Medan Wacana Analisis Pemberitaan tanggal 4 Februari 2016 “MUI Minta

a. Medan Wacana

Mengenai aspek dalam medan wacana, topik yang dibahas kali ini adalah mengenai MUI yang menilai pemerintah lambat dalam memproses hukum pimpinan Gafatar berkaitan dengan banyaknya pasal yang dilanggar oleh Gafatar. Pendapat tersebut dikemukakan oleh Sekertaris MUI Jawa Timur, Muhammad Yunus, yang tertuang dalam kutipan berikut: REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Proses hukum pimpinan Gafatar dinilai lambat. Sekretaris Majelis Ulama Indonesia MUI Jawa Timur, Muhammad Yunus mengatakan banyak pasal yang dilanggar oleh gerakan tersebut. Pemerintah diminta untuk segera memprosesnya secara hukum. 40 Selanjutnya, Muhammad Yunus juga menyatakan bahwa banyak sekali pasal yang telah dilanggar oleh Gafatar diantaranya yaitu terkait dengan masalah penodaan agama, selain itu juga terkait dengan masalah penipuan, oleh sebab itu dirinya menginginkan bahwa pemerintah segera memproses hukum para pimpinan Gafatar dari tingkat yang paling tinggi pusat hingga kepada yang berada di tingkat kecamatan. Dirinya juga merasa iba karena banyak pula para eks Gafatar merupakan korban yang hanya sekedar ikut-ikutan, yang tertuang dalam kutipan berikut: Menurutnya pasal-pasal yang dilanggar oleh Gafatar sudah jelas. Gafatar telah melanggar Undang-Undang penodaan agama Nomor 1 PNPS tahun 1965, nomor 5 tahun 1968 dan pasal 156a. Selain itu banyak pengikut Gafatar yang telah menjual hartanya untuk mengikuti gerakan ini. 41 40 “MUI Minta Pemerintah Segera Proses Hukum Pimpinan Gafatar”, Republika Online, 4 Februari 2016, Paragraf 1. 41 “MUI Minta Pemerintah Segera Proses Hukum Pimpinan Gafatar”, Republika Online, 4 Februari 2016, Paragraf 3. Menurut Yunus para pemimpin Gafatar telah melanggar pasal KUHP nomor 378 tentang tindak penipuan. Karena itu ia berharap pemerintah segera memproses hukuman kepada pimpinan Gafatar. 42 Dari pimpinan pusat sampai yang di kecamatan-kecamatan harus dihukum, karena kasihan yang sekedar ikut-ikutan, katanya. 43 Pasal yang dimaksud dalam pernyataan diatas adalah Undang-Undang Nomor 1 PNPS 1965, nomor 5 tahun 1968 mengenai pencegahan penyalahgunaan danatau penodaan agama dan pasal 156 a yang berbunyi: Dipidana dengan pidana penjara selama-lamanya lima tahun barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan: a. yang pada pokoknya bersifat permusuhan, penyalah-gunaan atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia; b. dengan maksud agar supaya orang tidak menganut agama apapun juga, yang bersendikan ke-Tuhanan Yang Maha Esa. 44 Sementara itu, pada paragraf selanjutnya juga dijelaskan mengenai para pimpinan Gafatar yang dinilai melanggar pasal penipuan, karena dianggap menipu para pengikut Gafatar hingga harus kehilangan harta bendanya untuk bergabung dengan Gafatar, yang tertuang dalam pasal KUHP nomor 378 tentang tindak penipuan yang berbunyi: ”Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 empat tahun. 45 42 “MUI Minta Pemerintah Segera Proses Hukum Pimpinan Gafatar”, Republika Online, 4 Februari 2016, Paragraf 4. 43 “MUI Minta Pemerintah Segera Proses Hukum Pimpinan Gafatar”, Republika Online, 4 Februari 2016, Paragraf 5. 44 http:kemenag.go.idfiledokumenUU1PNPS65.pdf . Diakses pada 4 Juli 2016 pukul 10:15. 45 http:hukum.unsrat.ac.iduukuhpidana.htm . Diakses pada 4 Juli 2016 pada pukul 10:40 Pada bahasan selanjutnya dijelaskan bahwasanya MUI sudah menghimbau kepada masyarakat di Jatim agar mau menerima kembali para eks Gafatar dan tidak mengucilkan mereka. Sementara proses terapi dan pemberian arahan kepada eks Gafatar sudah dilakukan dan masih terus berlangsung agar mereka kembali kepada aqidah yang benar yang tertuang dalam paragraf terakhir teks berita seperti berikut: Mengenai banyak warga Jatim yang menolak eks-Gafatar, Yunus mengatakan MUI sudah menghimbau masyarakat untuk menerima kembali mereka. Dan proses terapi untuk mengembalikan mereka kepada aqidah yang benar terus berlangsung. 46

b. Pelibat Wacana