adanya standar kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah yang terus naik dari tahun ke tahun. Standar kelulusan yang naik dari tahun ke tahun juga
dianggap sangat memberatkan guru dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelulusan siswa hendaknya tidak
hanya ditentukan oleh Ujian Nasional, tetapi juga oleh hasil penilaian guru di sekolah. Ujian Nasional hendaknya bukan sebagai penentu kelulusan, tetapi
untuk mengevaluasi kondisi pembelajaran di sekolah. Hasil Ujian Nasional menjadi sumber informasi bagi unit pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Di lain segi, Ujian Nasional semakin memperbesar pengeluaran sekolah terutama dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi Ujian
Nasional. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah guru hendaknya tidak terjebak
dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada aspek kognitif saja demi memenuhi target untuk lulus Ujian Nasional, tetapi tetap memberikan porsi
yang seimbang antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru hendaknya juga tidak mengabaikan mata pelajaran yang tidak diujikan dalam
Ujian Nasional, serta menekankan kepada siswa bahwa kelulusan tidak hanya ditentukan oleh Ujian Nasional saja.
3. Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional antara Orang Tua yang
Menyekolahkan Anaknya di SMA dengan Status Sekolah Terakreditasi A, Sekolah Terakreditasi B, dan Sekolah Terakreditasi C.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa ada perbedaan persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang menyekolahkan
anaknya di SMA dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Temuan ini senada dengan hasil penelitian
Cornelio Purwantini dan Rita Eny Purwanti 2006 yang menemukan adanya perbedaan persepsi terhadap Ujian Nasional antara orang tua yang
menyekolahkan anaknya di sekolah standar nasional, standar potensial, dan standar perintisan. Sekolah standar nasional yaitu sekolah yang memiliki
kualitas tinggi, baik dari segi fasilitas, tenaga pengajar, metode pembelajaran, siswa, nilai kelulusan, sarana dan prasarana. Sekolah potensial yaitu sekolah
yang memiliki kualitas sedang; sedangkan sekolah perintisan yaitu sekolah yang memiliki kualitas kurang, baik dari segi fasilitas, tenaga pengajar,
metode pembelajaran, siswa, nilai kelulusan, sarana dan prasarana. Adanya perbedaan persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional diduga
disebabkan karena orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMA yang terakreditasi A memiliki sikap yang optimis terhadap kelulusan anaknya,
orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SMA terakreditasi A berpandangan bahwa anaknya pasti mampu untuk mengerjakan soal-soal
Ujian Nasional dan lulus dengan mencapai standar kelulusan yang ditetapkan pemerintah. Sikap orang tua yang menyekolahkan anaknya di sekolah
terakreditasi B kurang optimis terhadap kelulusan anaknya. Sedangkan, orang tua siswa yang menyekolahkan anaknya di SMA terakreditasi C diduga
memiliki sikap yang pesimis terhadap kelulusan anaknya, karena dari segi fasilitas, waktu belajar, sarana dan prasarana serta kecerdasan siswa yang
kurang. Impikasi dari hasil penelitian ini orang tua bersama-sama dengan pihak
sekolah guru dan kepala sekolah hendaknya saling mengomunikasikan segala sesuatu yang berkaitan dengan Ujian Nasional. Orang tua hendaknya
dilibatkan dalam persiapan anak-anak mereka dalam menempuh Ujian Nasional. Selain itu juga, orang tua terus memantau dan memberikan
bimbingan secara psikologis kepada anak-anaknya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang diperoleh, hasil pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, maka penulis dapat menarik
kesimpulan sebagai berikut: 1.
Tidak ada perbedaan persepsi siswa terhadap Ujian Nasional antara siswa yang belajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, sekolah
terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Hasil ini didukung oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai F
hitung
= 2,645 lebih kecil dari F
tabel
= 3,0378; serta nilai probabilitas sebesar 0,073 lebih besar dari 0,05.
2. Tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Ujian Nasional antara guru
yang mengajar pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Hasil ini didukung
oleh perhitungan statistik yang menunjukkan bahwa nilai F
hitung
= 0,594 lebih kecil dari F
tabel
= 3,27; serta nilai probabilitas sebesar 0,558 lebih besar dari 0,05.
3. Ada perbedaan persepsi orang tua terhadap Ujian Nasional antara orang
tua yang menyekolahkan anaknya pada SMA dengan kategori sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C.
72 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI