kurang penting.
47
Dalam kalimat tersebut Muhammad Yunus meminta pemerintah mengusut tuntas para pimpinan Gafatar mulai dari pimpinan pusat
hingga ke ranah kecamatan-kecamatan dan segera memproses hukum.
C. Analisis Perbandingan Pemberitaan Detik.com dan Republika Online
Dari keseluruhan berita yang dianalisis, seluruh berita tersebut memiliki news value nilai berita yang tinggi dan layak untuk dijadikan
berita. Diantaranya mencakup Prominence, yakni menyangkut tokoh-tokoh terkenal yang dikutip dalam pemberitaan. Lalu selanjutnya mengandung
unsur progress, yaitu membuat masyarakat menunggu kelanjutan akan perkembangan berita tersebut. Selain itu, sangat mengandung unsur emotion
yakni kejadian dalam berita tersebut mengandung kemarahan, kesedihan, kebencian serta empati.
Detik.com dan Republika Online tentu berbeda dalam memandang
suatu peristiwa. Hal yang paling mendasarinya adalah perbedaan ideologi masing-masing media. Selain itu juga memiliki perbedaan dalam pemilihan
narasumber serta pemilihan gaya bahasa yang digunakan. Dari total delapan teks berita yang dianalisis, menggunakan analisis Semiotika Sosial M.A.K
Halliday dengan unsur Medan Wacana Field of Discourse, Pelibat Wacana Tenor of Discourse dan Sarana Wacana Mode of Discourse maka
diperoleh perbandingan sebagai berikut.
47
Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h. 161.
Tabel 4.10 Analisis Perbandingan Pemberitaan
Detik.com dan Republika Online Analisis
Semiotika Sosial Detik.com
Republika Online Medan Wacana
Field of Discourse
Persoalan Gafatar merupakan persoalan
hukum yang menjadi tanggungjawab
pemerintah.
Perlindungan para eks Gafatar merupakan
tanggung jawab pemerintah.
Persoalan Gafatar merupakan persoalan
hukum yang menjadi tanggungjawab
pemerintah.
Perlindungan kepada para eks Gafatar merupakan
tanggung jawab pemerintah dan para tokoh
agama.
Pelibat Wacana Tenor of
Discourse Narasumber:
KH. Ma‟Aruf Amin Ketua Umum MUI
Hasanuddin AF Ketua Fatwa MUI
Lukman Hakim Saifuddin Mentri Agama RI
Luhut Binsar Panjaitan Menkopolhukam
Taufik Kurniawan Wakil Ketua DPR RI
Yang disebut dalam teks: Ahmad Musadeq
Pimpinan Gafatar
Narasumber: KH. Maaruf Amin Ketua
Umum MUI Lukman Hakim Saifuddin
Mentri Agama RI Nasaruddin Umar Imam
Besar Masjid Istiqlal Muhammad Yunus
Sekertaris MUI Jawa Timur
Yang disebut dalam teks:
Ahmad Musadeq Pimpinan Gafatar
Sarana Wacana Mode of
Discourse
Banyak melakukan pengutipan langsung
pernyataan Narasumber.
Majas Paralelisme Tautologi, Sinestesia,
Klimaks dan Retoris. Banyak melakukan
pengutipan tidak langsung pernyataan narasumber.
Majas Paralelisme Tautologi, Epitet,
Antifrasis dan Klimaks.
Dilihat berdasarkan analisis semiotika sosial M.A.K Halliday, pada aspek medan wacana field of discourse, secara garis besar Detik.com dan
Republika Online mewacanakan kasus Gafatar ini menjadi tiga poin utama.
Pertama, Gafatar merupakan aliran sesat dan menyesatkan. Dalam
mewacanakan hal tersebut, Detik.com dan Republika Online menggunakan fatwa MUI sebagai rujukan utama dalam setiap teks beritanya.
Kedua, para eks Gafatar atau para mantan pengikut Gafatar
merupakan korban dari keberadaan Gafatar, sedangkan para pimpinan dan pengurus adalah pelaku yang harus diproses hukum. Kedua media ini
menganggap bahwa para eks Gafatar merupakan korban aliran sesat yang telah dirugikan atas kehadiran Gafatar, sedangkan para pimpinan dan
pengurus Gafatarlah sebagai pelaku yang menyebabkan masyarakat terjerumus dan memilih bergabung menjadi anggota.
Ketiga, dalam teks beritanya, Detik.com memberikan aksentuasi serta
penonjolan bahwa kasus Gafatar ini merupakan persoalan hukum yang menjadi tanggungjawab pemerintah dalam melindungi para eks Gafatar serta
memproses hukum para pimpinan dan pengurus Gafatar. Sama halnya dengan Detik.com
, dalam teks beritanya Republika Online juga memaknai kasus ini sebagai persoalan hukum yang harus diselesaikan oleh pemerintah, meskipun
porsi penonjolan mengenai hal tersebut tidak sebesar dengan apa yang dilakukan Detik.com. Perbedaan yang signifikan adalah Republika Online
menaruh perhatian khusus kepada para Ulama atau tokoh-tokoh agama Islam di Indonesia. Mereka dianggap memiliki tanggung jawab untuk berperan aktif
dalam merangkul dan mengayomi umat Islam atas kasus aliran sesat
semacam Gafatar ini, bukan hanya pemerintah saja karena kasus ini berkaitan dengan Umat Islam.
Pada bahasan selanjutnya mengenai aspek pelibat wacana tenor of discourse
, Detik.com dan Republika Online melibatkan narasumber- narasumber yang berkaitan dalam pembentukan wacana mereka terhadap
kasus ini. Detik.com dan Republika Online mengutip pernyataan dari sumber- sumber yang legitimate dan kompeten dibidangnya sesuai dengan masing-
masing pandangan kedua media tersebut. Detik.com yang mewacanakan persoalan ini sebagai persoalan hukum dan tanggung jawab pemerintah
mewawancarai pihak-pihak yang terkait dengan hal tersebut untuk menguatkan pandangannya seperti Menkopolhukam dan wakil ketua DPR.
Sedangkan Republika Online dengan pandangannya melibatkan Imam Besar Masjid Istiqlal dalam beritanya.
Pada aspek sarana wacana mode of discourse, secara keseluruhan kedua media ini dalam teks beritanya menggunakan gaya bahasa yang
informatif, lugas, dan tidak provokatif. Masing-masing media menonjolkan pandangannya yang dituangkan kedalam teks berita. Pengambilan kutipan
langsung yang dilakukan oleh Detik.com terhadap pernyataan yang disampaikan oleh para narasumber mencoba membangun wacana yang
ditampilkan dalam teks berita. Lain halnya dengan yang dilakukan oleh Republika Online
. Dalam teks beritanya, Republika Online seringkali menggunakan pengutipan tidak langsung. Banyak improvisasi dalam
menuliskan pernyataan yang disampaikan narasumber, serta Republika Online
turut melibatkan pandangannya dalam teks berita tersebut.
128
BAB V PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah melalui proses analisis teks berita di Detik.com dan Republika Online
terkait dengan pemberitaan aliran sesat Gafatar menggunakan analisis semiotika sosial M.A.K Halliday, peneliti menyimpulkan hasil penelitian ini
kedalam tiga tipologi wacana sebagai berikut. Pada aspek medan wacana field of discourse Detik.com dan Republika
Online manyatakan Gafatar sebagai aliran sesat dan menyesatkan dengan merujuk
pada fatwa MUI yang menjadi acuan dasar. Selanjutnya, kedua media tersebut mewacanakan bahwa para eks Gafatar merupakan korban dari kemunculan
Gafatar, sedangkan para pimpinan dan pengurus Gafatar adalah pelaku yang harus diproses secara hukum. Sementara itu, Detik.com memaknai kasus ini sebagai
persoalan hukum yang menjadi kewajiban dan tanggung jawab pemerintah. Serupa dengan Detik.com, namun Republika Online menaruh perhatian khusus
kepada para Ulama atau tokoh-tokoh Agama Islam di Indonesia sebagai pihak yang juga bertanggung jawab mengayomi umat.
Pada aspek pelibat wacana tenor of discourse, tanda-tanda dapat dibaca dari dilibatkannya sumber-sumber yang kompeten untuk menguatkan pewacanaan
di masing-masing media tersebut. Pada aspek sarana wacana mode of discourse, Detik.com dan Republika
Online menggunakan gaya bahasa yang informatif, lugas dan tidak provokatif
dalam pemberitaan Gafatar ini. Perbedaan diantara keduanya adalah Detik.com lebih banyak menggunakan kutipan langsung terhadap pernyataan narasumber,