maupun pengalaman yang membawa kepada perubahan diri dan perubahan cara mereaksi terhadap suatu perangsang tertentu. Lester. D. Crow mengemukakan belajar ialah upaya untuk memperoleh kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap. Belajar dikatakan berhasil manakala seseorang mampu mengulangi kembali materi yang dipelajarinya, maka belajar seperti dikatakan “rote-learning”. Dan jika apa yang dipelajari mampu disampaikan dan diekspresikan dalam bahasa sendiri maka itu di sebut “overlearning”. Perhatian yang utama dalam belajar adalah perilaku verbal dari manusia, yaitu kemampuan manusia untuk menagkap informasi mengenai ilmu pengetahuan yang diterimanya dalam belajar. Berikut makna belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikologi : 1 B. F. Skinner, belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlaku secara progressif serta dipahami sebagai suatu perilaku, pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. 2 Robert M. Gagne, belajar merupakan kegiatan yang kompleks dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebabkan; a stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan b proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. 3 Jean Piaget, seorang psikolog swiss menitik beratkan pada aspek perkembangan pikiran secara alami dari lahir hingga dewasa. 4 Carl. R. Rogers, ahli psiko terapi praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar. 39 Berbagai pengertian belajar dari berbagai pandangan konsep belajar atau makna belajar selalu menunjukkan kepada “suatu proses perubahan perilaku atau perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu ”, dengan ini bahwa belajar membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan latihan, semua itu di dapatkan karena kecakapan baru dan perubahan yang terjadi karena usaha yang disengaja. Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral yang bersifat jasmaniah. Karena itu, belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang disebabkan individu merespon lingkungannya melalui pengalaman pribadi yang tidak termasuk kematangan, pertumbuhan atau instink. Secara garis besar dikenal ada 3 rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme, dan teori cognitive gestalt-filed. Jika di uraikan adalah : a Teori Disiplin Mental. Bahwa disini menganggap belajar mental siswa didisiplinkan dan dilatih. Jadi, disini mengsahakan adanya tanggapan sebanyak-banyaknya dan sejelas-jelasnya pada pada kesadaran individu. b Teori Behaviorisme. Teori ini sangat menekankan perilaku atau tingkah laku yang dapat diamatidiukur. Disini belajar benar-benar diperuntukkan untuk mengembangkan kemampuan pribadi siswa dengan mengembangkan potensinya melalui berbagai aktivitas belajar. c Teori Cognitive Gestalt-Filed. Bahwa yang utama pada kehidupan manusia adalah mengetahui knowing dan bukan respons. Disini menegaskan bahwa belajar adalah berusaha mengatasi hambatan- hambatan untuk mencapai tujuan. 40

f. Pembelajaran.

Mengajar adalah mengorganisasikan aktivitas siswa dalam arti yang luas. Pembelajaran mengandung arti setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. UUSPN No. 20 Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses 39 Prof. Dr. Syaiful Sagala, M. Pd, “Konsep dan Makna Pembelajaran”, Bandung : ALFABETA, h. 4-37 40 Ibid, h. 39-50. interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran. Pembelajaran memiliki 2 karakteristik, yaitu : 1 Dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berfikir. 2 Dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dalam proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri. Kegiatan pembelajaran yang di programkan guru merupakan kegiatan integralistik antara pendidik dengan peserta didik. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik merupakan inti proses pembelajaran Instructional. Dengan demikian, pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajarai suatu kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegaitan belajar mengajar. 41

4. Sejarah.

a. Pengertian Sejarah.

Kata sejarah berasal dari bahasa Arab yaitu Syajarotun yang berarti pohon kayu atau syajara yang berarti terjadi. 42 Pohon dalam pengertian ini merupakan suatu simbol yaitu simbol kehidupan. Di dalam pohon terdapat bagian-bagian seperti batang, ranting, daun, akar, dan buah. Bagian-bagian dari pohon itu menunjukkan adanya aspek-aspek kehidupan yang satu sama 41 Ibid, h. 61-65. 42 Muhammad Arif, “ Pengantar Sejarah ”, Jakarta : Para Cita Prees, 2010, Hal 9. lain saling berhubungan untuk membentuk sesuatu itu menjadi hidup. Ada dinamika yang bersifat aktif. Dinamika ini terus menerus terjadi beriringan dengan waktu dan ruang di mana kehidupan itu ada. Lambang pohon itu menunjukkan adanya pertumbuhan dan perkembangan. 43 Istilah yang memiliki makna sama dengan kata syajaratun adalah silsilah, riwayat atau hikayat, kisah, dan tarikh. Silsilah menunjuk pada keluarga dan nenek moyang. Pada kerajaan-kerajaan masa lampau sering dibuat silsilah keluarga raja mulai dari siapa pendiri raja itu sampai pada raja yang sedang berkuasa. 44 Selain itu, pengertian beberapa ahli mengatakan : J. Bank, Sejarah merupakan semua kejadianperistiwa masa lampau. Sejarah dapat membantu para siswa untuk memahami perilaku manusia pada masa yang lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Semua kejadian yang dimaksud dalam pendapat tersebut adalah kejadian atau peristiwa yang berkaitan dengan manusia. Dalam kejadian atau peristiwa tersebut terdapat bagaimana manusia berperilaku. Robert V. Daniels, Sejarah ialah kenangan dari tumpuan masa silam. Sejarah yang dimaksud dalam definisi adalah sejarah manusia. Manusia merupakan pelaku sejarah. Kemampuan yang dimiliki oleh manusia adalah kemampuan untuk menangkap kejadiankejadian yang ada di sekelilingnya. Hasil tangkapan tersebut akan menjadi ingatan atau memori dalam dirinya. Memori ini akan menjadi sumber sejarah. Moh. Hatta, Sejarah dalam wujudnya memberikan pengertian tentang masa lampau. Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah. Sejarah tidak sekadar kejadian masa lampau, tetapi pemahaman masa lampau yang di dalamnya mengandung berbagai dinamika, mungkin berisi problematika pelajaran bagi manusia berikutnya. 45 Selain merujuk pada kata syajarah seperti yang di uraikan di atas, pengertian sejarah dapat di gali dari kata historia bahasa Yunani Kuno yang kemudian berkembang menjadi history bahasa Inggris yang berarti orang pandai. Dalam hubungan ini Sjamsuddin dan Ismagun menjelaskan bahwa istilah historia atau history mengandung pengertian belajar dengan cara bertaya-tanya. Istilah ini juga mengandung pengertian sebagai pertelaan tentang hal ihwal manusia secara kronologis. 43 Marwan Supriyadi, “ Sejarah Untuk SMAMA Kelas X ”, Jakarta : Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, 2009 h. 2 44 Ibid, h. 2 45 Ibid, h. 4 Woolever dan Scoot “ sejarah sebagai suatu kajian tentang aktivitas manusia pada masa lampau, baik dalam bidang politik, militer, sosial, agama, ilmu pengetahuan, dan hasil kreativitas seni. Menurut Heyking menyatakan bahwa sejarah merupakan suatu bentuk kegiatan inkuiri yang membantu dalam membangung pemahaman tentang kehidupan, baik yang bersifat individu maupun kolektif, dalam kurun waktu tertentu. Sementara Kartodirdjo melihat pengertian sejarah dalam dua sudut pandang, yakni secara subyektif dan obyektif. Secara subyektif merupakan suatu konstruk atau suatu bangunan yang disusun oleh sejarawan sebagai suatu cerita tentang suatu peristiwa tertentu yang terjadi pada masala lampau. Sedangkan, secara obyektif memungkinkan adanya tafsiran yang berbeda antara sejarawan yang satu dengan sejarawan yang lainnya meskipun mengkaji suatu tema yang sama. 46 Sebagaimana yang dijelaskan di atas sejarah tidak dapat dipisahkan dari pendidikan ilmu-ilmu kemanusiaan humaniora yang dapat melatih daya untuk berpikir, memberikan kesadaran kepada kita akan nilai-nilai yang telah manusia lahirkan dan temukan melalui pikiran, perasaan, atau perbuatannya. Sebab, sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau. 47 Oleh karena itu, penting nya kita memahami sejarah dari berbagai sisi baik itu dari segi pengertian, makna, fungsi, kegunaan, dan manfaat, yang saling saling terkait satu sama lainnya.

b. Makna Sejarah.

Berbicara makna memiliki beberapa makna diantaranya, Collingwood bahwa sejarah akan memberikan makna bagi kehidupan manusia karena materi sejarah itu sendiri telah memungkinkan tterjadinya dialog antar dimensi waktu, yakni dialog antara waktu yang telah lalu, waktu yang sekarang, dan bahkan waktu yang akan datang yang terjadi secara terus menerus. Kesadaran untuk mengkaji peristiwa sejarah yang terjadi pada masa yang lalu, guna mengantisipasi peristiwa pada saat ini dan pada masa yang akan datang seperti itulah yang akan membentuk kesadaran sejarah. 46 Muhammad Arif, “ Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan”, h 9-14. 47 Drs, Idad Suhada, M. Pd, “Konsep Dasar IPS” Bandung : Solo Press, 2010. Hal 7. Soedjatmoko menyatakan, kesadaran sejarah merupakan suatu refleksi yang berkesinambungan tentang kompleksitasperubahan yang ditimbulkan oleh interaksi dialektik dari masyarakat yang ingin melepaskan diri dari realitas yang mengungkung. Sementara kartodirdjo “ kesadaran sejarah merupakan kesadaran diri yang secara imanen ada pada refleksi diri. 48

c. Fungsi Sejarah.

Pada dasarnya fungsi menurut Kuntowijoyo mengatakan bahwa fungsi sejarah dapat dibagi menjadi dua yakni fungsi instrinsik dan fungsi ekstrinsik. Fungsi instrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Misalnya, sejarah sebagai kisah dan peristiwa. Sedangkan, fungsi ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai, proses pendidikan, liberal education. Misalnya sejarah sebagai pendidikan moral. Wiriatmadja menyatakan sejarah berfungsi untuk membangkitkan kesadaran dalam kaitannya dengan kehidupan bersama dalam komunitas yang lebih besar, sehingga tumbuh kesadaran kolektif dalam memiliki kebersamaan dalam sejarah. Nugroho Notosusanto menyatakan bahwa terdapat empat fungsi sejarah, yaitu: 1 Fungsi rekreatif. Yaitu sejarah sebagai pendidikan keindahan, sebagai pesona perlawatan. 2 Fungsi inspiratif. Fungsi ini terkait dengan suatu proses untuk memperkuat identitas dan mempertinggi dedikasi sebagai suatu bangsa. 3 Fungsi instruktif. Yaitu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. 4 Fungsi edukatif. Maksudnya adalah bahwa sejarah dapat dijadikan pelajaran dalam kehidupan keseharian bagi setiap manusia. 49

d. Kegunaan Sejarah.

Kegunaan dalam pelajaran sejarah menerangkan bahwa, Widja menjelaskan bahwa sejarah bukan sekedar uraian cerita kehidupan pada masa yang lalu semata. Adapun kegunaan sejarah yang dimaksud adalah kegunaan edukatif, kegunaan inspiratif, dan kegunaan rekreatif. Kegunaan Edukatif, mengkaji peristiwa masa lampau akan memberikan peluang bagi kita untuk 48 Muhammad Arif “ Pengantar Sejarah ”, h 19-20. 49 Ibid, h. 41 dapat melakukan dialog dengan masa lalu. Kegunaan Inspiratif, menggali gagasan masa lalu yang berguna untuk mendapatkan inspiratif dan semangat untuk mewujudkan identitas sebagai suatu bangsa. Kegunaan Rekreatif, sesuatu yang mendatangkan kegembiraan hati atau sesuatu yang menyegarkn pikiran. Karena dengan membaca yang secara penghayatan akan menerobos kemasa lampau dan tempat-tempat yang tak terbatas untuk mengikuti suatu peristiwa sejarah.

e. Manfaat Sejarah.

Mengenai manfaat, menurut Kuntowijoyo adanya dua dimensi dari manfaat sejarah, yakni manfaat sejarah instrinsik dan secara ekstrinsik. Secara intrinsik bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terhadap pengembangan ilmu pengetahuan, terutama terhadap pengembangan ilmu sejarah. Kemudian, secara ekstrinsik, sejarah memberikan nilai-nilai yang memberikan inspirasi terhadap perjalanan umat manusia. 50 Pada dasarnya manfaat sejarah adalah mengenang, menilai, mengambil sebuah pengajaran yang terdapat dalam setiap masanya, baik itu masa lalu, masa kini, maupun masa yang akan datang.

5. Hasil Penelitian Yang Relevan.

a. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Hanif dalam jurnal ilmiahnya “DongengCerita Dalam Perspektif Pen didikan” menulis, Dongeng merupakan suatu cerita yang sifatnya fiksi dan bersifat menyenangkan menghibur bagi yang mendengarkannya didalamnya sering didalamnya terkandung unsur- unsur petuah pula. Danandjaya juga mengatakan, bahwa dongeng adalah prosa rakyat yang dianggap tidak pernah terjadi, dan diceritakan terutama untuk hiburan, walaupun banyak juga yang melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran moral, atau sindiran. Dongeng bersifat universal dan banyak jumlahnya, namun menurut Anti Arne dan Stith Thomson dongeng dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu : 32 Muhammad Arif, “ Pengantar Sejarah ”, h 21-22.. 1 Dongeng binatang animal tales. Adalah dongeng yang ditokohi binatang peliharaan dan binatang liar, seperti bianatang menyusui, binatang melata, ikan dan serangga. Binatang-binatang tersebut dalam ceritanya dapat berbicara dan berakal budi seperti manusia. Ada binatang cerdik, licik, dan jenaka di satu pihak dan binatang pandir yang menjadi bulan-bulanan tipu muslihat di lain pihak. Di Indonesia banyak dongeng jenis ini, satu diantaranya : Si Kancil dan Si Siput, Kancil Menipu Kera, dan lain-lainnya Rahimsyah.tanpa tahun. 2 Dongeng biasa ordinary folkates. Adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia dan biasanya adalah kisah suka duka seseorang. Contohnya Cinderella, Ande-ande Lumut, dan lain-lainnya. 3 Lelucon dan anekdot jokes and anecdotes. Adalah dongeng- dongeng yang dapat menimbulkan rasa menggelikan hati, sehingga menimbulkan tawa. 4 Dongeng berumus formula tales. Adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari perulangan, ada yang bertimbum banyak, untuk mempermainkan orang, dan dongeng yang yang tidak mempunyai akhir. 51 b. Penelitian yang dilakukan oleh Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jurusan Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas PTK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran Role Playing mampu meningkatkan aktivitas dan pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V SDN Tegalweru. Peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 13,6, peningkatan prosentase ketuntasan belajar kelas yang menunjukkan tingkat pemahaman siswa terhadap teks cerita rakyat dari siklus 1 ke siklus 2 sebesar 20,7. 52 51 Muhammad Hanif, “ DongengCerita Dalam Perspektif Pendidikan”, FPIPS IKIP PGRI Madiun. 52 Rika Evalia Ariyanti. 2010. Penerapan Role Playing untuk Meningkatkan Pemahaman Teks Cerita Rakyat pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Tegalweru Kabupaten Malang. Skripsi, Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Jur. Kependidikan Sekolah Dasar dan Pra Sekolah. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. c. Dalam penelitiannya Meina Febriani 2012 “Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa Sd Kelas Rendah”. Setelah penelitian dilaksanakan, diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: 1 bahan ajar Dongeng Banyumas yang dinginkan oleh guru dan siswa adalah bahan ajar dongeng Banyumasan yang didesain dengan tampilan yang menarik, sesuai dengan pemahaman siswa, mengajarkan nilai-nilai positif, dan memberikan pengetahuan budaya Banyumas, 2 penilaian yang diberikan oleh guru dan ahli pada dimensi sampul buku diperoleh nilai rata-rata 83,33 dengan ketegori baik, pada dimensi anatomi buku diperoleh nilai rata-rata 82,5 dengan kategori baik, dan pada dimensi isi buku, diperoleh nilai rata-rata 81,25 dengan kategori baik, dan 3 perbaikan yang dilakukan terhadap bahan ajar apresiasi dongeng Banyumas meliputi perbaikan desain sampul, peniadaan materi mengapresiasi dongeng, pembatasan cakupan dongeng, perbaikan gaya bahasa, dan penyesuasian pertanyaan tentang apresiasi dan muatan budaya Banyumas yang dihubungkan dengan nilai yang terkandung dalam dongeng. Dari penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Role Playing dapat meningkatkan aktivitas, dan pemahaman teks cerita rakyat siswa kelas V di SDN Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang. 53 d. Dalam penelitian Sunarti A Lapalume 2014 Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui Media Audio Visual Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. Berdasarkan hasil yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I menjadi 10 orang atau sekitar 52,63 siswa yang mampu, 6 orang atau sekitar 31,58 siswa yang kurang mampu dan 3 orang atau sekitar15,79 siswa yang tidak mampu. Kemudian pada tindakan siklus II kemampuan siswa menyimak meningkat 16 orang atau sekitar 84,21 53 Meina Febriani 2012 “Pengembangan Bahan Ajar Apresiasi Dongeng Banyumas Bagi Siswa Sd Kelas Rendah”. siswa yang mampu, 2 orang atau 10,53 siswa yang kurang mampu dan 1 orang atau sekitar 5,26 siswa yang tidak mampu. Simpulannya bahwa melalui media audio visual dapat meningkatkan kemampuan siswa menyimak dongeng dikelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. 54 e. Dalam penelitiannya Novita Dewi 2015. Penggunaan Metode Bercerita dengan Boneka Jari Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang. Skripsi. Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan rancangan Penelitian Tindakan Kelas PTK model Hopkins 1993 dan dirancang dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari dua pertemuan yang meliputi perencanaan, aksitindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti berkolaborasi dengan guru kelas, guru kelas sebagai pelaksana sedangkan peneliti sebagai observer. Subyek penelitian yaitu anak kelompok A di TA Pesan Ibu Malang sebanyak 30 anak, 20 anak laki-laki dan 10 anak perempuan. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan dokumentasi. Analisis data yang dipakai adalah deskriptif, baik deskriptif kuantitatif maupun deskriptif kualitatif. Penerapan metode bercerita dengan boneka jari tangan diawali dengan guru memberitahu judul cerita dan memperkenalkan tokoh-tokohnya, kemudian bercerita dengan boneka jari tangan, selanjutnya anak menceritakan kembali cerita tersebut di depan kelas secara berkelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan berbahasa anak pada pra tindakan sebesar 33.33, meningkat menjadi 46.67 pada siklus I dan menjadi 83.33 pada siklus II. Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan 54 Sunarti A Lapalume 2014 Meningkatkan Kemampuan Siswa Menyimak Dongeng Melalui Media Audio Visual Di Kelas II SDN 3 Tapa Kecamatan Tapa Kabupaten Bone Bolango. bahwa penggunaan metode bercerita dengan boneka jari tangan dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak kelompok A. 55 f. Dalam penelitiannya, Nasai 2012 “Pemanfaatan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII A MTs NU Pakis Malang. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan bercerita siswa MTs NU Pakis Malang. Tahap-tahap yang dilakukan adalah menyiapkan boneka, menyusun pokok-pokok cerita, dan bercerita. Keaktifan siswa selama pembelajaran keterampilan berbicara khususnya bercerita dengan menggunakan boneka tangan meningkat. Siklus I meningkat 52,3 dan siklus II meningkat 63,5. Hasil belajar juga meningkat dari siklus I mencapai rata-rata 45,8 dan pada silkus II mencapai 64,1. 56 g. Dalam Penelitiannya, Eka Retnaningsih 2009 “Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A. Desain penelitian menggunakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam dua tahap, yaitu siklus I dan siklus II. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan menyimak dongeng. Siklus I nilai rata-rata kelas 72,8 dan siklus II 80. Perilaku siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami perubahan kearah yang lebih positif. 57

h. Dalam penelitiannya, Teti Milawati 2011 “ Peningkatan

Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual Savi Hasil penelitian 55 Novita Dewi 2015. Penggunaan Metode Bercerita dengan Boneka Jari Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Kelompok A di TA Pesan Ibu Malang. Skripsi. Kependidikan Sekolah Dasar dan Prasekolah, Program Studi S1 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Fakultas Ilmu Pendidikan. 56 Nasai 2012 “Pemanfaatan media boneka tangan untuk meningkatkan kemampuan bercerita siswa kelas VII A MTs NU Pakis Malang. ” S1 Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah. 57 Nas Haryati, dkk 2009 “Peningkatan Menyimak Dongeng Menggunakan Media Audio Dengan Strategi Membangkitkan Rasa Ingin Tahu Pada Siswa Kelas VII A. untuk pencapaian kemampuan anak memahami drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14 mampu dan 32 mahir, urutan kedua aspek memahami tema yang mendapat hasil 16 mampu dan 30 mahir, urutan ketiga memahami amanat 18 mampu dan 28 mahir, urutan keempat menirukan tokoh mendapat hasil 22 dan 26 mahir, urutan kelima mengekspresikan karakter mendapat hasil 26 mampu dan 22 mahir sedangkan urutan terakhir menyusun alur mendapat hasil 38 mampu dan 8 mahir. Berdasarkan uji t bahwa hasil tes performansi di kelas eksperimen memperoleh rerata mean 14,44 sedangkan rerata tes performansi 10,28 di kelas kontrol. Kesimpulannya kelas ekaperimen lebih berhasil dalam peningkatan kemampuan memahami drama dibanding kelas kontrol. Hasil penelitian untuk pencapaian kemampuan anak menulis teks drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek menulis tokoh dengan tingkat pencapaian hasil 12 mampu dan 38 mahir, urutan kedua aspek menulis latar yang mendapat hasil 18 mampu dan 32 mahir, urutan ketiga aspek menulis tema mendapat hasil 30 mampu dan 14 mahir, urutan keempat aspek menulis konflik mendapat hasil 28 mampu dan 14 mahir sedangkan urutan terakhir yaitu aspek menulis bahasa mendapat hasil 38 mampu dan 8 mahir. Berdasarkan uji t hasil kemampuan anak menulis teks drama di kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan mendapat nilai rerata 7,24 dan hasil kemampuan menulis teks drama anak di kelas eksperimen setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata 11,76 maka pencapaian hasil peningkatan kemampuan menulis teks drama anak di kelas eksperimen mencapai nilai rerata 4,52. Hasil kemampuan anak menulis teks drama anak di kelas kontrol sebelum diberi perlakuan mendapat nilai rerata 6,24 dan hasil kemampuan menulis teks drama anak di kelas kontrol setelah diberi perlakuan mendapat nilai rerata 8,36 maka pencapaian hasil peningkatan kemampuan menulis teks drama anak di kelas kontrol mencapai nilai rerata 2,12 Hasil observasi selama penerapan model pembelajaran SAVI berlansung sangat baik. Hal ini terlihat dari nilai persentase yang diperoleh 94 terhadap penilaian aktivitas siswa dan 96 hasil aktivitas guru dalam kelas. Nilai ini menandakan bahwa aktivitas siswa dan guru dalam setiap pertemuan di kelas eksperimen sangat baik. 58 i. Dalam Jurnal Pendidikan Malaysia 3412009: 3 - 15 yang dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar Tingkatan Dua The Use of Concept Maps in Improving Achievement in The Subject of History for Form Two Students Hipotesis ini bertujuan untuk melihat sama ada wujud atau tidak perbedaan yang signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam ujian pra dan ujian pasca. Jadual 1 menunjukkan keputusan ujian-t 36 = -10.769 dan p = .000 0.05. Min ujian pra ialah 39.7, manakala min ujian pasca pula ialah 52.7 di mana perbezaan min ialah 13. Oleh itu terdapat perbezaan yang signifikan dari segi min pencapaian pelajar dalam ujian pra dan ujian pos. Oleh karena itu, hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Rujuk Jadual 1 Berdasarkan kepada taburan skor min item tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep yang diperoleh, didapati 6 daripada 10 item mempunyai skor min tinggi adalah item berkaitan dengan pengajaran menggunakan peta konsep membuatkan saya lebih ingin belajar dan berjaya dalam mata pelajaran sejarah skor min = 3.84. Setiap pelajar harus tahu menggunakan peta konsep dalam pelajaran mereka skor min = 4.11. Pembelajaran berbantukan peta konsep amat 58 Teti Milawati 2011 “ Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama Dan Menulis Teks Drama Melalui Somatis Auditori Visual Intelektual Savi “ Hasil penelitian untuk pencapaian kemampuan anak memahami drama ternyata aspek yang lebih dominan dikuasai anak dan mendapat urutan kesatu adalah aspek memahami latar dengan tingkat keberhasilan 14 mampu dan menyeronokkan, mudah dan realistikskor min = 3.78. Saya dapat meningkatkan penguasaan konsep dan fakta dalam sejarah dengan menggunakan peta konsep skor min = 3.70. Pengajaran guru dengan menggunakan peta konsep lebih berkesan skor min = 4.0. Saya lebih mudah mengingati fakta dalam sejarah dengan penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajara sejarah skor min = 3.78 Hasil analisis ini menunjukkan bahawa pelajar-pelajar boleh menerima dengan baik penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Pelajar juga menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran sejarah itu menunjukkan minat untuk belajar mata pelajaran sejarah. Secara keseluruhan skor min tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran sejarah ialah 3.55. Berdasarkan interpretasim min yang diadaptasi daripada Jamil Ahmad 1993, didapati tahap penerimaan pelajar terhadap penggunaan peta konsep dalam proses pengajaran dan pembelajaran sejarah berada pada tahap sederhana positif. 59 j. Dalam Penelitian Skripsi, Kresna Hendrawan 2009 “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun Ajaran 20082009. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Setiap siklus terdapat 4 tahapan yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas VII D yang berjumlah 28 siswa. Siswa dikatan tuntas belajar jika siswa mendapat nilai minimal 75,00 dan ketuntasan belajar klasikal mencapai 70 dari jumlah siswa yang ada dikelas. Hasil belajar siswa sebelum diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata 64,32 dengan 59 Jurnal Pendidikan Malaysia 3412009: 3 - 15 yang dilakukan Zahara Aziz, Nurliah Jair Penggunaan Peta Konsep untuk Meningkatkan Pencapaian Mata Pelajaran Sejarah bagi Pelajar Tingkatan Dua The Use of Concept Maps in Improving Achievement in The Subject of History for Form Two Students. persentase ketuntasan klasikal sebesar 21,43. Pada siklus I setelah diadakan penelitian diperoleh nilai rata-rata sebesar 73,39 dengan persentase ketuntasan klasikal 64,29. Pada siklus I nilai rata-rata dan ketuntasan belajar klasikal sudah meningkat, tapi ketuntasan belajar belum mencapai indikator. Kemudian hasil belajar yang diperoleh pada siklus II nilai rata-rata sebesar 77,14 dengan ketuntasan klasikal 78,57. Pada siklus II telah mengalami peningkatan dari siklus I, dengan ketuntasan belajar klasikal yaitu 78,57 dari jumlah siswa satu kelas dan nilai rata-rata mencapai 77,14. berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran mind mapping dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 60 k. Dalam penelitiannya, Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21 –41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah ” mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat. Dapatan kajian ini menunjukkan bahawa penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Needham, 1987 dalam pengajaran dan pembelajaran Sejarah sangat berkesan dan dapat membantu pelajar memahami konsep dan menguasai isi kandungan tajuk pelajaran Sejarah dengan lebih baik. Signifikan kajian ini adalah pelajar dapat menjawab keseluruhan soalan Sejarah, soalan esei, soalan struktur dan soalan objektifaneka pilihan dengan baik dan signifikan berbanding pelajar Kumpulan Kawalan yang menggunakan pendekatan tradisional. 61 l. Dalam penelitiannya, “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian 60 Kresna Hendrawan 2009 “Peningkatan Hasil Belajar Sejarah Melalui Penerapan Model Pembelajaran Mind Mapping Di Smp Nasima Semarang Kelas Vii Semester II Tahun Ajaran 20082009. ” 61 Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21 –41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat. Subadrah Nair Dalam Jurnal Pendidik Dan Pendidikan, Jil. 20, 21 –41, 2005 “Penggunaan Model Konstruktivisme Lima Fasa Needham Dalam Pembelajaran Sejarah” K mata pelajaran Sejarah Tingkatan Empat . Tindakan Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok yang dilakukan Oleh Fitria Ningtias Rahmawati. Penelitian ini dilakukan di SMP Bina Sejahtera Depok kelas VIII B yang berjumlah 25 siswa tahun ajaran 20112012. Teknik pengumpulan data yng dilakukan adalah test, lembaar observasi, dan angket. Teknik analisis data secara kuantitatif berdasarkan hasil analisis perhitungan rata-rata skor angket motivasi siklus II. Rata-rata skor angket motivasi belajar siswa sebesar 91,5 sedangkan rata-rata skor hasil hasil belajar siswa siklus I 6,06, sedangkan pada siklus II sebesar 7,42. Dapat disimpulkan terjadi peningkatan skor hasil belajar siswa. 62 Dari beberapa hasil penelitian yang relevan di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh tentang upaya peningkatan hasil belajar media dongeng dalam pembelajaran Sejarah. Hal ini terbukti dengan perubahan pada nilai hasil belajar siswa, bahwa dapat di katakan hal ini dapat di terima oleh siswa.

6. Kerangka Berpikir.

Rendahnya hasil belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satu satunya yaitu tata cara penyajian materi yang dilakukan oleh guru di depan kelas masih membosankan. masalah seperti ini dapat dengan mudah dipecahkan dan diatasi dengan penggunaannya media-media pembelajaran. Penggunaannya media-media pembelajaran didalam penyajian materi akan membantu guru untuk lebih mudah mengarahkan serta menarik perhatian siswa agar lebih bersemangat untuk belajar, sehingga hasil belajar siswa dapat dengan mudah ditingkatkan. Namun, metode pembelajaran yang bagus tidak hanya terbatas digunakan untuk menyampaikan materi siswa saja, akan tetapi media yang membuat siswa terlibat langsung untuk menggunakannya. 62 “Efektivitas Pemanfaatan Media Audio Visual Vidio Pembelajaran Dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Sejarah dengan Model Penelitian Tindakan Kelas di SMP Bina Sejahtera Depok ” yang dilakukan Oleh Fitria Ningtias Rahmawati 20112012 Dari uraian diatas metode pembelajaran dengan dongeng tersebut diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar sejarah pada siswanya. Dengan demikian, menggunakan metode dongeng dengan berbantuan media-media yang telah disiapkan maupun yang dihasilkan oleh siswanya hasil karya sendiri. Hal ini menentukan bagaimana proses belajar mengajar akan berlangsung dan mendapatkan hasil belajar yang ingin dicapai. Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran hasil belajar

7. Hipotesis Tindakan.

Hipotesis adalah dugaan sementara adanya hubungan antara varibel bebas X dengan variabel terikat Y. Agar memenuhi unsur yang Penerapan Media Dongeng Untuk Meningkatakan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Media Dongeng Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Siswa a Keinginan yang kuat dan tulus untuk mendongeng. b Siap melakukan sehingga hasilnya tidak setengah-setengah. c Mau bersuara lantang dan jelas. d Mau melakukan dengan benar. e Dapat menciptakan suasana akrab, hangat, dan gembira. 1. Pengetahuan. 2. Pemahaman. 3. Pengaplikasian. 4. Analisis. 5. Sisntesis. 6. Evaluasi. Langkah Dasar Dalam Penyampaian Media Dongeng Hasil Belajar Siswa menentukan mengenai ada tidaknya hubungan tersebut, maka diajukan hipotesis. Sederhananya, hipotesis adalah taksiran terhadap parameter populasi melalui data-data penelitian yang diperoleh dari sampel. Para meter adalah ukuran-ukuran yang di kenakan pada populasi. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang mewakili populasi. Pengajuan hipotesis didasarkan atas hipotesis nol H , hipotesis alternatif H 1 . Hipotesis nol adalah koefesien korelasi antara variabel X dengan Y sama dengan nol. Artinya, tidak menunjukan adanya hubungan antara variabel X dengan Y. Sedangkan hipotesis penelitian H 1 adalah koefesien korelasi menunjukan harga lebih besar dari nol. Artinya, terdapat hubungan antara variabel X dengan Y. Hipotesis disini adalah istilah yang memungkinkan peneliti menghubungkan teori dengan pengamatan, atau sebaliknya pengamatan dengan teori. Jadi berdasarkan kajian teoritik dan kerangka berpikir yang telah penulis uraikan sebelumnya. Bahwa adanya hubungan yang saling keterkaitan satu sama lainnya antara variabel X dan Y. 63 Hipotesis Tindakan yang dipandang tepat untuk memecahkan masalah yang akan diteliti adalah Upaya Peningkatan hasil belajar siswa dengan Media Dongeng dengan pokok bahasan Pedagang, Penguasa, dan Pujangga pada Masa Klasik Hindu dan Budha dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Sejarah di kelas X SMK Pembangunan Global. 63 Kasmadi, Panduan Modern Penelitian Kuantitatif ”, H. 52-55. 53

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian.

1. Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Pembangunan Global di Jln. Sukatani Barat No. 99 Kota Pangulah Utara Kec. Kota Baru Cikampek Kab Karawang. Peneliti memilih lokasi penelitian ini dikarenakan secara geografis lokasi sekolah strategis, dan memadai untuk dilakukannya penelitian berlangsung.

2. Waktu Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan di pada tanggal 1 Oktober 2015 sampai dengan 1 November 2015 pada semester ganjil tahun ajaran 20152016. Jadwal kegiatan dilakukan secara berkala sesuai jam mata pelajaran atau jam mengajar di sekolah. Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian Kegiatan Oktober 2015 November 2015 Januari 2016 Februari 2016 Maret 2016 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 5 1 2 3 4 1 2 3 4 Persiapan Penelitian Awal Studi Pustaka Penyusunan Proposal Pelaksanaan Penelitian Siklus I dan Refleksi Pelaksanaan Penelitian Siklus II dan Refleksi Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Perbaikan Laporan Pembuatan Laporan Hasil Penelitian Secara Final

B. Metode dan Desain Intervensi Tindakan.

1. Metode.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan kelas Classroom Action Research. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. 1 Dalam buku Suharsimi Arikunto, 2 agar peneliti mendapatkan informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan kelas, perlu kiranya di pahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi apabila berminat akan melakukan penelitian tindakan kelas. Adapun prinsip tersebut adalah : 1 Kegiatan nyata dalam situasi rutin 2 Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja 3 SWOT Strength Kekuatan, Weaknesses Kelemahan, Opportunity Kesempatan, ThreatAncaman sebagai dasar berpijak 4 Upaya emperis dan sistematik 5 Ikuti prinsip SMART Specifik khusus, Mangable dapat dikelola, Acceptable dapat diterima dan Achievable dapat dipercaya, Realistik operasional, Time-bound diikat oleh waktu dalam perencanaan. Bagi peneliti pemula, sangat di sarankan untuk melakukan penelitian kolaborasi, yaitu penelitian yang dilakukan bersama-sama atau berpasangan. 3 Dalam melakukan kolaborasi, pihak yang melakukan tindakan kelas adalah guru itu sendiri, sedangkan yang diminta melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan adalah peneliti, bukan guru yang sedang melakukan tindakan. Kolaborasi juga dapat dilakukan oleh 1 orang 1 Prof. Suharsimi Arikunto DKK, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : PT Bumi Aksara 2010, Cet ke 10, H. 3 2 Ibid., h. 6-8 3 Ibid., h. 22 guru, yang dengan cara bergantian mengamati. Ketika sedang mengajar, dia adalah seorang guru dan ketika sedang mengamati dia adalah seorang peneliti. 4

2. Desain Intervensi Tindakan.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini kegiatan pembelajarannya berbentuk siklus dengan setiap siklus terdiri atas 4 komponen kegiatan pokok, yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Pada setiap pelaksanaannya ke-4 komponen kegiatan pokok itu berlangsung secara terus menerus pada setiap siklus.

C. Subjek Tindakan.

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMK Pembangunan Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan. Kotabaru. Kabupaten Karawang, yang berjumlah 35 siswa yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan. Sedangkan, subjek pendukung penelitian adalah guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial IPS atau Sejarah Indonesia kelas X yang melakukan tindakan terhadap siswa. D. Peran dan Posisi Peneliti Dalam Penelitian. Peran dan posisi peneliti dalam penelitian adalah sebagai peneliti, guru mata pelajaran sejarah sekaligus sebagai wali kelas yang berperan langsung dalam pembelajaran dengan menggunakan pemanfaatan Media Dongeng atau Cerita serta media audio visual video pembelajaran di kelas X SMK Pembangunan Global Desa. Pangulah Utara Kecamatan Kotabaru Kabupaten Karawang.

E. Tahapan Intervensi Tindakan.

Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus yang saling keterkaitan. Untuk lebih jelasnnya, berikut rincian siklus yang akan dilaksanakan : Pada siklus 1 tindakan yang dilakukan adalah : 4 Ibid., h.17