Teknis Penulisan Berita Konseptualisasi Pemberitaan

7. Emotion, yaitu yang sering dikenal dengan sebutan human interest, yakni kisah yang menyentuh nilai kemanusiaan di dalamnya seperti kesedihan, kemarahan, simpati, cinta dan sebagainya. 8. Prominence, yaitu berkaitan dengan unsur keterkenalan seseorang, tokoh maupun orang-orang penting di dalam berita. 9. Suspense, yaitu berkaitan dengan sesutau peristiwa yang ditunggu- tunggu oleh masyarakat. 10. Progress, yaitu berkaitan dengan perkembangan sebuah peristiwa.

3. Teknis Penulisan Berita

Dalam penulisan berita, wartawan kerap menggunakan bahas ajurnalistik sesuai dengan karakter atau gaya tulisannya. Bahasa jurnalistik merupakan salah satu ragam bahasa kreatif yang digunakan kalangan pers dalam penulisan di media massa yang juga kerap disebut bahasa pers. Dalam penulisan di media massa, bahasa jurnalistik juga disesuaikan dengan jenis beritanya. Kini bahasa jurnalistik mulai beragam digunakan untuk menulis berita ekonomi, politik, tajuk rencana dan lainnya disesuaikan dengan angle tulisan, sumber berita dan keterbatasan media massa. 33 Dalam penggunaannya, menurut J.S badudu yang dikutip Eni Setiati, bahasa jurnalistik memiliki cirri khas tersendiri diantaranya adalah 33 Eni Setiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Yogyakarta: Andi Offset, 2005, h. 86-87. singkat, padat, sederhana, jelas, lugas dan menarik. Serta tetap berpedoman pada kaidah bahasa Indonesia yang baku. 34 Dalam kaidah penulisan berita dikenal teknik penulisan yang sering digunakan yakni teknik penulisan piramida terbalik. Suatu teknik penulisan yang dalam konteks menulis berita harus dimulai dari hal yang terpenting dengan porsi yang lebih banyak hingga mengerucut kebawah dengan menuliskan hal-hal yang kurang penting atau sebagai pelengkap dengan porsi yang lebih sedikit. Bentuk piramida terbalik ini membuat jurnalis harus segera mengurutkan laporan beritanya. bagian atasnya lebar, bagian bawahnya kemudian menyempit. Isi berita ditekankan pada bagian awal, selanjutnya semakin ke bawah menuju bagian akhir semakin tidak penting dengan sisipan keterangan. Bagian yang paling atas merupakan ruang penulis untuk ringkasan isi berita summary statement, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan, yakni pengembangan detil-detil, fakta dan sebagainya. 35 34 Eni Seiati, Ragam Jurnalistik Baru dalam Pemberitaan Yogyakarta: Andi Offset, 2005 h. 87. 35 Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h.22-23. Sangat Penting Penting Tidak Penting Gambar 2: Piramida Terbalik Pemberitaan Kemampuan seorang jurnalis dalam menulis berita diuji pada bagian lead ini. Karena lead merupakan paragraf awal atau pembukaan yang meringkas keseluruhan isi berita. Apabila dalam lead ini penulisannya dianggap tidak menarik, maka jangan harap isi berita akan dibaca. Karena dengan membaca dua paragraph di awal saja pembaca bisa mengetahui inti informasi tersebut. Sehingga jika isinya menarik tentu pembaca akan membaca berita secara keseluruhan. Beberapa manfaat dari teknik penulisan piramida terbalik ini antara lain: Pertama, nilai sebuah berita dapat langsung ditulis tanpa mengunakan penjelasan yang lebih panjang atau detail, sehingga secara singkat pembaca dapat memahami dari isi berita tanpa harus membaca keseluruhan isi berita. Kedua, keterbatasan kolom atau ruang memudahkan redaktur atau editor untuk menyederhanakan panjang tulisan berita. 36 36 Suhaemi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, h.27. Dalam teknik penulisan ini, ringkasan pesannya haruslah mengandung kelengkapan informasi yang mencakup unsur-unsur pemberitaan yakni menggunakan formula penulisan 5W+1H, yaitu: 37 1. Who. Berita harus mengandung unsur siapa. Sebuah berita harus menyebutkan sumber yang jelas. Sumber siapa tersebut bisa mengacu kepada individu, kelompok, lembaga dan sebagainya. Karena kita tidak boleh membuat sebuah berita yang tidak jelas sumbernya yang akan memunculkan keraguan akan kebenaran berita tersebut. 2. What. Setelah mengetahui sumber berita, selanjutnya penting untuk mengetahui apa yang dikatakannya, who to say what. Dengan kata lain, apa adalah mencari tahu hal yang menjadi topik berita tersebut. Jika menyangkut suatu peristiwa atau kejadian, yang menjadi apa adalah kejadian atau peristiwa itu. 3. Where. Berita juga harus merujuk pada tempat kejadian; dimana terjadinya peristiwa tersebut. 4. When. Unsur penting berikutnya yang harus terkandung dalam isi berita adalah kapan terjadinya peristiwa tersebut. 5. Why. Kelengkapan unsur sebuah berita harus dapat menjelaskan mengapa peristiwa tersebut sampai terjadi. Hal ini berkaitan dengan tujuan untuk memenuhi rasa ingin tahu pembaca mengenai penyebab terjadinya suatu peristiwa. Setiap peristiwa tidak pernah terjadi begitu saja dan selalu punya alasan mengapa bisa terjadi. Alasan mengapa 37 Sedia Willing Barus, Jurnalistik; Petunjuk Teknis Menulis Berita, h.36. sampai terjadi juga perlu disampaikan atau dijelaskan kepada pembaca demi memenuhi rasa ingin tahunya. 6. How. Bagaimana terjadinya suatu peristiwa juga sangat dinantikan oleh pembaca. Masyarakat yang sudah mengetahui mengapa suatu peristiwa terjadi tentu akan menuntut lebih jauh tentang bagaimana persisnya peristiwa tersebut terjadi.

C. Media Online