20
BAB II KERANGKA TEORITIS
A. Semiotika Sosial
1. Pengertian Semiotika
Secara etimologis istilah semiotik berasal dari bahasa Yunani semeion
yang berarti tanda, sedangkan secara terminologis, merupakan ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa dan
seluruh kebudayaan sebagai tanda.
1
Secara singkat semiotika dapat diartikan sebagai sebuah studi mengenai tanda signs. Sebagai suatu
metode dari ilmu pengetahuan sosial, semiotika memahami dunia sebagai sistem hubungan yang memiliki unit dasar yang disebut sebagai
„tanda‟.
2
Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika ini adalah „tanda‟
yang diartikan sebagai suatu stimulus yang mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri.
3
Tradisi semiotika mencakup teori utama mengenai bagaimana tanda mewakili objek, ide, situasi, keadaan perasaan dan
sebagainya yang berada di luar diri. Sedangkan makna atau arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda. Jadi secara singkat
semiotika dapat disebut sebagai studi yang membahas dan mengkaji
1
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h. 95.
2
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing,
h.87.
3
Morissan, Teori Komunikasi Individu Hingga Massa Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2013, h. 32.
mengenai tanda dan bagaimana tanda tersebut dihubungkan dengan makna.
Membahas Semiotika tentu tidak bisa dilepaskan dari pembahasan tanda yang dikemukakan oleh seorang ahli filsafat dari abad sembilan
belas, yakni Charles Sanders Pierce. Teori dari Pierce sering dianggap sebagai grand theory dalam semiotika karena gagasan Pierce bersifat
menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan yang ada.
4
Ia mendefinisikan semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda, objek dan makna. Pierce mengatakan bahwa representasi dari suatu objek
merupakan interpretant. Tanda mewakili objek referent yang ada di dalam pikiran orang yang menginterpretasikannya interpreter.
Sign
Interpretant Object Gambar 1: Elemen Makna Pierce
Dalam studi media massa, semiotik tak hanya terbatas sebagai kerangka teori namun sebagai metode analisis. Misalnya, kita dapat
menjadikan teori segitiga makna triangle meaning Pierce yang terdiri
4
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Analisis Praktis bagi Penelitian dan Skripsi Komunikasi
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2013, h. 17.
atas sign tanda, object objek dan interpretan interpretant. Menurut pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Objek adalah sesuatu yang
dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. ketika elemen makna
itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang hendak dibahas oleh
segitiga makna adalah persoalan tentang bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda tersebut digunakan orang saat berkomunikasi.
5
Pierce membagi tanda kedalam tiga jenis, yakni icon ikon, index indeks, dan symbol simbol.
6
Ikon dapat diartikan sebagai tanda yang hubungan antara penanda dan petandanya mengandung kemiripan. Indeks
adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan antara tanda dan petandanya yang bersifat timbal balik. Sedangkan simbol dapat dimaknai
sebagai tanda yang bersifat arbiter dan konvensional serta menunjukkan
hubungan yang alamiah antara penanda dan petanda.
Selain Pierce, ranah semiotika modern juga mengenal tokoh Ferdinand de Saussure. Keduanya memiliki perbedaan-perbedaan penting,
terutama dalam penerapan konsep-konsep antara hasil karya yang berkiblat pada Pierce dan pengikut Saussure di pihak lain. Ketidaksamaan tersebut
terjadi karena perbedaan mendasar yakni Pierce yang notabene seorang ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh linguistik
5
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h. 115
6
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, h. 41-42.
umum. Perbedaan inilah yang kemudian memunculkan istilah semiologi
bagi Saussure.
Pemikiran yang paling penting menurut Saussure tentang pandangannya mengenai tanda dalam konteks semiotik adalah dengan
melakukan perbandingan mengenai apa yang disebut dengan signifier penanda dan signified petanda. Signifier dapat diartikan sebagai aspek
material yakni sesuatu yang bermakna seperti sesuatu yang dapat ditulis atau dibaca. Signified yakni aspek mental dari bahasa atau gambaran
mental dari signifier dan dalam proses memberi makna tersebut disebut dengan signification.
7
Selanjutnya, pokok pikiran penting lain yang diwariskan oleh Saussure adalah mengenai cikal bakal strukturalisme yang kita kenal saat
ini. Pokok pikiran utamanya adalah pada beberapa pasangan konsep seperti konsepnya tentang bahasa yakni pasangan langue dan parole.
Berkenaan dengan langue ini, menurut Komarudin Hidayat dikutip Alex Sobur dimaknai sebagai abstraksi dan artikulasi bahasa pada tingkat
sosial budaya, sedangkan parole dimaknai sebagai ekspresi bahasa pada tingkat individu. Kedua, mengenai pendekatan dalam linguistik yakni
sinkronik dan diakronik. Lalu yang ketiga tentang konsepnya mengenai penanda dan petanda.
8
7
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h.125.
8
Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik dan Analisis Framing
, h.111-113.
Sebagai penerus pemikiran Saussure, Roland Barthes mengadaptasi pemikiran Saussure dengan membuat model sistematis dalam menganalisa
makna dari tanda-tanda. Fokus utamanya adalah gagasan mengenai signifikansi dua tahap two order of signification. Signifikansi tahap
pertama merupakan hubungan antara signifier dan signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal yang kemudian disebut Barthes
sebagai denotasi yakni makna paling nyata dari tanda. Konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukkan signifikansi tahap
kedua. Konotasi memiliki makna subjektif yang menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari
pembaca serta nilai-nilai kebudayaannya. Secara singkat denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap objek, sedangkan konotasi adalah
bagaimana menggambarkannya. Selanjutnya, pada signifikansi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja melalui mitos myth
mitos dipahami sebagai upaya bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam.
9
Sementara itu, tokoh semiotik lainnya, Umberto Eco mengkritisi berbagai pandangan mengenai semiotik lebih lanjut. Menurutnya berbagai
pandangan yang diberikan oleh Pierce lebih luas dan secara semiotik lebih berhasil. Semiotik bagi Pierce merupakan suatu tindakan, pengaruh atau
kerjasama tiga subjek yakni tanda, objek dan interpretan, Eco sepakat
9
John Fiske, Introduction to Communication Studies London: Methuen Co.Ltd, 1990, second edition. h. 88.
dengan Pierce dalam mengartikan interpretan sebagai suatu peristiwa psikologis dalam pikiran interpreter.
10
Selanjutnya, Eco mengungkapkan bahwa pada dasarnya semiotika sebuah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
berdusta dan menegaskan bahwa semiotika adalah teori dusta. Menurutnya tanda dapat digunakan untuk menyatakan kebenaran sekaligus juga untuk
menyatakan kebohongan. Meskipun aneh, namun definisi tersebut secara langsung menegaskan betapa sentralnya konsep dusta dalam wacana
semiotika, sehingga dusta tampak menjadi prinsip semiotika.
11
2. Macam-macam Analisis Semiotika