46
menekankan hubungan ilahi yang akrab antara Putra dengan Allah Bapa, bahkan juga pra ada-Nya dan peranan-Nya dalam penciptaan Bergant, 2002: 417.
4. Pengorbanan Yesus
a. Alasan secara Historis
Yesus dikhianati oleh sahabat-Nya dengan ciuman. Ia dijual dan ditangkap. Dihadapkan ke pengadilan agama dan didakwa secara bertubi-tubi.
Atas nama seluruh bangsa, para rohaniwan menyerahkan Dia kepada pemerintah penjajah supaya diadili dan Yesus harus mati. Demi alasan politik dan stabilitas,
akhirnya Yesus dijatuhi hukuman mati. Pelaksanaan hukuman mati itu juga berjalan mulus dan itulah akhir perjalanan Yesus KWI, 2012: 272.
Alasan mengapa Yesus dihukum mati pada waktu itu pada akhirnya harus dikatakan bahwa Yesus menjadi kurban kebencian dan permusuhan para
pemimpin agama Yahudi. Yesus disingkirkan atas nama hukum Allah. Dapat dikatakan bahwa apa yang dialami Yesus ini merupakan suatu tindak
pembunuhan keagamaan. Perwataan Yesus merupakan dasar atas segala rencana dan pelaksanaan pembunuhan ini. Para pemimpin agama Yahudi menganggap
pewartaan Yesus berbahaya bagi kedudukan dan kuasa mereka. Namun, berdasarkan tulisan yang dipasang di papan salib Yesus INRI menunjukkan
bahwa alasan hukuman mati yang diterima Yesus dari Pilatus adalah alasan politik. KWI, 2012: 273-274.
47
Pengadilan di muka Pilatus berakhir dengan hasil hukuman mati dengan cara disalib bagi Yesus dan pembebasan untuk Barnabas Mrk 15:15; 27:26.
Yesus didera serta dima hkotai duri. Dilanjutkan dengan peristiwa “jalan salib”
dan penyaliban yang diceritakan dengan caranya sendiri oleh setiap pengarang Injil. Sesudah wafat-Nya, Yesus diturunkan dari salib dan dimakamkan oleh
Yusuf dari Arimatea KWI, 2012: 275-276. Yesus
dihukum mati dan disalibkan sebagai seorang “penjahat”. Meski Yesus dimakamkan secara hormat seletah Ia wafat, namun hal itu tidak
menutupi hinaan dan kerendahan kematianNya di kayu salib. Salib merupakan suatu penghinaan yang luar biasa karena menurut arti sosialnya, orang yang
disalibkan kehilangan semua kehormatan dan penghargaannya dalam masyarakat. Penyaliban selalu memiliki arti sosial-politik. Peristiwa ini
menunjukkan kebencian dari para lawan Yesus yang luar biasa dalam dan ingin membinasakan Yesus secara total. Bukan membinasakan Yesus sebagai pribadi
melainkan sebagai tokoh masyarakat KWI, 2012: 276-277. Melihat apa yang dilakukan oleh para pemuka agama maupun orang-
orang Yahudi terhadap Yesus, Gereja menganggap orang Yahudi secara kolektif tidak bertanggung jawab atas kematian Yesus.
Kalau memperhatikan proses pengadilan Yesus yang berbelit-belit, sebagaimana tampak jelas dalam cerita-cerita Kitab Suci, dan dosa
pribadi dari orang-orang yang terlibat dalam proses itu Yudas, Majelis Agung, Pilatus yang hanya diketahui oleh Allah sendiri, maka kita tidak
dapat meletakkan tanggung jawab mengenai pengadilan itu pada keseluruhan orang-orang Yahudi di Yerusalem, walaujuga ada teriakan
dari sekelompok orang yang direkayasa dan meskipun tuduhan semacam
48
itu termuat dalam seruan para Rasul untuk bertobat sesudah Pentakosta. Yesus sendiri, ketika dari salib mengamjugai mereka, dan kemudian
Petrus, memaafkan baik orang- orang Yahudi di Yerusalem yang “tidak
tahu ”, maupun para pemimpin mereka Kis 3: 17. Lebih lagi kita tidak
dapat melimpahkan tanggung jawab kepada orang-orang Yahudi lainnya dari zaman dan tempat-tempat lain, semata-mata didasarkan pada
teriakan khalayak: “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-
anak kami “ Mat 27: 25, suatu rumusan untuk mensahkan satu putusan pengadilan KGK art. 597.
Kutipan dari Katekismus Gereja Katolik artikel 597 di atas menunjukkan bahwa kita tidak dapat menyalahkan peristiwa penangkapan, penganiayaan,
penyaliban hingga wafat Yesus itu kepada seluruh bangsa Yahudi. Artikel selanjutnya KGK art. 598 menegaskan kembali bahwa semua orang berdosa
turut menyebabkan kesengsaraan Allah. Karena dosa semua oranglah yang mengantar Kristus menuju ke penderitaan-Nya.
b. Alasan secara Ilahi
Kisah Para Rasul bab 2 ayat 23 menuliskan: “ Dia yang diserahkan Allah
menurut maksud dan rencana-Nya,... ”. Kutipan ini memberi petunjuk bahwa apa
yang terjadi atas Yesus di dunia merupakan maksud dan rencana Allah. Inilah misteri rencana Allah. Dari kutipan ini juga dapat dilihat bahwa mereka yang
telah “menyerahkan” Yesus hanya merupakan pelakon tidak bebas dari sebuah skenario yang telah ditentukan oleh Allah KGK art. 599.
Rencana ilahi untuk mendatangkan keselamatan melalui kematian keji Yesus sudah dimaklumkan lebih dahulu dalam Kitab Suci, yaitu sebagai misteri
penebusan yang mencakup segala sesuatu, artinya sebagai tebusan, yang membebaskan manusia dari perhambaan dosa. Wafat Yesus yang menebuskan