Anatomi Fisiologi Hati PENELAAHAN PUSTAKA

8 dari sistem retikuloendotelial tubuh Lu, 1995. Sel Kupffer berfungsi menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Oleh sebab itu, hati merupakan salah satu organ utama sebagai pertahanan terhadap invasi bakteri dan agen toksik Price and Wilson, 1984. Selain cabang-cabang vena porta dan arteria hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus hati, juga terdapat saluran empedu. Saluran empedu interlobular membentuk kapiler empedu yang sangat kecil dinamakan kanalikuli, yang berjalan di tengah-tengah lempengan sel hati Price and Wilson, 1984. Hati mempunyai peranan besar dan memiliki lebih dari 500 fungsi. Fungsi-fungsi utama hati antara lain adalah menampung darah; membersihkan darah untuk melawan infeksi pertahanan tubuh; memproduksi dan mensekresikan empedu; membantu menjaga keseimbangan glukosa darah metabolisme karbohidrat; membantu metabolisme lemak memproduksi dan merombak kolesterol menjadi garam empedu, membuat fosfolipid serta mengubah karbohidrat dan protein menjadi lemak; membantu metabolisme protein tempat menyusun asam amino menjadi protein, memproduksi sebagian besar protein plasma, memproduksi faktor pembekuan darah, mengubah amonia menjadi urea; metabolisme vitamin dan mineral; medetoksifikasi zat-zat beracun dalam tubuh; serta mempertahankan suhu tubuh Wijayakusuma, 2008.

B. Kerusakan Hati

Kerusakan sel hati akut umumnya diakibatkan nekrosis sel hati yang luas dan akut yang dapat disebabkan oleh virus hepatitis, obat dan bahan kimia yang 9 toksik. Kerusakan hati akut dapat digolongkan menjadi jaundice kuning, hipoglikemia, kecenderungan untuk perdarahan yang disebabkan kegagalan sintesis faktor pembeku darah dalam hati, gangguan elektrolit dan asam basa, hepatik ensefalopati, sindrom hepatorenal, dan kenaikkan serum enzim yang berhubungan dengan kasus nekrosis sel hati. Kerusakan sel hati akut memiliki angka kematian yang tinggi Chandrasoma and Taylor, 1995. Kerusakan sel hati kronis biasanya diakibatkan oleh sirosis, yang berkaitan dengan nekrosis sel hati, fibrosis, dan regenerasi nodular. Efek dari kerusakan hati kronis, yaitu penurunan sintesis albumin; menyebabkan rendahnya serum albumin; edema; dan ascites; penurunan protrombin dan faktor VII, IX, dan X yang menimbulkan perdarahan Chandrasoma and Taylor, 1995. Berdasarkan manifestasi klinik dan pola spesifik pada histopatologi, kerusakan hati menjadi: 1. Nekrosis sentrilobular, terjadi pada induksi obat hepatotoksik yang mangakibatkan adanya produksi metabolit beracun dari suatu senyawa. 2. Steatonecrosis, kerusakan sel hati akut yang ditandai dengan penumpukan lemak pada sel-sel hati dan terjadi karena adanya senyawa yang mempengaruhi proses oksidasi asam lemak di dalam mitokondria. 3. Phospholipidosis, merupakan akumulasi dari phospholipid sebagai pengganti asam lemak. 4. Nekrosis hepatoselular tergeneralisasi, hampir mirip dengan terjadinya perubahan karena adanya infeksi hati oleh virus DiPiro, Talbert, Yee, Matzke, Wells, and Posey, 2008. 10

C. Hepatotoksin

Hepatotoksin merupakan zat yang mempunyai efek toksik pada hati dengan dosis berlebih atau diberikan dalam jangka waktu lama sehingga dapat menimbulkan kerusakan hati akut, subkronik, maupun kronik Zimmerman, 1978. Obat atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Hepatotoksin teramalkan intrinsik Merupakan obat atau senyawa yang bila diberikan dapat mempengaruhi sebagian besar orang yang menelan senyawa tersebut dalam jumlah yang cukup untuk menimbulkan efek toksik. Hepatotoksin teramalkan bergantung kepada dosis pemberian. Contoh dari obat-obat tipe ini adalah parasetamol, salisilat, tetrasiklin Forrest, 2006. Hepatotoksin teramalkan dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu: a. Hepatotoksin kerja langsung Hepatotoksin kerja langsung meliputi zat beracun zat induk atau metabolitnya yang mampu menimbulkan luka secara langsung pada membran plasma, retikuloendoplasma, dan organel lain hepatosit. Prototipenya adalah karbon tetraklorida. b. Hepatotoksin kerja tak langsung Hepatotoksin kerja tak langsung meliputi zat beracun yang menimbulkan luka dengan cara mengganggu jalur atau proses metabolik yang khas,

Dokumen yang terkait

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT-AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

0 2 111

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka panjang.

0 1 109

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka pendek.

0 1 111

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 4 106

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol:air (50:50) daun macaranga tanarius L. terhadap kadar ALT-AST serum pada tikus terinduksi karbon tetraklorida.

0 1 123

Efek hepatoprotektif jangka waktu enam jam ekstrak etanol daun macaranga tanarius L. terhadap ALT AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida

0 1 109

Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida: kajian terhadap praperlakuan jangka waktu 30 menit - USD Repository

0 1 112

Efek hepatoprotektif jangka pendek ekstrak metanol-air daun macaranga tanarius L. terhadap tikus terinduksi karbon tetraklorida - USD Repository

0 0 104

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka pendek - USD Repository

0 0 109

Efek hepatoprotektif ekstrak etanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus terinduksi karbon tetraklorida : kajian terhadap praperlakuan jangka panjang - USD Repository

0 0 107