Langkah Reflektif Analisis Novel “The devil and Miss Prym” dengan Teknik Analisis

79 bersedia meluangkan waktu untuk berdoa dan sembah sujud, mewartakan sabda, melayani orang miskin, berarti ia telah hidup seturut hakikat seorang pastor. Kutipan teks nomor 2 dalam skripsi ini menyebutkan bahwa dalam kehidupannya, pastor menginginkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan merupakan sifat dan kemampuan untuk menggunakan pengetahuan, pemahaman, pengalaman, akal sehat dan wawasan yang dalam. Kebijaksanaan dalam hidup seorang pastor merujuk pada penghayatan dan aplikasi pesan Kitab Suci dalam kehidupan sehari-hari. Kebijaksanaan menurut Kitab Suci selalu berasal dari Allah. Kitab Suci merupakan sumber inspirasi, peneguhan, dan dorongan bagi orang Kristen guna mengembangkan keterlibatan sosial atau aturan keadilan. Keadilan dalam masyarakat dimulai dengan kejujuran dan cinta akan kebenaran, terutama dalam relasi pribadi. Keadilan menuntut bahwa tidak semua ditentukan oleh orang di puncak KWI, 110-113. Kutipan teks nomor 5 mengacu pada peristiwa ketika Miss Prym mengungkapkan tentang emas dan pembunuhan yang diinginkan pria asing Coelho, 2005: 98-103. Pada kutipan selanjutnya, nomor 6 hasrat segitiga mulai terbentuk. Hasrat segitiga merupakan suatu pola yang terbentuk karena adanya mediator yang menghubungkan subjek dan objek Sindhunata, 2007: 21. Dalam hal ini, pastor merupakan subjek dengan mediator pria asing dan objeknya adalah pertobatan penduduk Viscos. Pola ini dibentuk berdasarkan pada kutipan teks nomor 6 yang menyebutkan bahwa pastor merasa perlu untuk mewujudkan kejahatan agar penduduk Viscos bertobat. Hal ini semakin diperjelas pada kutipan teks nomor 7. 80 Pastor memutuskan menjadi alat jahat Tuhan bukan karena ia menginginkan pertobatan penduduk Viscos objek bukan pula karena pastor subjek menghasratkannya. Pastor menjadi alat jahat Tuhan karena pria asing yang memberinya kesempatan untuk melakukannya. Mediator menentukan objek bagi subjek. Kedatangan pria asing ke Viscos dengan rencananya memberikan peluang bagi pastor untuk menunjukkan eksistensinya di desa itu. Kedatangan pria asing ke Viscos adalah untuk menemukan pencarian atas pertanyaan dalam dirinya tentang sifat dasar manusia apakah baik atau jahat. Pria asing datang dengan membawa sebelas batang emas sebagai imbalan bagi penduduk Viscos jika ada seorang penduduk yang dikorbankan dibunuh Coelho,2005: 18-33. Alasan inilah yang memunculkan hasrat dalam diri pastor untuk menjadi alat jahat Tuhan. Kisah pengorbanan Yesus berawal dari penghianatan yang dilakukan Yudas Iskariot dengan cara menjual Yesus kepada tentara Romawi bdk. Mrk 14:10. Pada kutipan teks nomor 7 dan 8, hasrat yang muncul dalam diri subjek pastor dari mediator pria asing adalah menjadikannya subjek-pastor sebagai alat jahat Tuhan. Alat jahat Tuhan inilah yang mengacu kepada sosok Yudas Iskariot. Sebagai seorang pastor, pemahaman akan peristiwa penderitaan dan wafat Yesus tentu bukan hal yang baru. Alasan inilah yang memperkuat hasrat pastor untuk merencanakan pembunuhan dengan alasan “pengorbanan”. Dengan adanya korban, maka seluruh penduduk akan terlepas dari penderitaan ekonomi. Pastor pun akan menunjukkan eksistensinya di desa itu sebagai penyelamat. 81 Kutipan teks nomor 9 menunjukkan bahwa pastor menjalankan tugasnya dengan baik. Pastor mengetahui bahwa tidak semua penduduk Viscos mau merayakan perayaan ekaristi setiap minggunya, namun ia tetap menyiapkan dan merayakannya. Presbyterorum Ordinis art. 5 menuliskan bahwa Allah mentakdiskan imam supaya mereka secara istimewa ikut menghayati imamat Kristus, dan dalam merayakan Ekaristi bertindak sebagai pelayan-Nya, yang dalam Liturgi tiada hentinya melaksanakan tugas Imamat-Nya melalui Roh-Nya demi keselamatan umat. Dalam khotbahnya bdk. Coelho, 2005: 163-166, pastor memberikan dasar kitab suci tentang sifat manusia. Meski ia meragukan tafsirannya, tetapi pastor tetap melanjutkan khotbahnya. Khotbah merupakan pewartaan keajaiban- keajaiban Allah dalam sejarah keselamatan atau misteri Kristus, yang selalu hadir dan berkarya di tengah kita, teristimewa dalam perayaan-perayaan Liturgi SC art. 35.2. Pastor memimpin perayaan ekaristi kudus dengan homili yang berisi khotbah tentang sosok manusiawi Yesus bdk. Luk 18: 18-19. Yesus menolak dirinya sebagai orang yang baik dan hanya Allah yangMaha Baik. Pastor menjadikan hal ini sebagai alasan yang ia gunakan untuk meyakinkan penduduk Viscos dalam melakukan pembunuhan. Sisi manusiawi Yesus berarti menampilkan sosok Yesus sebagai manusia. Sisi manusiawi inilah yang memungkinkan manusia untuk berbuat jahat. Secara implisit, khotbah pastor telah mengajak penduduk Viscos untuk berbuat kejahatan. Kutipan teks nomor 12-14 menunjukkan kecerdikan pastor untuk memanipulasi beberapa penduduk Viscos. Sebagai pastor, ia adalah orang asing 82 yang datang untuk melakukan pelayanan secara total kepada umat di Viscos. Dengan alasan ini, ia menunjukkan kepada penduduk bahwa dirinya siap menjadi korban. Pastor tidak sungguh-sungguh ingin mengorbankan dirinya. Jika ia mati maka ia tidak dapat menikmati eksistensinya sebagai pastor. Terlebih lagi, ia tidak dapat mempertobatkan penduduk Viscos dan subjek hasratnya tak akan terjadi. Kalimat “Gereja mengatakan hidup ini adalah hadiah dari Tuhan” pada kutipan teks nomor 15 sebenarnya mengacu kepada semua mahkluk hidup. Gereja merupakan umat yang Allah himpun di seluruh dunia KGK art 752. Jika penduduk Viscos cermat, maka mereka dapat mengurungkan niat mereka untuk melakukan pembunuhan setelah mendengar kata-kata pastor ini. Penduduk Viscos yang akan dikorbankan, siapapun itu dan dengan alasan apapun, ia juga seorang mahkluk hidup. Melakukan pembunuhan atasnya sama saja dengan tidak mensyukuri pemberian Tuhan. Kutipan selanjutnya mengungkapkan pendapat pastor tentang siapa yang layak untuk dijadikan korban. Kutipan “Orang yang membiarkan masuk, dia jugalah yang harus mengusirnya”, menunjuk pada orang pertama yang mengetahui kedatangan pria asing ke Viscos. Orang tersebut adalah Berta Coelho: 2005: 11-15. Dalam hal ini, sebenarnya Berta sama sekali tidak ada urusannya. Namun, justru karena hal inilah Berta dipilih menjadi korban. Dari ketika pilihan yang dianjurkan pastor, hanya Berta lah yang tidak akan menimbulkan resiko pembalasan dendam. Jika diperhatikan, orang yang membiarkan “jahat” masuk ke Viscos adalah pastor sendiri. Ia yang memanfaatkan kesempatan ini untuk 83 mencapai keinginannya. Merencanakan pembunuhan dengan alasan sebagai korban dan menghasut penduduk Viscos agar tetap melakukannya. Perihal mengenai ketakutan yang terdapat pada kutipan teks nomor 18 dapat diartikan sebagai suatu kecemasan yang realistis. Kecemasan ini muncul sesuai dengan keadaannya. Secara umum, kecemasan ini berorientasi pada saat sekarang dan memberitahukan kepada kita bahwa ada suatu ancaman di sini dan saat ini Bruno, 1998: 4-7. Menurut Freud, dalam Burger Introduction to personality, 2011: 124, reality anxiety is a response to a perceived threat in the real world. In cases of reality anxiety, you are aware of the source of your emosional reaction. Jika kalimat tersebut diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, maka akan berbunyi seperti ini: kecemasan realistis merupakan suatu respon terhadap ancaman yang dirasakan di dunia nyata. Dalam kasus ini, anda menyadari sumber reaksi emosional anda. Pastor mengetahui bahwa kepala desa memiliki kecemasan jenis ini sehingga ia memanfaatkan kecemasan tersebut untuk melaksanakan hasratnya. Kecemasan yang dimaksud adalah kecemasan kepala desa jika suatu saat nanti polisi mengungkap pembunuhan di Viscos Coelho, 2005: 193. Jika kepala desa yang mengungkapkan proses perencanaan pembunuhan tersebut, maka ia yang akan disalahkan. Dalam kutipan teks nomor 19, pastor menyebut neraka dalam pembicaraannya. Neraka berarti keterpisahan dari Allah atau penolakan total terhadap Allah. Dalam kehidupan manusia, keneradaan neraka menjadi tidak mustahil. Manusia dapat menutup diri dari rahmat dan belas kasih Tuhan. Tanpa Allah manusia tidak dapat hidup bahagia KWI, 2012: 466-467. Pada kutipan 84 nomor 22, pastor menggambarkan Viscos sebagai neraka. Sikap penduduk yang lebih mempercayai tradisi leluhur dan peradaban Celticmembuat penduduk lupa akan Tuhan. Mereka meninggalkan ajaran Tuhan. Tidak banyak orang yang mau repot-repot datang dalam perayaan ekaristi setiap minggunya. Bahkan keberadaan pastor di Viscos selama 20 tahun tidak dapat mengubah sikap religius penduduk Viscos. Kalimat “seindah apapun kelihatannya dari luar” pada kutipan teks nomor 19 merujuk kepada kekayaan Alam di Viscos. Viscos dikenal sebagai desa kecil tempat untuk beristirahat bagi para pemburu. Kutipan nomor 20 mengungkapkan kekecewaan pastor pada dirinya sendiri dan penduduk Viscos. Pastor kecewa pada diri sendiri karena ia tidak mampu mengembangkan iman katolik penduduk Viscos. Sementara kekecewaannya pada penduduk karena mereka tidak dapat menerima maksud baik dari pastor yang telah menjadi pemimpin keagamaan di tempat itu selama 20 tahun. Jika diperhatikan, kegagalan pstor dalam mengembangkan iman penduduk Viscos ini berujung kepada kemarahan dan hasrat untuk membalas dendam. Penulis menggunakan kata balas dendam berdasarkan kepada sikap pastor yang “memaksa” penduduk untuk melakukan pembunuhan. Perlu diingat, pastor memilih untuk menjadi tangan kiri Tuhan berarti pastor menyadari dengan jelas peran yang ia pilih tersebut. Ia mengajak penduduk Viscos untuk jatuh dalam dosa. Setelah melakukan dosa yang berat, pastor ingin mengajak penduduk kembali kepada Tuhan lewat pertobatan. Jika melihat dari tujuan akhirnya, sikap pastor ini sangat mulia, yaitupertobatan dan kembali kepada Allah. Namun jika melihat 85 proses peristiwa ini secara keseluruhan, maka ini adalah dampak dari kekecewaan dan kemarahan.

3. Langkah Filosofis

Langkah ketiga dalam teknik analisis hermeneutika adalah langkah filosofis. Langkah Filosofis, yaitu langkah pemahaman pada tingkat being atau keberadaan makna itu sendiri. Dalam langkah ini, penulis menggunakan unsur teologi dalam sastra sebagai tekanan dalam mencapai tingkat keberadaan makna. Novel The Devil and Miss Prym mengutip beberapa teks dan kisah Kitab Suci sebagai acuan dalam pengembangan novel ini. Jika kita membuka novel ini, maka kita akan menemukan kutipan Kitab suci dari Injil Lukas 18: 18-19 pada halaman 5. Kutipan ayat tersebut berbunyi, “Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: „Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk mempero leh hidup yang kekal?‟ Jawab Yesus: „Mengapa kau katakan aku baik? Tak seorangpun yang baik selain daripada Allah saja.‟”. Teks Kitab Suci tersebut juga akan ditemukan kembali dalam novel halaman 162-163. Berdasarkan analisis tokoh dan penokohan di atas, kutipan teks Kitab Suci tersebut digunakan oleh pastor sebagai dasar untuk menghasut dan meyakinkan penduduk dalam melakukan pengorbanan. Sementara itu, dalam buku tafsir Alkitab tertulis bahwa Yesus enggan disebut „yang baik‟ bukan karena untuk menununjukkan sisi manusiawi-Nya. Sebutan itu digunakan Yesus untuk membedakan Allah dan diri-Nya. Yesus datang untuk mencari kehormatan bagi Bapa. Bapa akan menunjukkan 86 kehormatan bagi Anak, tetapi Yesus tidak pernah mencari kehormatan-Nya secara langsung Lembaga Biblika Indonesia, 1990: 94-95. Jika melihat perbandingan pemaknaan teks Injil Lukas tersebut,terdapat perbedaan yang sangat besar antara pemaknaan pastor dengan pemaknaan tafsir Lembaga Biblika Indonesia. Hasrat pastor menginginkan adanya pertobatan penduduk Viscos. Pertobatan tersebut menjadi hal yang dapat ia persembahkan agar kehormatan Allah sebagai pengampun dapat terwujud. Pastor bersedia menjadi alat jahat Tuhan dengan penuh kesadaran agar penduduk Viscos kembali kepada Allah. 21 “Bertahun-tahun saya merenungkan ayat ini, mencoba mengerti apa yang dikatakan Tuhan kita: Bahwa Dia tidak baik? Bahwa seluruh ajaran Kristen, dengan konsep mengasihi sesamanya, didasarkan pada pengajaran orang yang menganggap diri-Nya tidak baik. Akhirnya, saya mengerti maksud-Nya: Kristus, pada waktu itu sedang berbicara mengenai sifat-Nya sebagai manusia. Sebagai manusia, Dia tidak baik, namun sebagai Tuhan, Dia baik.” Coelho, 2005: 163 Kutipan tersebut menggambarkan bagaimana pandangan pastor mengenai Yesus. Pastor menafsirkan sikap Yesus yang “tidak baik” berasal dari sifat manusiawi-Nya, sementara sikap Yesus yang baik berasal dari sifat ke- Tuhanan-Nya. Untuk memperdalam makna kutipan tersebut, penulis menemukan dua teks dari Katekismus Gereja Katolik sebagai dasar pembanding. Pertama, teks dari Katekismus Gereja Katolik artikel 466. Dalam teks tersebut, pandangan pastor mengenai sifat Yesus ini mengarah kepada pandangan kaum Nestorian. Nestorian melihat pribadi dalam Kristus satu pribadi manusiawi yang digabungkan dengan Pribadi Putera Allah yang ilahi. Pengertian ini penulis 87 perjelas dengan teks dari kamus Teologi Inggris-Indonesia halaman 223, Nestorianisme adalah bidah Kristen abad ke-5, yang mengajarkan bahwa di dalam oknum Kristus terdapat dua pribadi yang berbeda-beda, yaitu Allah dan manusia. Dari sini cukup jelas bahwa pastor melihat sosok Yesus sebagai dua pribadi yang berbeda. Pertama, sebagai seorang manusia yang memiliki sifat jahat, dan kedua adalah pribadi ilahi Yesus yang memiliki sifat baik. Teks kedua yang digunakan sebagai pembanding adalah artikel 475. Dalam artikel ini tertulis, Gereja mengakui imannya bahwa menurut kodrat- Nya,Kristus mempunyai dua macam kehendak dan tindakan – satu ilahi dan satu manusiawi berdasarkan konsili ekumenis ke enam Konsili Konstantinopel III pada tahun 661. Kedua macam kehendak dan tindakan Yesus ini tidak bertentangan satu sama lain, tetapi bekerja sama sedemikian, sehingga sabda yang telah menjadi manusia taat terhadap Bapa-Nya. Kehendak manusiawi Kristus patuh, tidak melawan, dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yang ilahi dan maha kuasa. Kedua teks dari Katekismus Gereja Katolik tersebut sama-sama memiliki kemungkinan untuk menjelaskan makna kutipan nomor 24. Baik teks pertama maupun kedua sama-sama menjelaskan bahwa Yesus memiliki sisi manusiawi dan ilahi. Namun, teks KGK yang pertama lebih tepat untuk memaknai kutipan nomor 24 karena bidah Nestorian benar-benar menganggap Yesus memiliki dua pribadi yang berbeda-beda kepribadian ganda. Kalimat terakhir dalam kutipan nomor 24-lah yang menegaskan pandangan pastor melihat Yesus memiliki dua kepribadian, yaitu baik dan jahat. Teks KGK yang kedua tidak dapat memaknai

Dokumen yang terkait

Good and Evil in Human Behavior Found in the novel The Devil and Miss Prym by Paulo Coelho.

0 70 56

Upaya meningkatkan semangat persaudaraan siswa-siswa SMA Seminari Santa Maria Immaculata Lalian Atambua Nusa Tenggara Timur, melalui katekese umat model shared Christian Praxis.

0 6 198

Upaya peningkatan pendampingan iman remaja putri di Asrama Dharmawati Sintang Kalimantan Barat dengan katekese model Shared Christian Praxis.

3 22 162

Usaha meningkatkan pelaksananaan pembinaan iman mantan penderita kusta di lingkungan Sitanala Tangerang Keuskupan Agung Jakarta melalui katekese model Shared Christian Praxis (SCP).

0 1 119

Belajar dari Kitab Ayub: menemukan makna dibalik penderitaan manusia dan aplikasinya melalui katekese pembebasan model Shared Christian Praxis (SCP).

0 4 185

Belajar dari Kitab Ayub menemukan makna dibalik penderitaan manusia dan aplikasinya melalui katekese pembebasan model Shared Christian Praxis (SCP)

0 29 183

SKRIPSI BELAJAR DARI MAZMUR 13: MEMAKNAI PENDERITAAN ORANG BENAR DAN APLIKASINYA MELALUI KATEKESE MODEL SCP (SHARED CHRISTIAN PRAXIS)

0 1 125

Usaha meningkatkan efektivitas pelayanan para suster Puteri Kasih Indonesia terhadap orang miskin melalui katekese model Shared Christian Praxis - USD Repository

0 0 170

Katekese model SCP (Shared Christian Praxis) dalam pembinaan iman remaja Katolik di Paroki St. Maria Assumpta Tanjung, Ketapang Kalimantan Barat - USD Repository

0 2 161

Sumbangan katekese umat bagi prodiakon melalui model shared christian praxis di Paroki Roh Kudus Kebonarum, Klaten, Jawa Tengah - USD Repository

0 4 178