Kami akan koordinasi dengan pemerintah. Mohon masyarakat muslim agar tidak mengucilkan eks Gafatar. Mereka ini para eks
Gafatar wajib dilindungi pemerintah, sebut Hasanudin.
4
Dalam alinea terakhir, pengambilan kutipan langsung terhadap pernyataan yang dikeluarkan oleh Hasanudin AF menegaskan secara eksplisit
bahwasanya Detik.com menganggap persoalan Gafatar ini merupakan pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan pemerintah. Kelanjutan nasib
serta perlindungan terhadap para eks Gafatar ini merupakan kewajiban pemerintah.
b. Pelibat Wacana
Dari sisi pelibat wacana, sumber-sumber yang legitimate dikutip atau disebut Detik.com dalam berita edisi ini untuk menunjukkan bahwa berita ini
penting sebagai bukti kesesatan Gafatar. Yang pertama adalah KH. Ma‟ruf
Amin yang merupakan Ketua Umum Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia MUI saat ini.
Ma‟ruf Amin terpilih menjadi Ketua Umum Dewan Pimpinan MUI Pusat masa bakti 2015-2020 menggantikan ketua umum
sebelumnya Din Syamsudin. Pada berita ini Ma‟ruf Amin sebagai Ketua MUI
yang menyampaikan fatwa kepada masyarakat perihal kesesatan Gafatar. Selanjutnya, yang kedua adalah Ahmad Musadeq. Ahmad Musadeq
merupakan pimpinan dari Al-Qiyadah Al Islamiyah, sebuah organiasai yang difatwa sesat oleh MUI pada tanggal 4 Oktober 2007. Ahmad Musadeq
kemudian divonis 4 tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2008 atas pasal penodaan agama. Setelah itu, Ahmad Musadeq
4
“MUI: Gafatar Sesat dan Menyesatkan”, Detik.com, 3 Februari 2016, Paragraf 5.
dianggap masih menyebarkan ajarannya, yaitu sebagai pimpinan komunitas Milah Abraham dan juga yang terakhir sebagai pemimpin Gerakan Fajar
Nusantara Gafatar. Dalam berita ini, Ahmad Musadeq disebutkan dan terlibat dalam teks berita karena keterkaitannya dengan Gafatar serta
keterkaitannya dengan ajaran dan gerakan sesat lainnya yang juga dipimpin olehnya.
Ketiga adalah Hasanudin AF yang merupakan Ketua Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia. Dalam berita ini Hasanudin AF memberikan
himbauan kepada masyarakat yang menjalankan paham Gafatar agar kembali kepada ajaran Islam yang benar. Serta mengatakan bahwa MUI akan
berkoordinasi dengan pemerintah terkait hal tersebut.
c. Sarana Wacana
Dari sisi sarana wacana atau penggunaan gaya bahasa, berita ini menggunakan kata-kata yang mencoba melegitimasi bahwa Gafatar
merupakan aliran sesat dengan merujuk pada putusan fatwa MUI. Sementara itu, contoh kalimat yang dapat dikaji dengan majas yang terdapat dalam berita
edisi ini adalah majas paralelisme tautologi yang terdapat dalam kutipan “Karena dia, yang pertama reinkarnasi, metamorfosis dari Alqiyadah
Islamiyah”.
Majas paralelisme tautologi dapat diartikan sebagai penegasan dengan menggunakan kata yang sejajar atau kelompok kata penegasan dengan
pengulangan kata, kelompok kata atau sinonimnya.
5
Kata „reinkarnasi‟ dan „metamorfosis‟ merupakan kedua kata yang bermakna sama, yang mencoba
menggambarkan bahwa Gafatar merupakan perwujudan baru dari Al Qiyadah Al Islamiyah.
Sementara itu, pada kalimat “...Mereka ini para eks Gafatar wajib
dilindungi pemerintah...” Pengambilan kutipan langsung dalam teks berita tersebut,
Detik.com berupaya
memberikan aksentuasi
bahwasanya perlindungan terhadap para mantan pengikut Gafatar ini merupakan
kewajiban pemerintah.
2. Analisis Pemberitaan tanggal 3 Februari 2016 “Menag Segera