2. Persepsi Guru terhadap Ujian Nasional antara Guru yang Mengajar di
SMA dengan Status Sekolah Terakreditasi A, Sekolah Terakreditasi B, dan Sekolah Terakreditasi C.
Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan persepsi guru terhadap Ujian Nasional antara guru yang mengajar di SMA
dengan status sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa kualitas sekolah
melalui pengelompokan ke dalam sekolah terakreditasi A, sekolah terakreditasi B, dan sekolah terakreditasi C tidak menyebabkan perbedaan
persepsi guru terhadap Ujian Nasional. Guru yang mengajar pada ketiga status sekolah tersebut memiliki persepsi yang sama terhadap Ujian Nasional.
Temuan ini bertolak belakang dengan kajian teori yang dikemukakan pada bab II. Hal ini disebabkan karena guru tidak sebagai pihak yang akan
mengikuti Ujian Nasional, hanya sebagai fasilitator untuk membantu mempersiapkan Ujian Nasional. Walaupun guru tersebut mengajar di sekolah
yang memiliki kualitas baik, sedang, maupun kurang; guru-guru tersebut tetap sebagai fasilitator bukan sebagai pihak langsung yang menempuh Ujian
Nasional. Dari segi pembelajaran, persepsi negatif menunjukkan bahwa Ujian
Nasional tidak dapat mengukur seluruh aspek yang ada dalam diri siswa. Ujian Nasional hanya mengukur dari aspek kognitif, kurang mengukur aspek
afektif dan psikomotorik. Di samping itu, guru-guru merasa khawatir dengan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
adanya standar kelulusan yang ditetapkan oleh pemerintah yang terus naik dari tahun ke tahun. Standar kelulusan yang naik dari tahun ke tahun juga
dianggap sangat memberatkan guru dalam mempersiapkan Ujian Nasional. Hasil penelitian ini menemukan bahwa kelulusan siswa hendaknya tidak
hanya ditentukan oleh Ujian Nasional, tetapi juga oleh hasil penilaian guru di sekolah. Ujian Nasional hendaknya bukan sebagai penentu kelulusan, tetapi
untuk mengevaluasi kondisi pembelajaran di sekolah. Hasil Ujian Nasional menjadi sumber informasi bagi unit pendidikan untuk meningkatkan kualitas
pendidikan. Di lain segi, Ujian Nasional semakin memperbesar pengeluaran sekolah terutama dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi Ujian
Nasional. Implikasi dari hasil penelitian ini adalah guru hendaknya tidak terjebak
dalam pembelajaran yang menitikberatkan pada aspek kognitif saja demi memenuhi target untuk lulus Ujian Nasional, tetapi tetap memberikan porsi
yang seimbang antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Guru hendaknya juga tidak mengabaikan mata pelajaran yang tidak diujikan dalam
Ujian Nasional, serta menekankan kepada siswa bahwa kelulusan tidak hanya ditentukan oleh Ujian Nasional saja.
3. Persepsi Orang Tua terhadap Ujian Nasional antara Orang Tua yang