1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Fenomena kemunculan aliran sesat bukan merupakan sebuah hal yang baru. Sejarah mencatat, beberapa aliran sesat muncul dari waktu ke
waktu di berbagai wilayah di Indonesia. Kemunculan mereka kerap menyita perhatian publik, menimbulkan permasalahan dan memunculkan
perdebatan. Kehadiran aliran sesat menimbulkan keresahan di masyarakat, terutama bagi mereka kelompok umat Islam arus utama mainstream.
Selain itu, kehadiran aliran sesat juga sering kali disikapi secara ekstrem dengan terjadinya berbagai tindakan anarkis kepada para penganut aliran
sesat yang tentunya meyebabkan dampak negatif yang menimpa banyak pihak.
Pada masa Orde Lama dan Orde Baru tercatat ada beberapa aliran dan gerakan keagamaan yang dianggap menyimpang seperti Inkar sunah,
maupun yang bersifat sufistik atau tarekat, serta gerakan yang bersifat politis seperti Darul Islam Tentara Islam Indonesia maupun Negara Islam
Indonesia.
1
Sementara itu, pada masa Orde baru muncul aliran dan gerakan keagamaan seperti Islam JamaahDarul Hadits, Darul Arqom, NII KW-IX,
1
Puslitbang Kementrian Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pedoman Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia.
Jakarta:2014 , h.2.
dan NII Fillah. Kemudian menjamur aliran-aliran sesudah era reformasi tahun 1998, seperti kemunculan Salamullah Lia Eden, Al-Haq,
Komunitas Millah Abraham KOMAR, Surga Eden, Hidup dibalik Hidup, NII KW IX yang terkait Ma‟had Al-Zaytun dan lain-lain.
2
Majelis Ulama Indonesia MUI mencatat ada 300 lebih aliran kepercayaan yang tergolong sesat di Indonesia sampai saat ini. Namun,
ratusan aliran sesat tersebut biasa muncul dan menghilang sewaktu-waktu. Menurut Ketua Komisi Pengkajian dan Penelitian MUI, Utang
Ranuwijaya, ratusan aliran sesat di Indonesia sudah terpantau sejak 1995 silam. Namun, aliran-aliran sesat tersebut umumnya muncul dan
menghilang dengan menggunakan nama-nama organisasi yang berbeda- beda.
3
Berkembangnya aliran sesat merupakan persoalan serius karena dampaknya yang beresiko. Dampak negatif yang paling nyata adalah
banyaknya terjadi perusakan, pemusnahan dan tindakan yang bersifat destruktif karena eksistensi mereka dianggap mengganggu dan
meresahkan warga. Konflik yang timbul antara kelompok mainstream dengan penganut aliran baru yang dipandang kontroversial ini selalu
dimenangkan oleh mereka yang dominan. Kasus Ahmadiyah di NTB dan Jawa Barat serta Syiah di Sampang, Jawa Timur membuktikan hal
2
Puslitbang Kementrian Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pedoman Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia.
h.2-3.
3
“MUI: Ada 300 Lebih Aliran Sesat di Indonesia.” CNN Indonesia Online, 21 Januari 2002. Diakses tanggal 19 April pukul 19.06 WIB.
tersebut. Fenomena-fenomena tersebut dapat menstimulasi konflik dan kekerasan laten di tingkat masyarakat hingga kelompok kecil yang turut
menjadi korban.
4
Hal ini tentunya menjadi persoalan serius yang harus dicarikan solusinya oleh pihak-pihak yang memiliki otoritas untuk
menangani masalah ini. Berbagai permasalahan yang ada dapat menimbulkan sebuah disintegritas dan kekacauan jika tidak diakomodir
dengan baik. Akhir-akhir ini publik kembali dihebohkan dengan pemberitaan
mengenai munculnya Organisasi Gerakan Fajar Nusantara Gafatar yang dinilai mengajarkan aliran sesat. Organisasi kemasyarakatan yang
didirikan pada 14 Agustus 2011 ini mulai menjadi sorotan di media massa setelah munculnya pemberitaan mengenai hilangnya Dr. Rica dan anaknya
dari Yogyakarta yang akhirnya ditemukan di Kalimantan dan diduga bergabung dengan Gafatar. Setelah ditelusuri lebih lanjut, organisasi ini
terindikasi sebagai sebuah gerakan radikal dan sesat. Hal ini dipastikan sejak keluarnya Fatwa dari Majelis Ulama Indonesia MUI pada Rabu, 3
Februari 2016 yang menyatakan Gafatar sebagai aliran sesat dan menyesatkan.
Majelis Ulama Indonesia MUI mengeluarkan Fatwa sesat kepada Gafatar dengan tiga alasan utama. Pertama, Gafatar merupakan
metamorphosis dari Al Qiyadah Al Islamiyah, sebuah aliran kepercayaan
4
Puslitbang Kementrian Keagamaan Badan Litbang dan Diklat Kementrian Agama RI, Pedoman Penanganan Aliran dan Gerakan Keagamaan Bermasalah di Indonesia.
H. 3.
yang melakukan sinkritisme ajaran Islam, Kristen dan Yahudi. Kedua, menjadikan Ahmad Musadeq sebagai pemimpinnya. Ketiga, Gafatar
memilih faham Milah Abraham. Faham tersebut dinilai MUI menyimpang dari ajaran Islam yang sesungguhnya.
Peran media massa sangat penting dalam aktivitasnya melaporkan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat. Selain perannya sebagai
penyampai informasi, media massa juga sering memberikan dampak yang signifikan dalam membentuk opini publik. Karena memiliki daya jangkau
yang luas dalam menyebarluaskan informasi, media massa sering dijadikan saluran utama sebagai pembentuk opini publik dari setiap kasus
yang diangkat dan diberitakan ke masyarakat.
5
Salah satunya adalah peran media massa dalam menyampaikan informasi mengenai Ormas Gafatar
yang dinilai sebagai aliran sesat ini melalui teks pemberitaannya. Berita dapat diartikan segala laporan mengenai peristiwa, kejadian,
gagasan, fakta yang menarik dan penting untuk dimuat dalam media massa agar diketahui oleh khalayak dan menjadi kesadaran umum.
6
Artinya berita dapat dimaknai sebagai sebuah keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yang sedang terjadi dan hal tersebut perlu untuk diketahui oleh khalayak.
7
5
Eriyanto, Analisis Framing, Konstruksi, ldeologi dan Politik Media Yogyakarta: LKiS, 2002, h. 20.
6
Sedia Willing Barus, Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, Jakarta: Erlangga, 2010, h. 26-27
7
Suhaemi dan Ruli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Ciputat: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, cet-1, h. 27
Pemberitaan mengenai Ormas Gafatar yang dinilai sebagai aliran sesat di media online dianggap menarik oleh peneliti karena keberadaan
Gafatar memunculkan keresahan di masyarakat, terutama umat Islam di Indonesia. Disinilah peran media, karena isi media merupakan sebuah
informasi yang dapat merubah pandangan masyarakat terhadap apa yang disampaikan oleh media tersebut.
Masing-masing media memiliki ideologi dan cara pandang tertentu yang mendasari cara mereka mengemas beritanya serta memengaruhi gaya
penulisan jurnalis terhadap berita. Ideologi media tersebutlah yang nanti akan menjadi acuan atau kiblat mengenai nilai apa yang akan lebih
ditekankan dalam pemberitaan.
8
Pada saat memahami teks media, seringkali kita dihadapkan pada tanda-tanda yang perlu diinterpretasikan dan dikaji ada apa dibalik tanda-
tanda tersebut.
9
Semiotika komunikasi merupakan ilmu yang mengenai mengkaji tanda-tanda tersebut. Semiotika merupakan suatu ilmu atau
metode analisis untuk mengkaji tanda atau memaknai hal-hal.
10
Pada dasarnya, analisis semiotika memang merupakan sebuah upaya untuk merasakan sesuatu yang aneh, sesuatu yang perlu
dipertanyakan lebih lanjut ketika kita membaca teks atau wacana tertentu. Analisisnya bersifat paradigmatic dalam arti berupaya menemukan makna
8
Ade Armando, Media dan Integrasi Sosial Jembatan Antar Umat Beragama, Jakarta: Center for The Study and Culture CSRC UIN Syarif Hidayatullah, 2011, h.27.
9
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian skripsi komunikasi
Jakarta: Mitra Wacana Media, 2011, h.7.
10
Alex Sobur, Semiotika Komunikasi Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009, h.15.
termasuk dari hal-hal yang tersembunyi di balik sebuah teks. Maka, orang sering mengatakan bahwa semiotika adalah upaya menemukan makna
‟berita di balik berita‟.
11
Maka dari itulah seringkali ditemukan banyak simbol yang dapat dikaji melalui analisis semiotika dalam wacana-wacana
pemberitaan di media massa. Jika dahulu kita hanya kenal media cetak dan media elektronik
dalam teknologi komunikasi massa, di era globalisasi ini telah muncul media baru new media. Dimana masyarakat dengan lebih mudah dapat
mencari informasi dimanapun dan kapanpun selama memiliki akses internet dan terhubung secara online. Dan media online muncul dan
menjadi pesaing nyata diantara dominasi media cetak dan media elektronik.
Adapun perbedaan mendasar antara media online dengan media cetak dan elektronik yaitu pada media online berita-berita yang
disampaikan jauh lebih cepat, bahkan setiap beberapa menit dapat di update
. Peristiwa-peristiwa besar yang baru saja terjadi sudah dapat diketahui dengan membaca media online, masyarakat tidak harus
menunggu esok hari lewat koran atau pekan depan lewat majalah. Faktor kecepatan inilah yang diperoleh lewat media online.
12
Karena kecepatan dan kemudahannya dalam mengakses informasi, media online saat ini sangat banyak peminatnya. Media online menjadi
11
Wibowo, Semiotika: Aplikasi Praktis bagi Penelitian dan Penulisan Skripsi Ilmu Komunikasi,
h.7.
12
Zaenuddin HM, The Journalist, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011, h.7-9.
pilihan favorit masyarakat saat ini karena kelebihannya tersebut. Dan dalam pemberitaan mengenai Gafatar sebagai aliran sesat, Detik.com dan
Republika Online merupakan media yang peka terhadap pemberitaan
tersebut karena intens memberitakan kabar terbaru setiap harinya. Detik.com
merupakan salah satu media online terbesar di Indonesia dengan jutaan pengunjung yang mengakses media ini setiap harinya. Sama
halnya dengan Detik.com, Republika Online juga turut andil dan intens dalam pemberitaan Ormas Gafatar sebagai aliran sesat. Republika Online
merupakan media massa online berskala nasional serta bersegmentasi ke- Islaman. Hal tersebut dapat dilihat dari berita-berita yang dibahas
Republika Online
banyak memasukkan
unsur Islam
dalam pemberitaannya, termasuk dalam pemberitaan mengenai Ormas Gafatar
sebagai aliran sesat. Peneliti menggunakan analisis semiotika sosial karena semiotika
ini khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan oleh manusia berupa lambang dan kalimat. Ilmu ini menganggap bahwa kejadian sosial di
masyarakat adalah tanda atau simbol yang dihasilkan oleh manusia melalui media massa, salah satunya media online. Sehingga kejadian sosial disini
yaitu fenomena aliran sesat Ormas Gafatar yang akan menghasilkan tanda atau simbol dalam bentuk tulisan di situs Detik.com dan Republika Online.
Semiotika sosial merupakan sebuah metode yang digunakan untuk mengetahui bagaimana sebuah masalah dan orang diwacanakan dalam
sebuah teks. Tekniknya adalah dengan cara mengamati cara pengemasan
yang digunakan, sumber yang dikutip atau orang-orang yang dilibatkan dengan atribut sosial mereka, dan dengan mengamati simbol-simbol yang
digunakan.
13
Artinya dalam penelitian menggunakan analisis semiotika sosial, M.A.K Halliday memberi tekanan pada konteks sosial dan memiliki
tiga unsur yakni medan wacana, pelibat wacana, dan sarana wacana yang memperjelas suatu ideologi umum dari pandangan sosial dan kebudayaan,
juga agama. Penulisan ini penting untuk mengetahui bagaimana Detik.com dan
Republika Online mewacanakan teks pada berita mengenai aliran sesat
Ormas Gafatar. Antara Detik.com dan Republika Online memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing diantaranya memiliki cara
yang berbeda dalam mewacanakan teks suatu berita dengan tema yang sama. Seperti pada pemberitaan aliran sesat Ormas Gafatar di kedua media
tersebut. Berdasarkan pada permasalahan diatas, untuk mengetahui
bagaimana cara suatu media online dalam mewacanakan teks berita serta apa pandangan yang disuguhkan kepada khalayak, penulis bermaksud
mengadakan penelitian ilmiah yang akan dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul
“Aliran Sesat Ormas Gafatar di Media Online Studi Perbandingan Terhadap Pemberitaan Gafatar di Detik.com dan
Republika Online.
13
Jumroni dan Suhaimi, Metode-Metode Penelitian Komunikasi, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006, h. 80.
B. Batasan dan Rumusan Masalah