bertanggung jawab
dalam
kekeliruan  tersebut.  Paragraf 4
agama.
Pelibat Wacana
Tenor of Discourse
1. Nasaruddin Umar Imam Besar Masjid Istiqlal;
Ulama yang menyampaikan pendapat
perihal kemunculan  aliran  sesat
Gafatar
Sarana Wacana
Mode of Discourse
“...panutan yang mengajarkan ajaran menyimpang”
Majas Antifrasis
a. Medan Wacana
Mengenai  aspek  dalam  medan  wacana,  wacana  yang  coba dikemukakan  oleh  Republika  Online  dalam  berita  kali  ini  adalah  umat  Islam
saat ini yang dinilai krisis panutan. Hal tersebut dinilai menjadi alasan utama banayaknya  umat  Islam  yang  tergoda  menjadi  pengikut  Gafatar.  Pernyataan
tersebut disampaikan oleh Imam Besar Masjid Istiqlal, Nasaruddin umar yang tertuang dalam kutipan berikut:
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Nasaruddin  Umar  mengatakan,  banyaknya  umat  Islam  yang  tergoda
masuk Gerakan Fajar Nusantara Gafatar akhir-akhir ini disebabkan karena umat Islam sekarang sedang krisis panutan. Sebenarnya umat
Islam saat ini sedang krisis panutan, katanya, Rabu 32
34
Ia  mengatakan,  saat  muncul  seorang  figur  asing  yang  tidak  cinta terhadap  materi,  jabatan,  uang,  popularitas,  akan  membuat  umat
tersebut  mengikutinya.  Padahal,  kata  dia,  mereka  tidak  tahu  bahwa yang diikuti tersebut sesungguhnya adalah panutan yang mengajarkan
ajaran menyimpang.
35
Dalam  kutipan  tersebut,  Nasaruddin  Umar  memandang  bahwa  krisis panutan  yang  sedang  dialami  Umat  Islam  di  Indonesia  saat  ini,  membuat
masyarakat  mudah  terpesona  oleh  seorang  figur  asing  yang  muncul  dengan terlihat  tidak  cinta  materi,  jabatan,  uang,  serta  popularitas.  Figur  tersebutlah
yang  kemudian  dijadikan  sebagai  seorang  panutan.  Padahal  sesungguhnya figur yang menjadi panutan mereka adalah panutan yang mengajarkan ajaran
menyimpang. “Jadi  menyimpang  dan  tidaknya  itu  juga  sangat  personal,  mungkin
bagi  kita  itu  adalah  menyimpang,  seme ntara bagi mereka itu tidak,”
ujarnya.
36
Selanjutnya,  Nasarudin  Umar  mencoba  menggambarkan  bahwa karena dilanda krisis panutan, membuat orang tidak bisa membedakan mana
ajaran yang menyimpang, mana yang tidak. Karena dalam masyarakat, ketika seseorang  sudah  dijadikan  sebagai  panutan,  maka  perbuatan  yang
dilakukannya  akan  menjadi  tolak  ukur  kebenaran  yang  kemudian  menjadi contoh perilaku yang ditiru masyarakat.
Pada  bahasan  selanjutnya,  Nazaruddin  umar  menganggap  persoalan munculnya  aliran  menyimpang  semacam  Gafatar  ini  bukan  hanya  tanggung
34
“Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 1.
35
“Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 2.
36
“Umat Islam Dinilai Krisis Panutan”, Republika Online , 4 Februari 2016, Paragraf 3.
jawab  pemerintah  semata,  namun  juga  merupakan  tanggungjawab  para pemimpin umat Islam dalam menangani kekeliruan tersebut.
Nasaruddin  menambahkan,  isu  paham  menyimpang  tersebut  tidak bisa  hanya  menyalahkan  pemerintah  saja,  tapi  pemimpin  umat
mayoritas juga harus bertanggung jawab dalam kekeliruan tersebut.
37
Meski tidak secara eksplisit menyebut umat  Islam dan ulama, namun dalam penggalan kalimat „pemimpin umat mayoritas‟ jelas menjurus kepada
para  umat  muslim  yang  dipimpin  oleh  para  Ulama  dan  tokoh-tokoh  muslim lainnya.  Pengambilan  kutipan  tidak  langsung  ini  kembali  menegaskan
pandangan Republika  Online bahwa persoalan  aliran menyimpang ini bukan hanya  sebagai  tanggung  jwab  pemerintah  semata,  namun  juga  merupakan
tanggung  jawab  para  ulama  dan  tokoh-tokoh  islam  dalam  merangkul  dan mengayomi umat.
b. Pelibat wacana