dengan Pierce dalam mengartikan interpretan sebagai suatu peristiwa psikologis dalam pikiran interpreter.
10
Selanjutnya, Eco mengungkapkan bahwa pada dasarnya semiotika sebuah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
berdusta dan menegaskan bahwa semiotika adalah teori dusta. Menurutnya tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran sekaligus juga untuk
menyatakan kebohongan. Meskipun aneh, namun definisi tersebut secara langsung menegaskan betapa sentralnya konsep dusta dalam wacana
semiotika, sehingga dusta tampak menjadi prinsip semiotika.
11
2. Macam-macam Analisis Semiotika
Menurut Pateda dikutip Alex Sobur sekurang-kurangnya terdapat Sembilan macam semiotik yang kita kenal saat ini, diantaranya yaitu:
12
a Semiotik
analitik, yakni semiotik yang menganalisis sistem tanda. b Semiotik deskriptif
, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita alami sekarang, namun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang. c Semiotik faunal zoosemiotic, yaitu semiotik yang secara khusus memperhatikan sistem tanda yang dihasilkan oleh
hewan. d Semiotik kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem
10
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h. 109-110.
11
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Analisis Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi,
h. 24-25.
12
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h. 100-101.
tanda yang berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. e Semiotik naratif
, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda di dalam sebuah narasi yang berwujud mitos dan cerita lisan. f Semiotik natural, yaitu semiotik
yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh alam. g Semiotik Normatif
, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud norma-norma. h Semiotika Sosial,
yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun
lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosial menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa. i
Semiotik Struktural , yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda
yang dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
3. Semiotika Sosial M.A.K Halliday
Banyak sekali kerangka analisis semiotika yang dapat digunakan dengan kesulitan masing-masing dan harus disesuaikan dengan teks yang
akan diteliti. Namun, untuk lebih mudahnya, bila ingin mengupas makna dibalik sebuah iklan dan ingin melihat konotasi dan mitos yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut, maka sebaiknya menggunakan model semiotika Pierce atau Roland Barhes. Namun bila ingin melihat sejauh
mana wartawan memaknai sebuah peristiwa yang ada dalam pemberitaan,
maka lebih cocok menggunakan kerangka atau model semiotika sosial M.A.K Halliday yang lebih sederhana.
13
Semiotika sosial merupakan bagian dari metode analisis wacana. Metode analisis wacana sebagai metodologi penelitian sendiri terbagi atas
beragam metode analisis wacana, baik sebagai Critical Discourse Analysis CDA maupun sebagai analisis teks. Metode analisis wacana sebagai
CDA kita kenal berbagai model seperti CDA model Norman Fairclough atau CDA Ruth Wodak. Sedangkan metode analisis wacana sebagai
analisis teks terdiri dari semiotika, analisis sosiologis, analisis marxis, psikoanalisis, analisis framing dan analisis semiotika sosial.
14
Seperti halnya dalam analisis wacana, pada umumnya ada tiga jenis masalah yang hendak diulas dalam analisis semiotik.
15
Yang pertama adalah masalah makna the problem of meaning yaitu cara seseorang
memahami sebuah pesan, dan bagaimana struktur yang terkandung dalam pesan tersebut. Kedua, masalah tindakan the problem of action yaitu
pengetahuan bagaimana memperoleh sesuatu melalui pembicaraan. Ketiga, masalah koherensi problem of coherence yaitu cara membentuk suatu
pola pembicaraan agar masuk akal dan dapat dipahami.
13
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Analisis Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi
h. 29-30.
14
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 79.
15
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h. 148.
Semiotika sosial dijelaskan dalam buku Michael Alexander Kirkwood Halliday M.A.K Halliday yang berjudul Language Social
Semiotic sebagai semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata, maupun lambang berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat.
16
Dengan kata lain, semiotika sosial ini dapat digunakan sebagai metode untuk menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
Pandangan Halliday yang pertama adalah bahasa sebagai semiotika sosial. Hal ini berarti bahwa bentuk-bentuk bahasa adalah representasi
dunia yang dikonstruksikan secara sosial. Dalam hal ini istilah semiotik digunakan untuk memberi batasan terhadap sudut pandang yang digunakan
untuk melihat bahasa, yakni bahasa sebagai salah satu dari sejumlah sistem makna yang bersama-sama membentuk budaya manusia.
17
Halliday menekankan bahwa bahasa adalah sebuah produk sosial. Tidak ada bahasa yang vakum sosial, namun selalu berhubungan erat
dengan aspek sosial. Bahasa sebagai semiotik sosial, dapat diartikan sebagai menafsirkan bahasa dalam konteks sosiokultural, tempat
kebudayaan tersebut ditafsirkan dalam terminologis semiotik sebagai sebuah sistem informasi. Dalam bahasan yang lebih jelas, bahasa itu tidak
berisi kalimat- kalimat, namun bahasa itu berisi “teks” atau “wacana”, yang
16
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
. h. 101.
17
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis.” Bahasa dan Seni, Tahun 36, Nomor I Februari 2008, h.2
dapat diartikan sebagai pertukaran makna exchange of meaning dalam konteks interpersonal. Mengkaji bahasa pada hakikatnya adalah mengkaji
teks atau wacana.
18
Teks dalam pandangan Halliday dimaknai secara dinamis. Teks dimaknai sebagai bahasa yang berfungsi yang melaksanakan tugas dalam
konteks situasi. Maka bahasa hidup yang berkaitan dengan konteks situasi dimaknai sebagai teks. Teks, sebagaimana telah dikemukakan, adalah
suatu contoh proses dan hasil dari makna sosial dalam konteks situasi tertentu.
19
Terkait teks, Halliday memberikan penjelasan sebagai berikut terhadap teks. Pertama, Teks merupakan pilihan semantik dalam konteks
sosial yakni suatu cara pengungkapan makna lewat bahasa lisan atau tulis.
20
Teks tidak didefinisikan dari ukuran. Meskipun teks dapat diartikan sebagai sesuatu diatas kalimat, namun bagi Halliday itu merupakan salah
tunjuk pada kualitas teks. Dalam kenyataannya kalimat-kalimat itu lebih merupakan realisasi teks daripada merupakan sebuah teks tersebut. Kita
tidak bisa merumuskan teks itu lebih besar atau lebih besar daripada kalimat atau klausa. Sebuah teks tidak tersusun dari kalimat-kalimat atau
klausa tetapi direalisasikan dari kalimat-kalimat.
18
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis.”, h.2.
19
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam pandangan semiotik sosial.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1992, h. 13-15.
20
M.A.K Halliday, Language as Social Semiotic. The Interpretation of Language and Meaning
London: Edward Arnold, 1978, h. 135.
Kedua, teks dapat memproyeksikan makna kepada level yang lebih
tinggi, yang kemudian disebut Halliday dengan istilah latar depan foreground.
21
sebuah teks juga merupakan realisasi dari level yang lebih tinggi dari interpretasi, kesastraan, sosiologis, psikoanalitis, dan
sebagainya yang dimiliki oleh teks itu, selain dapat direalisasikan dalam level-level sistem lingual yang lebih rendah seperti sistem leksikogramatis
dan fonologis. Ketiga
, teks merupakan sebuah peristiwa sosiologis, yakni bertemunya semiotik melalui makna-makna yang berupa sistem sosial
yang saling dipertukarkan yang bisa disebut sebagai proses
sosiosemantis.
22
Individu masyarakat adalah seorang pemakna meaner melalui tindakan pemaknaan bersama individu lainnya kemudian realitas
diciptakan, dijaga terus menerus dan dimodifikasi. Karena pada intinya esensi teks adalah adanya interaksi. Dalam pertukaran makna tersebut
terjadilah perjuangan semantik antara individu yang terlibat. Karena perjuangan tersebut maka makna selalu bersifat ganda. Dengan demikian
pilihan bahasa merupakan perjuangan untuk memilih kode-kode bahasa tertentu.
21
M.A.K Halliday, Language as Social Semiotic. The Interpretation of Language and Meaning,
h. 137.
22
M.A.K Halliday, Language as Social Semiotic. The Interpretation of Language and Meaning,
h. 139.
Keempat , situasi adalah faktor penentu teks. Perubahan dalam
sistem sosial akan direfleksikan dalam teks dan situasi menentukan bentuk dan makna teks karena menurut Halliday makna adalah sistem sosial.
23
Dalam pandangan Halliday, teks selalu diliputi oleh dua konteks yakni konteks situasi dan budaya. Ini berarti bahwa teks selalu menyatu
dalam konteks nya baik dari pembentukan maupun pemahaman. Inilah yang kemudian berpengaruh terhadap cara pandang terhadap wacana.
Wacana adalah teks dalam konteks bersama-sama. Wacana diproduksi, dimengerti lalu ditafsirkan dalam konteks tertentu. Titik perhatian analisis
wacana adalah menggambarkan teks dan konteks secara bersama dalam suatu proses komunikasi. Tidak ada tindakan komunikasi tanpa partisipan,
antar teks, situasi karena bahasa selalu berada dalam konteks.
24
Dengan demikian, semiotika sosial itu sendiri merupakan suatu pendekatan yang memberi tekanan pada konteks sosial, yaitu pada fungsi
sosial yang menentukan bentuk bahasa. Perhatian utamanya terletak pada hubungan antara bahasa dengan struktur sosial dengan memandang
struktur sosial sebagai satu segi dari sistem sosial.
25
Dalam menganalisis wacana menggunakan pendekatan semiotika sosial M.A.K Halliday, ada tiga unsur yang menjadi pusat perhatian
23
M.A.K Halliday, Language as Social Semiotic. The Interpretation of Language and Meaning,
h. 141.
24
Anang Santoso, “Jejak Halliday dalam Linguistik Kritis dan Analisis Wacana Kritis.”, h. 12.
25
M.A.K Halliday dan Ruqaiya Hasan, Bahasa, Konteks, dan Teks: Aspek-aspek Bahasa dalam pandangan semiotik social, h. 5.
penafsiran teks secara kontekstual. Ketiga unsur tersebut kemudian yang akan menjadi teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis teks
pemberitaan di media massa pada penelitian ini. Ketiga unsur tersebut adalah:
26
1. Medan Wacana Field of Discourse yaitu menunjuk pada hal yang
sedang terjadi atau sedang berlangsung. Apa yang dijadikan wacana oleh pelaku yang dalam konteks ini adalah media massa online
mengenai sesuatu yang sedang terjadi di lapangan peristiwa. 2.
Pelibat Wacana Tenor of Discourse yaitu menunjuk kepada orang- orang yang dicantumkan dalam teks berita tersebut, atribut dan
kedudukan sosial mereka. Dengan kata lain, siapa saja yang dikutip dalam teks berita dan bagaimana sumber tersebut digambarkan sifatnya.
3. Sarana Wacana Mode of Discourse yaitu menunjuk pada sarana yang
digunakan yakni bagian yang diperankan oleh bahasa. Bagaimana media massa sebagai komunikator menggunakan gaya bahasa untuk
menggambarkan medan situasi dan pelibat yang dikutip dalam teks berita. Apakah menggunakan bahasa yang diperhalus atau vulgar.
26
Alex Sobur, Analisis Teks Media: Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h. 148.
B. Konseptualisasi Pemberitaan