Langkah Filosofis Analisis Novel “The devil and Miss Prym” dengan Teknik Analisis
87
perjelas dengan teks dari kamus Teologi Inggris-Indonesia halaman 223, Nestorianisme adalah bidah Kristen abad ke-5, yang mengajarkan bahwa di dalam
oknum Kristus terdapat dua pribadi yang berbeda-beda, yaitu Allah dan manusia. Dari sini cukup jelas bahwa pastor melihat sosok Yesus sebagai dua pribadi yang
berbeda. Pertama, sebagai seorang manusia yang memiliki sifat jahat, dan kedua adalah pribadi ilahi Yesus yang memiliki sifat baik.
Teks kedua yang digunakan sebagai pembanding adalah artikel 475. Dalam artikel ini tertulis, Gereja mengakui imannya bahwa menurut kodrat-
Nya,Kristus mempunyai dua macam kehendak dan tindakan – satu ilahi dan satu
manusiawi berdasarkan konsili ekumenis ke enam Konsili Konstantinopel III pada tahun 661. Kedua macam kehendak dan tindakan Yesus ini tidak
bertentangan satu sama lain, tetapi bekerja sama sedemikian, sehingga sabda yang telah menjadi manusia taat terhadap Bapa-Nya. Kehendak manusiawi Kristus
patuh, tidak melawan, dan tidak menentang, tetapi menyesuaikan diri dengan kehendak-Nya yang ilahi dan maha kuasa.
Kedua teks dari Katekismus Gereja Katolik tersebut sama-sama memiliki kemungkinan untuk menjelaskan makna kutipan nomor 24. Baik teks pertama
maupun kedua sama-sama menjelaskan bahwa Yesus memiliki sisi manusiawi dan ilahi. Namun, teks KGK yang pertama lebih tepat untuk memaknai kutipan
nomor 24 karena bidah Nestorian benar-benar menganggap Yesus memiliki dua pribadi yang berbeda-beda kepribadian ganda. Kalimat terakhir dalam kutipan
nomor 24-lah yang menegaskan pandangan pastor melihat Yesus memiliki dua kepribadian, yaitu baik dan jahat. Teks KGK yang kedua tidak dapat memaknai
88
kutipan nomor 24 karena jelas tertulis bahwa kehendak dan tindakan Yesus tidak bertentangan satu sama lain- manusia dan ilahi.
Selain kutipan dari Injil Lukas, terdapat juga kutipan dari kitab Ayub yang tertuliskan secara eksplisit. Coelho tidak menuliskan pasal maupun ayat kutipan
yang di maksud, ia hanya menuliskan bahwa kutipan tersebut diambil dari bagian awal kitab Ayub. Pastor menggunakan kutipan tersebut dengan maksud untuk
meyakinkan penduduk Viscos bahwa Tuhan pun menerima tawaran iblis, dan ganjaran yang diterima Ayub karena telah melakukan dosa kesombongan dengan
percaya bahwa dirinya baik Coelho, 2005: 164-165. Jika diperhatikan, khotbah pastor yang berisi kutipan kitab Ayub ini mirip dengan pengalaman hidup pastor
sendiri. Pada kutipan nomor 3 dalam analisis tokoh dan penokohan, tertulis bahwa pencarian pastor akan kebijaksanaan telah berubah menjadi kesombongan. Dari
sini penulis dapat mengaitkan bahwa isi khotbah pastor merupakan hasil refleksi atas kehidupan yang ia alami.
J. Sidl ow Baxter, dalam bukunya „Menggali Isi Alkitab‟1999: 35-39,
memberikan kesimpulan yang menarik mengenai percakapan dalam awal kitab Ayub. Dalam teks kitab Ayub, Iblis hadir ke hadapan Allah karena memiliki suatu
maksud terselubung. Pada hari-hari tertentu, Iblis harus memberikan pertanggungjawaban tentang segala yang dilakukannya sebagai pemenuhan
kedaulatan perintah Kuasa Yang Mahatinggi. Iblis harus takluk kepada kedaulatan kuasa Allah.
89
Iblis berdiri di belakang segala kejahatan yang melaknati dunia. Allah mengetahui rencana jahat yang tersembunyi dalam hati Iblis. Iblis menyatakan
bahwa ia sudah melakukan tipu dayanya untuk menyerang Ayub namun gagal karena Allah sangat melindungi Ayub. Iblis tidak dapat berbuat suatu apapun jika
Tuhan tidak mengizinkannya. Segala gerak-geriknya senantiasa di bawah pengawasan kuasa Yang Mahatinggi. Karena Iblis tidak dapat berbuat suatu apa
pun jika Tuhan tidak mengizinkannya, maka sering perbuatan Iblis itu dipakai oleh Tuhan untuk mendatangkan hikmah dan kebajikan justru bagi orang-orang
yang hendak dibinasakan Iblis. Setiap izin Tuhan selalu disertai batas tertentu. Iblis tidak dapat berbuat
sekehendak hatinya terhadap orang-orang saleh. Ia tidak dapat bertindak di luar apa yang diizinkan Tuhan. Tuhan tidak pernah membiarkan umatnya sendirian,
terutama dalam masa sengsara dan pencobaan. Tuhan senantiasa menaruh Ayub dalam hati-
Nya. Sebutan „hamba-Nya‟ terhadap Ayub menyatakan bahwa Tuhan memuji watak Ayub dan ibadatnya.
Berdasarkan kedua pemaknaan terhadap teks tentang kitab Ayub di atas, penulis melihat bahwa sebagaimana Allah mengizinkan Iblis mencobai Ayub,
demikian pula Iblis hadir mencobai pastor. Iblis hadir, menguasai hati pastor untuk menghasut penduduk Viscos melakukan pembunuhan. Meski begitu, kuasa
Allah Yang Mahatinggi pada akhirnya tidak pernah membiarkan Iblis menang. Meskipun perencanaan pembunuhan sudah dilakukan dengan sangat rapi, bahkan
korban telah dipilih dan akan dieksekusi, namun pada akhirnya peristiwa pembunuhan tersebut tidak pernah terjadi bdk. Coelho: 2005: 233-243.
90
Kutipan teks nomor 8 dalam skripsi ini mengungkapkan pandangan agama katolik mengenai kisah sengsara dan wafat Yesus Kristus. Pengorbanan satu
orang manusia mampu menyelamatkan seluruh manusia, hal inilah yang menjadi dasar bagi pastor untuk meyakinkan penduduk Viscos melakukan pembunuhan
dengan dalih pengorbanan. Pengorbanan seorang penduduk menyelamatkan seluruh penduduk desa.
Korban dapat diartikan sebagai persembahan oleh para kaum Imam untuk memulihkan hubungan denganTuhan. Dalam teologi kristiani, makna korban
berdasarkan Kitab suci Perjanjian Lama memiliki perbedaan dengan makna korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru. Berdasarkan Kitab suci Perjanjian
Lama, korban merupakan penyerahan sesuatu hanya kepada Yahwe yang berdaulat atas segala-galanya sebagai bentuk pendekatan diri manusia kepada
Tuhan Heuken, 2005: 95-96. Sedangkan dalam Perjanjian baru, makna korban berbanding terbalik dengan pemaknaan korban berdasarkan Perjanjian Lama.
Korban berdasarkan Kitab suci Perjanjian Baru merupakan pendekatan Tuhan dengan manusia. Bukan manusia yang mendamaikan diri dengan Tuhan, tetapi
Allah mendamaikan diri-Nya dengan manusia dalam Kristus KGK art 613. Sementara itu, pengorbanan dalam Kristologi dimaknai sebagai
penyerahan diri secara total atas kehendak Allah. Persembahan tubuh Yesus Kristus telah menguduskan manusia satu kali untuk selama-lamanya Ibr 10:5-10.
Sejak pertama penjelmaan-Nya menjadi manusia, Yesus menghayati rencana keselamatan ilahi mengenai perutusan-Nya sebagai penebus. Kerinduan untuk
menghayati rencana kasih penebusan dari Bapa, menjiwai seluruh kehidupan
91
Yesus KGK art. 606-607. Yesus menyongsong kematiannya dengan kebebasan penuh. Seperti yang tertuliskan dalam Yohanes 10:18, “Tidak seorang pun
mengambilnya dari pada-Ku, tetapi Aku memberikannya menurut kehendak-Ku sendiri.
Dalam novel “The Devil and Miss Prym”, korban dimaknai sebagai seorang terpilih yang pada akhirnya akan dibunuh sebagai ganti atas 10 batang
emas yang telah disiapkan oleh pria asing. Korban tidak datang atas kesadarannya sendiri sebagai bentuk kebebasan pribadi, akan tetapi korban dipilih oleh beberapa
penduduk desa atas usulan pastor. Korban dalam novel ini merupakan kambing hitam. Untuk menjelaskan makna korban di sini, penulis akan menguraikannya
dengan menggunakan teori kambing hitam Rene Girard. Penulis akan memulai bagian ini dengan melihat kembali kutipan nomor 8
pada bagian analisis tokoh dan penokohan. Kutipan tersebut berbunyi: “Satu- satunya yang kutahu adalah agamaku. Dalam agamaku, pengorbanan satu orang
manusia menyelamatkan seluruh manusia” Coelho, 2005: 139. Pokok utama yang akan penulis bahas pertama kali adalah kata “agamaku”. Sindhunata 2005:
97 menuliskan, Agama bukan hanya gejala adikodrati tapi juga gejala kodrati. Sebagai institutio divina, agama tidak dapat diterangkan begitu saja secara ilmiah
dan rasional. Namun sebagai institutio humana, agama dapat juga dikupas dan diterangkan secara ilmiah dan rasional.
Agama ada karena fenomena kekerasan yang mimetis, dan keberadaannya dapat diterangkan secara rasional dari kekerasan yang mimetis itu. Ini adalah
92
hipotesis pokok Girard tentang asal usul agama dari mekanisme kambing hitam. Agama memiliki hubungan yang erat dengan kekerasan. Dalam mempertahankan
eksistensinya, agama menggunakan satu praktek yang terpenting yaitu ritus kurban Sindhunata, 2007:97-98.
Sebagai seorang pastor, tentu maksud dari kata “agamaku” pada kutipan tersebut adalah agama Katolik. Dalam agama Katolik, umat mengenal adanya
peristiwa penebusan dosa lewat kematian Yesus. Dalam peristiwa penebusan dosa ini, terjadi dua tindakan yang saling berlawanan. Di satu pihak, wafat Yesus
sebagai suatu kewajiban suci, di lain pihak, wafat Yesus menjadi suatu tindakan kriminal, karena Yesus menjadi korban pembunuhan demi kepentingan politik
Yahudi dan Romawi. Meski demikian, pada akhirnya, peristiwa kematian Yesus ini menjadi ajakan bagi umat Kristiani untuk melakukan pertobatan.
Kalimat pastor pada kutipan nomor 8 ini mendasari seluruh rencana pastor yang menginginkan adanya pengorbanan di Viscos. Kutipan sebelumnya, yaitu
kutipan nomor 5, 6, dan 7 menjelaskan dari mana asal keinginan tersebut. Keinginan pastor untuk mengadakan pengorbanan muncul sebagai akibat dari
hasrat segitiga yang ia alami. Pastor menghasratkan pengorbanan karena pria asing menghasratkan pengorbanan tersebut. Pastor meniru dan hasratnya
dihasratkan oleh orang lain yaitu penduduk desa. Hasrat yang lahir karena mimesis ini mengakibatkan konflik antara penduduk desa dan pastor. Maka, kini
semua orang mengerahkan permusuhan dan kekerasan yang mencenderungi setiap pribadi pada kambing hitam yang dipilih secara sewenang-wenang, yaitu Berta,
sebagai korban. Inilah mekanisme kambing hitam.
93
Kehadiran Berta sebagai kambing hitam, mampu meredakan rivalitas antara pria asing, pastor, dan penduduk desa. Lewat pengosongan kolektif
terhadap hasrat mimetis yang saling menghancurkan itu, Berta sebagai kambing hitam yang tadinya dianggap jahat dan penyebab kekerasan, kini disakralkan dan
dianggap sebagai pembawa kedamaian. Hal ini diperjelas dengan kutipan nomor 19: “seperti kata kalian, orang yang membiarkan Jahat masuk, dia jugalah yang
harus mengusirnya.”Coelho, 2005: 179. Mekanisme kambing hitam adalah mekanisme yang menyembunyikan kekerasan yang nyata supaya mekanisme ini
bisa efektif. Jadi, dengan menjalankan ritus korban, orang-orang mengiyakan, bahwa kambing hitam itu penyebab kekerasan, bukan masyarakat Sindhunata,
2011: 206. Pastor memanfaatkan ketidaktahuan penduduk untuk mengelabuhi mereka.
Ketidaktahuan di sini mengacu kepada pengetahuan iman umat akan makna pengorbanan Yesus. Penulis mengungkap hal ini mengingat latar belakang
penduduk Viscos yang lebih mempercayai tradisi Ahab dan bangsa Celtic dan tidak adanya kesadaran penduduk akan pentingnya mengikuti perayaan ekaristi.
Pengelabuhan ini terjadi dalam suatu transtendensi, dan transtendensi inilah yang menyebabkan ritus korban bisa efektif. Maksud dari hal ini adalah keselamatan
penduduk desa dengan imbalan yang akan mereka terima, 10 batang emas. Hal ini diperjelas dengan kutipan di bawah ini:
22 “tapi ada satu hal yang harus aku katakan: hanya lewat
pengorbanan dan penitensi, kita bisa memperoleh keselamatan. Dan sebelum ada yang menyela perkataanku lagi, yang kubicarakan ini
94
adalah pengorbanan satu orang, penitensi semua orang, dan keselamatan seluruh desa ini.” Coelho, 2005: 208
Atas nama transtendensi itu, kekerasan yang tidak adil, tidak legal dan tidak sah, serta kriminal bisa menjadi kekerasan yang adil, sah, legal dan suci.
Pengorbanan satu orang penduduk yang berarti pembunuhan atas Berta mampu menyelamatkan penduduk Viscos. Keselamatan yang pertama adalah keselamatan
yang dihasratkan oleh pastor, yaitu pertobatan penduduk desa. Keselamatan yang kedua adalah keselamatan seluruh desa secara ekonomis dari 10 batang emas yang
akan penduduk terima setelah pelaksanaan ritus korban. Berdasarkan analisis di atas, makna korban yang terkandung dalam novel
“The Devil and Miss Prym”adalahkorban sebagai kambing hitam akibat dari hasrat segitiga atau mimetis. Sementara itu, penulis memaknai pengorbanan yang
sering diungkapkan pastor dalam novel ini sebagai suatu tindakan kriminal dalam bentuk pembunuhan. Pastor hendak menyamakan makna pengorbanan yang
diharapkannya sama dengan makna pengorbanan Yesus secara historis. Kedua hal ini memiliki satu kesamaan, yaitu pembunuhan seorang manusia sebagai korban
politik.