Medan Wacana Analisis Pemberitaan tanggal 4 Februari 2016 “Umat Islam Dinilai

bertanggung jawab dalam kekeliruan tersebut. Paragraf 4 agama. Pelibat Wacana Tenor of Discourse 1. Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal; Ulama yang menyampaikan pendapat perihal kemunculan aliran sesat Gafatar Sarana Wacana Mode of Discourse “...panutan yang mengajarkan ajaran menyimpang” Majas Antifrasis

a. Medan Wacana

Mengenai aspek dalam medan wacana, wacana yang coba dikemukakan oleh Republika Online dalam berita kali ini adalah umat Islam saat ini yang dinilai krisis panutan. Hal tersebut dinilai menjadi alasan utama banayaknya umat Islam yang tergoda menjadi pengikut Gafatar. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin umar yang tertuang dalam kutipan berikut: REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin Umar mengatakan, banyaknya umat Islam yang tergoda masuk Gerakan Fajar Nusantara Gafatar akhir-akhir ini disebabkan karena umat Islam sekarang sedang krisis panutan. Sebenarnya umat Islam saat ini sedang krisis panutan, katanya, Rabu 32 34 Ia mengatakan, saat muncul seorang figur asing yang tidak cinta terhadap materi, jabatan, uang, popularitas, akan membuat umat tersebut mengikutinya. Padahal, kata dia, mereka tidak tahu bahwa yang diikuti tersebut sesungguhnya adalah panutan yang mengajarkan ajaran menyimpang. 35 Dalam kutipan tersebut, Nasaruddin Umar memandang bahwa krisis panutan yang sedang dialami Umat Islam di Indonesia saat ini, membuat masyarakat mudah terpesona oleh seorang figur asing yang muncul dengan terlihat tidak cinta materi, jabatan, uang, serta popularitas. Figur tersebutlah yang kemudian dijadikan sebagai seorang panutan. Padahal sesungguhnya figur yang menjadi panutan mereka adalah panutan yang mengajarkan ajaran menyimpang. “Jadi menyimpang dan tidaknya itu juga sangat personal, mungkin bagi kita itu adalah menyimpang, seme ntara bagi mereka itu tidak,” ujarnya. 36 Selanjutnya, Nasarudin Umar mencoba menggambarkan bahwa karena dilanda krisis panutan, membuat orang tidak bisa membedakan mana ajaran yang menyimpang, mana yang tidak. Karena dalam masyarakat, ketika seseorang sudah dijadikan sebagai panutan, maka perbuatan yang dilakukannya akan menjadi tolak ukur kebenaran yang kemudian menjadi contoh perilaku yang ditiru masyarakat. Pada bahasan selanjutnya, Nazaruddin umar menganggap persoalan munculnya aliran menyimpang semacam Gafatar ini bukan hanya tanggung 34 “Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 1. 35 “Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 2. 36 “Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 3. jawab pemerintah semata, namun juga merupakan tanggungjawab para pemimpin umat Islam dalam menangani kekeliruan tersebut. Nasaruddin menambahkan, isu paham menyimpang tersebut tidak bisa hanya menyalahkan pemerintah saja, tapi pemimpin umat mayoritas juga harus bertanggung jawab dalam kekeliruan tersebut. 37 Meski tidak secara eksplisit menyebut umat Islam dan ulama, namun dalam penggalan kalimat „pemimpin umat mayoritas‟ jelas menjurus kepada para umat muslim yang dipimpin oleh para Ulama dan tokoh-tokoh muslim lainnya. Pengambilan kutipan tidak langsung ini kembali menegaskan pandangan Republika Online bahwa persoalan aliran menyimpang ini bukan hanya sebagai tanggung jwab pemerintah semata, namun juga merupakan tanggung jawab para ulama dan tokoh-tokoh islam dalam merangkul dan mengayomi umat.

b. Pelibat wacana