Karbon tetraklorida PENELAAHAN PUSTAKA

13 penurunan ATP yang sangat tinggi dan menyebabkan pecahnya sel atau nekrosis Gregus dan Klaaseen, 2001. Radikal bebas • CCl 3 merusak retikulum endoplasma putusnya mekanisme kopling trigliserida apoprotein membentuk lipoprotein pembawa VLDL tidak sempurnanya transport lipoprotein melalui membran plasma sistem transport dari hati terhambat penumpukan lemak steatosis Gambar 4. Mekanisme terjadinya steatosis oleh CCl 4 Zimmerman, 1978 Mekanisme terjadinya steatosis oleh CCl 4 Gambar 4 diduga menyangkut adanya pembentukan radikal bebas • CCl 3 yang bersifat merusak retikulum endoplasma. Membran retikulum endoplasma menjadi terganggu sehingga menyebabkan sistem transportasi lemak yang keluar hati terhambat Cheville, 1976. Hambatan terjadi karena mekanisme kopling trigliserida dengan apoprotein membentuk molekul lipoprotein pembawa VLDL terputus atau sintesis apolipoprotein tidak sempurna, dan mungkin karena transport lipoprotein melalui membran plasma tidak sempurna. Hal tersebut mengakibatkan penumpukan lemak di dalam hati sehingga terjadi steatosis Zimmerman, 1978. 14 Ketika steatosis, terjadi gangguan integritas membran yang menyebabkan keluarnya berbagai isi sitoplasma. Enzim ALT yang ada di dalam sel akan keluar dan masuk peredaran darah sehingga jumlah enzim ALT meningkat Wahyuni, 2005. Menurut Zimmerman 1999, peningkatan aktivitas AST dan ALT ketika terjadi steatosis akibat pemberian hepatotoksin karbon tetraklorida masing-masing adalah empat dan tiga kali lipat dibanding nilai normal Tabel I. Tabel I. Peningkatan aktivitas enzim serum akibat induksi senyawa toksik Zimmerman, 1999.

E. Metode Hepatotoksisitas

Beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kerusakan hati antara lain: 1. Uji enzim serum Kerusakan sel-sel hati dapat dilihat dari peningkatan serum aminotransferase secara signifikan yang mendahului terjadinya kenaikan jumlah bilirubin total dan alkaline phospatase. Kebanyakan dari kerusakan hati dapat terjadi satu tahun setelah pemaparan agen hepatotoksik DiPiro et al. , 2008. Enzim ALT lebih spesifik untuk organ hati karena proporsinya paling banyak berada pada organ ini dibanding organ tubuh lainnya Edem 15 dan Akpanabiatu, 2006. Beberapa enzim lain yang dapat digunakan sebagai penanda untuk mengetahui adanya kerusakan hati adalah enzim-enzim golongan hidrogenase seperti laktat dehidrogenase, glutamat dehidrogenase, isositrat dehidrogenase, dan malat dehidrogenase. Enzim-enzim tersebut jarang digunakan untuk mendeteksi kerusakan hati dan kurang sensitif dibandingkan kombinasi AST dan ALT Hodgson dan Levi, 2000. 2. Pemeriksaan asam amino dan protein Pemeriksaan asam amino dan protein penting dilakukan karena metabolisme asam amino di hati membentuk ammonia dan ureum terjadi secara lebih lambat dan meningkatkan kadar globulin Zimmerman, 1978. 3. Perubahan penyusun kimia dalam hati Perubahan penyusun kimia dalam hati dapat menggambarkan mekanisme kerusakan hati. Pengukuran jumlah lemak di dalam hati mempunyai hubungan yang dekat dengan terjadinya steatosis Zimmerman, 1978. 4. Uji ekskretori hati Kemampuan hati untuk mensintesis urea, kolesterol, plasma protein, dan mempertahankan kadar glukosa darah serta asam amino merupakan sebagian contoh fungsi hati. Adanya ketidaknormalan dari beberapa fungsi hati tersebut dapat menunjukkan terjadinya kerusakan hati. Perubahan kecepatan metabolisme obat yang terjadi di hati dapat dijadikan parameter hepatotoksisitas Zimmerman, 1978. 16

F. Macaranga tanarius L.

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae tumbuhan Subkingdom : Tracheobionta tumbuhan berpembuluh Divisio : Spermatophyta menghasilkan biji Sub- Divisi : Magnoliophyta tumbuhan berbunga Classis : Magnoliopsida dikotil Sub-classis : Rosidae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Macaranga Species : Macaranga tanarius L. Mus, 2008.

2. Nama daerah

Tutup ancur Jawa, mapu Batak, mara Sunda Prosea, 2010.

3. Kandungan kimia

Matsunami, et al., 2006, 2009 juga melaporkan bahwa daun M. tanarius mengandung macarangiosida A, macarangiosida B, macarangiosida C, macarangiosida D, dan malofenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate , hyperin dan isoquercitrin, lignan glukosida, pinoresinol, dan 2 megastigman glukosida yang kemudian dinamakan macarangiosida E dan F. Struktur senyawa yang terkandung dalam M. tanarius dapat dilihat pada Gambar 5.

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT-AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 111

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka panjang.

0 1 109

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka pendek.

0 1 111

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 106

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida: kajian terhadap praperlakuan jangka waktu 30 menit - USD Repository

0 1 112

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 104

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka pendek - USD Repository

0 0 109

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka panjang - USD Repository

0 0 107